Pendaki 18 Tahun Tersesat 10 Hari, Bertahan Hidup Pakai Pasta Gigi

Kabar Internasional

Pendaki 18 Tahun Tersesat 10 Hari, Bertahan Hidup Pakai Pasta Gigi

Syanti Mustika - detikJabar
Rabu, 05 Mar 2025 11:30 WIB
Ilustrasi Pendaki Gunung
Ilustrasi Pendaki Gunung. Foto: Ilustrasi Pendaki Gunung (iStock)
Bandung -

Seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Sun Liang berhasil diselamatkan setelah tersesat selama 10 hari di kawasan pegunungan bersalju di China barat laut. Sun mengalami kejadian menegangkan tersebut saat melakukan pendakian seorang diri di jalur pegunungan Qinling, Provinsi Shaanxi.

Mengutip dari detikTravel, Sun memulai perjalanan pendakiannya pada 8 Februari 2025. Ia memilih menaklukkan Jalur Ao-Tai yang membentang sepanjang 170 kilometer, menghubungkan Gunung Ao dan Gunung Taibai. Jalur ini dikenal sebagai salah satu rute pendakian paling ekstrem di China, dengan ketinggian rata-rata mencapai 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain ketinggian yang menantang, kondisi cuaca di jalur tersebut sangat tidak menentu, bahkan bisa berubah drastis dalam waktu singkat.

Kehilangan Kontak dan Mengalami Cedera

Baru dua hari mendaki, Sun kehilangan kontak dengan keluarganya. Seluruh perangkat elektronik yang dibawanya kehabisan daya, membuat komunikasi terputus. Di saat bersamaan, kondisi fisiknya mulai menurun. Beberapa kali terjatuh, hingga menyebabkan lengan kanannya patah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situasi semakin genting ketika Sun kehilangan arah di tengah cuaca buruk. Stok makanan yang dibawa juga semakin menipis, memaksanya bertahan hidup dengan cara seadanya.

Bertahan Hidup dengan Cara Ekstrem

Dalam kondisi terluka dan tersesat, Sun mengandalkan segala cara untuk bertahan hidup di tengah cuaca dingin dan ganasnya alam liar. Untuk menghindari terpaan angin kencang, ia berlindung di balik batu besar. Sun juga membuat tempat tidur darurat menggunakan jerami kering dan dedaunan yang ia kumpulkan di sepanjang jalur.

ADVERTISEMENT

Untuk kebutuhan minum, Sun mengandalkan air sungai serta salju yang mencair. Dalam kondisi kritis, ia bahkan menggunakan pasta gigi sebagai sumber nutrisi darurat.

Pertolongan Datang Berkat Bau Asap

Harapan hidup Sun muncul pada 17 Februari 2025, saat tim pencarian dan penyelamatan dikerahkan atas permintaan keluarganya. Di tengah upaya bertahan hidup, Sun mencium bau asap yang membuatnya yakin ada manusia di sekitar.

Ia pun berteriak sekuat tenaga. Ternyata, asap tersebut berasal dari api yang dinyalakan oleh tim penyelamat.

Operasi Penyelamatan Penuh Risiko

Proses penyelamatan Sun melibatkan lebih dari 30 personel pencarian dan penyelamatan. Medan yang dilalui sangat berbahaya karena merupakan habitat satwa liar seperti beruang, antelop, dan babi hutan. Beberapa anggota tim bahkan mengalami cedera saat proses evakuasi berlangsung.

Laporan menyebutkan, biaya operasi penyelamatan Sun mencapai 80.000 yuan atau sekitar Rp180,6 juta. Biaya tersebut dibebankan kepada keluarga Sun sebagai bentuk peringatan agar masyarakat lebih waspada dan memahami risiko tinggi saat mendaki jalur Ao-Tai.

Sun Mengaku Tak Tahu Larangan Mendaki

Sun, yang sebelumnya telah berhasil mendaki tiga gunung bersalju di China, mengaku tidak mengetahui bahwa pendakian di Jalur Ao-Tai telah dilarang sejak 2018. Berdasarkan pengalamannya yang nyaris merenggut nyawa, ia mengimbau para pendaki agar mempertimbangkan matang-matang sebelum menjajal jalur tersebut.

"Anginnya sangat kencang sehingga saya hampir tidak dapat mempertahankan pijakan. Saljunya sangat tebal membuat saya hampir tidak bisa membuka mata," kata Sun menceritakan pengalamannya.

"Singkatnya, menavigasi jalur ini sangat sulit. Cuaca berubah secara tiba-tiba dan tidak ada pemandangan yang indah. Saya mendesak semua pendaki gunung yang mempertimbangkan untuk menaklukkan Jalur Ao-Tai: Anda sama sekali tidak boleh pergi, karena hidup itu sangat berharga," tambahnya.

Sebagai informasi, pemerintah China telah melarang pendakian di Jalur Ao-Tai sejak tahun 2018. Larangan ini diberlakukan karena tingginya angka kecelakaan dan hilangnya pendaki di kawasan tersebut.

Meski telah dilarang, hingga kini masih banyak pendaki nekat yang mencoba menaklukkan jalur ekstrem tersebut. Data mencatat, dalam dua dekade terakhir lebih dari 50 pendaki dilaporkan hilang atau tewas di jalur Ao-Tai.

Sebagai langkah pencegahan, pemerintah memberlakukan sanksi administratif bagi pendaki yang melanggar larangan tersebut. Tim penyelamat juga berharap kejadian yang menimpa Sun Liang bisa menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat agar lebih bijak memilih jalur pendakian yang aman dan sesuai kemampuan.

Artikel ini telah tayang di detikTravel.




(sym/sud)


Hide Ads