Sebuah kota besar dibangun di Provinsi Hebei, China, sebagai solusi untuk mengatasi overpopulasi di negara tersebut. Megaproyek ini menelan biaya sekitar US$ 85 miliar atau setara dengan Rp 1,4 kuadriliun (kurs Rp 16.483).
Meskipun sebagian wilayahnya telah rampung, banyak area di kota ini tetap kosong karena kurang diminati oleh generasi muda.
Dilansir dari Mirror, Presiden Xi Jinping meluncurkan proyek bernama Xiong'an pada 2017. Namun, delapan tahun berlalu, kota ini masih kekurangan penghuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari detikproperti, pemerintah awalnya berencana memindahkan perusahaan BUMN dan lembaga penelitian ke Xiong'an, tetapi banyak pekerja muda enggan menetap di sana. Salah satu alasan utama mereka adalah minimnya kehidupan sosial di kota tersebut.
Kehidupan sosial sangat penting bagi anak-anak muda. Apalagi para pekerja banyak yang bekerja lembur atau overtime sehingga sangat membutuhkan hiburan.
Seorang wanita yang dipindahkan ke Xiong'an oleh tempat kerjanya mendeskripsikan kehidupan sosialnya sangat membosankan.
"Semua anak muda bekerja lembur dan tidak banyak kesempatan untuk santai atau bersosialisasi. Untuk menemukan pacar, kamu hanya bisa berharap dibantu oleh teman," katanya, dikutip dari Mirror, Senin (3/3/2025).
![]() |
Sementara itu, pemilik bisnis kecil yang sedang mencari lokasi untuk membuka cabang baru, Zhang Cheng, mengatakan bahwa subsidi yang diberikan pemerintah untuk pindah ke sana sangat menggiurkan. Namun ia masih harus mempertimbangkan apakah para pekerjanya akan senang jika pindah ke sana.
"Bahkan dengan subsidi perekrutan, jika saya meminta staf saya untuk pindah ke sini, bahkan dengan gaji mereka saat ini, banyak yang mungkin tidak akan setuju," ujar Zhang.
Menurutnya, banyak orang yang butuh kehidupan sosial, seperti makan bareng, pacaran, dan lainnya. Bahkan, investor dan partner bisnis juga butuh bertemu sembari makan malam bersama, minum bersama, atau karaoke. Akan tetapi, hal-hal tersebut masih belum tersedia di Xiong'an.
Salah satu fitur di Xiong'an yang paling mencolok adalah stasiun kereta api besar yang sudah selesai dibangun pada 2020. Menurut laporan Express, stasiun tersebut memiliki 13 peron dan 23 jalur yang mencakup area seluas 475.200 meter persegi. Meski demikian, stasiun tersebut masih sunyi karena arus penumpang yang diantisipasi belum terwujud.
Meskipun infrastruktur kota tersebut futuristik, dengan gedung-gedung pencakar langit serta hunian vertikal, jalanan tetap sepi. Beberapa area bahkan masih dalam tahap pembangunan.
Gagasan Xiong'an sebagai 'kota warisan' merupakan visi Presiden Xi Jinping untuk pembangunan berkelanjutan yang rencananya mencakup infrastruktur hijau, cerdas, dan inovatif. Investasi senilai Rp 1,4 kuadriliun itu dialokasikan untuk berbagai aspek, termasuk jaringan transportasi, sistem energi terbarukan, dan konektivitas digital yang canggih. Pembangunan Xiong'an ditargetkan akan selesai sepenuhnya pada 2035 mendatang.
Artikel ini telah tayang di detikproperti
(abr/yum)