Sejumlah warga Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu yang menghuni tenda usai pembongkaran Taman Wisata Alam (TWA) Citepus mulai terjangkit berbagai penyakit. Selain gatal-gatal sejumlah warga juga terjangkit demam, diketahui mereka sudah bertahan di lokasi itu selama 4 hari.
"Sudah 4 hari 4 malam sejak pembongkaran kemarin, tidur di sini situasi benar-benar prihatin. Kemarin pas ada angin tendanya rubuh, setiap malam dagdigdug aja takut hujan besar masuk air ke sini (tenda)," kata Lia Setiawati, penghuni tenda kepada detikJabar, Sabtu (8/2/2025).
Lia menceritakan, untuk mandi warga membuat sendiri dari sisa-sisa sumur yang hancur saat pembongkaran. Untuk kebutuhan buang hajat, warga penghuni tenda ke Masjid Istiqomah yang merupakan batas kawasan yang dibongkar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau buang hajat ke masjid kalau enggak ke SPBU, kalau mandi di masjid kan mahal sampai Rp 5 ribu. Uang dari mana, kan kondisi kita sedang sulit seperti ini," lirihnya.
Soal penyakit yang dirasakan penghuni tenda beragam, ada yang sekadar gatal hingga demam. "Ini banyak warga sudah mulai gatal-gatal, bintik-bintik. Ada yang sampai demam, itu gatal sampai luka-luka, tidak ada sabun atau peralatan mandi," ujar Lia Haryati (70) warga lainnya.
Setok Beras Habis
Lia Setiawati menceritakan setok beras untuk penghuni tenda sudah mulai menipis. Setok makanan hanya sebatas mie dan telur untuk telur juga warga patungan sendiri.
"Beras habis besok mugkin warga puasa, disini ada 29 KK kan jumlah jiwanya banyak ada yang sampai 4 orang 5 orang satu keluarga. Enggak tahu ini bagaimana besok saja, apa yang bisa dimasak," ungkapnya.
Warga sendiri kebingungan soal nasibnya kedepan, mereka diberi domisili, diberi listrik, diberi hak suara namun ketika ada pembongkaran mereka diminta untuk pindah sementara lokasi relokasi masih belum jelas.
"Mau pindah kemana? Itu ada yang sampai 30 tahun juga tinggal disini namun belum tahu mau pindah kemana. Kalau kita disebut ilegal ada yang diberi KTP, kemudian punya hak suara mencoblos kemarin. Sekarang kita diminta pergi, mau pergi kemana," tanya Lia.
Baca juga: Derita Pupun Usai Warungnya Hancur |
Seperti diketahui, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi Hamzah Gurnita sempat mendatangi lokasi tenda pengungsian warga terdampak penggusuran di Pantai Istiqomah, Citepus, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis (6/2/2025).
Kala itu, ia menyebut persoalan warga yang diam di dalam tenda adalah persoalan kemanusiaan. "Ini soal hak asasi manusia. Tidak bisa seperti ini! Mereka rakyat, mereka wajib kita layani. Saya ingin tahu bagaimana pemerintah menyelesaikan ini. Saya tunggu langkah dari tim terpadu," ucap Hamzah saat itu.
Ada sebanyak 29 kepala keluarga (KK) atau 87 jiwa, termasuk anak-anak dan lansia dengan kondisi kesehatan rentan, terpaksa tidur di tenda setelah rumah dan tempat usaha mereka di Pantai Istiqomah, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, digusur oleh tim terpadu.
Tenda yang mereka tempati berdiri seadanya. Tanpa alas, tanpa karpet-hanya pasir yang menjadi tempat mereka beristirahat.
"Kami tadinya tidak bisa pasang tenda, tapi akhirnya memaksakan diri. Sekarang sudah berdiri, tapi alasnya hanya pasir kering yang berdebu tidak diberi karpet atau alas, jadi hanya tenda saja. Ada balita dan lansia di sini," kata Heriyanto (45), salah satu warga yang terdampak penggusuran, kepada detikJabar, Rabu (5/2/2025) lalu.
(sya/dir)