Derita Pupun Usai Warungnya Hancur

Kabupaten Sukabumi

Derita Pupun Usai Warungnya Hancur

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 05 Feb 2025 22:21 WIB
Pupun di lokasi warung yang dibongkar di Pantai Istiqomah.
Pupun di lokasi warung yang dibongkar di Pantai Istiqomah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Pupun (55) berdiri terpaku, tatapannya kosong. Langkahnya gontai mendekati tenda besar yang tengah didirikan pemilik warung lain yang terdampak pembongkaran. Warung yang sekaligus menjadi rumahnya telah rata dengan tanah, dilibas alat berat oleh tim terpadu.

"Masih ada tenda enggak? Buat saya sama anak dan warga lain, di sana," suaranya lirih, hampir tenggelam dalam riuh rendah orang-orang yang sibuk menyusun tiang dan tali tenda di Pantai Istiqomah, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Rabu (5/2/2025).

Tak ada yang menjawab. Semua larut dalam urusannya masing-masing. Pupun menghela napas, lalu berbalik meninggalkan kerumunan. detikJabar mengikuti langkahnya yang berat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara puing dan pasir yang kini menjadi tempatnya berpijak, Pupun menunjuk selembar triplek yang ia alasi karpet lusuh. "Mungkin saya tidur di sini malam ini, sama suami. Mau bagaimana lagi. Saya enggak bisa menolak. Rumah, warung, semuanya sudah dihancurkan," lirihnya.

Pupun dan suaminya, Nedi (58), sudah belasan tahun mengais rezeki dengan berjualan kopi dan makanan ringan di pinggir Pantai Istiqomah Citepus. Bukan hanya rumah dan warung mereka yang rata dengan tanah, tetapi juga gubuk kayu milik anaknya yang dijadikan tempat tinggal sekaligus berjualan.

ADVERTISEMENT

"Saya tinggal di sini sudah 15-17 tahun. Dulu saya punya rumah di Citepus, peninggalan ibu. Tapi setelah ibu meninggal, rumah itu dijual untuk biaya pengobatan dan pemakaman," Pupun berkisah.

Kini, ia dan keluarganya kehilangan tempat berteduh. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membongkar bangunan semi permanen yang ia huni belasan tahun.

"Saya enggak punya rumah, tinggal dan jualan di sini. Kemarin dikasih uang Rp 3 juta buat pembongkaran. Tapi bingung, mau ke mana? Terpaksa tidur di sini. Enggak ada tenda, mau pindah enggak ada duit. Beli beras juga enggak bisa," ujarnya.

Tak ada dapur. Tak ada listrik. Tak ada api untuk memasak. Yang tersisa hanya angin pantai yang dingin menusuk, serta malam yang semakin gelap tanpa kepastian. Ada puluhan warga lainnya yang bernasib sama, meskipun mereka sedikit beruntung diberikan tenda oleh pemerintah sebagai bentuk relokasi pasca pembongkaran.

(sya/orb)


Hide Ads