Dewasa ini, tidak mudah menemukan kaum muda yang tertarik terjun ke dunia pertanian. Namun, di Kabupaten Garut, terdapat segelintir pemuda yang justru memiliki minat besar untuk sukses di sektor ini. Salah satunya adalah Iki, pemuda asal Kecamatan Pasirwangi, yang di usia 23 tahun bertekad menjadi petani sukses.
Ketertarikan Iki menjadi seorang petani, tak lepas dari faktor lingkungan dan keluarga. Berbincang dengan detikJabar belum lama ini, Iki bercerita akan cita-citanya menjadi petani sukses di usia muda.
"Ketertarikan saya untuk menjadi petani, pertama adalah dorongan dari orang tua, khususnya almarhum papa saya. Beliau ingin anak lelakinya menjadi penerus beliau, dalam bertani," kata Iki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain dorongan keluarga, pria bernama lengkap Rizki Saputra ini juga bercerita akan potensi lahan pertanian di lingkungan rumahnya yang melimpah. Sebab, Kecamatan Pasirwangi yang terletak di dataran tinggi, terkenal sebagai salah satu penghasil produk pertanian wahid di Garut.
"Ketiga, saya juga suka berdamai dengan alam. Dengan demikian, profesi ini saya pikir sangat cocok dengan diri saya," katanya.
Iki, saat ini bekerja di salah satu rumah pembibitan tanaman di daerah Pasirwangi. Mimpinya, agar bisa membuka tempat produksi pembibitan sendiri dan sukses di bidang tersebut.
Tak mudah menemukan sosok petani muda seperti Iki. Di Pasirwangi sendiri, tempat tinggal Iki yang mayoritas warganya bertani, petani muda sepertinya bisa dihitung jari.
Menurut Iki, ada banyak faktor penyebab anak muda tak tertarik turun bertani. Salah satunya, kurangnya keilmuan dan pemahaman yang diterima kawula muda tentang potensi cuan dari dunia pertanian.
"Jadi anak muda pragmatis, istilahnya lebih milih menjadi PNS yang pasti mendapatkan gaji," ungkap Iki.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan minat anak muda bertani kurang. Salah satunya, adalah tantangan menjadi petani itu sendiri yang tidak mudah.
"Pertama berkaitan hama dan penyakit pada tanaman. Fluktuasi harga juga bisa menjadi tantangan karena bisa menyebabkan kerugian," katanya.
"Kalau saya sendiri, yakin bisa sukses di sini. Karena sudah banyak contoh petani sukses di lingkungan saya," pungkas Iki.
Jumlah petani muda di Jawa Barat sendiri, diketahui tidak sebanyak 'generasi senior'. Data yang dihimpun detikJabar dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya, terkait jumlah petani menurut generasi di Jawa Barat, menunjukan perbedaan yang sangat signifikan antara petani muda dan petani tua.
Dimana, pada tahun 2023, ada total 707.777 petani muda dengan rincian 48.713 Generasi Z dan 653.064 Generasi Milenial. Jumlah tersebut berbeda jauh dengan generasi tua, yang punya 2.457.708 petani.
Di Kabupaten Garut sendiri, menurut data BPS, diketahui ada 321.366 petani. Jika Generasi Z dan Generasi Milenial dikatakan sebagai generasi muda, maka di Garut ada 90.079 petani muda. Atau sekitar 28 persen saja dari total populasi petani di Garut.
Hal tersebut, akan menjadi tantangan serius bagi Pemkab Garut ke depan, untuk bisa melakukan regenerasi petani. Diakui oleh Wakil Bupati Garut terpilih, periode 2025-2030, Putri Karlina, sektor pertanian akan mendapatkan perhatian khusus darinya, salah satunya soal regenerasi petani.
Hal tersebut diungkap Putri Karlina, saat berkampanye di kawasan pertanian Kecamatan Cigedug, Garut, pada Selasa, 5 November 2024.
"Anak muda masih belum banyak yang mau masuk ke sektor pertanian. Ini jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Bagaimana, anak muda bisa tertarik menjadi petani," kata Putri saat itu.
Putri menjelaskan, salah satu upaya yang akan dilakukan di sektor pertanian, adalah dengan cara mendorong teknologi masuk ke sana. Dengan hadirnya teknologi, anak muda akan mendapatkan banyak peran.
"Kita ingin misalnya petani cabai juga bisa mengolah hasil taninya, menjadi produk. Ini maksudnya, supaya mereka tidak bergantung kepada harga pasar. Karena produk olahan harganya relatif stabil. Jadi, lebih bisa menyejahterakan petani," katanya.
"Dengan adanya teknologi, berarti kan kita butuh SDM yang terbarukan. Jadi, artinya ketahanan pangan akan didukung dari sisi teknologi dan SDM berkualitas. Termasuk peningkatan kapasitas teknologinya," pungkas Putri Karlina.
(iqk/iqk)