SPI Respons Kekhawatiran Lucky Hakim soal Minimnya Regenerasi Petani

SPI Respons Kekhawatiran Lucky Hakim soal Minimnya Regenerasi Petani

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 21 Mei 2025 12:30 WIB
Petani membersihkan gabah hasil panennya di area sawah desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (19/11/2024). Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengoptimalkan berbagai upaya strategis guna mengejar target produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 11.084.635 ton pada akhir 2024. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/YU
Petani di Indramayu (Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara).
Indramayu -

Serikat Petani Indonesia (SPI) Indramayu mengapresiasi pengakuan Bupati Indramayu Lucky Hakim, atas rendahnya minat pemuda untuk menjadi petani dalam forum Detikcom Regional Summit 2025 (19/5/2025) kemarin. Namun, SPI meminta permasalahan itu harus diselaraskan dengan kebijakan nyata yang menjamin masa depan petani muda.

Dalam pernyataannya, Lucky menyebut, 63 persen pemuda Indramayu tidak tertarik bekerja di sektor pertanian. Kendatipun Indramayu menjadi salah satu daerah dengan produksi gabah tertinggi secara nasional, yaitu mencapai 1,3 juta ton per tahun.

Ia pun menyoroti beberapa alasan pemuda dari ketakutan terhadap gagal panen hingga ketiadaan upah tetap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua DPC SPI Indramayu Try Utomo Rubiyanto menyebutkan, apa yang disampaikan Lucky merupakan kenyataan di lapangan.

"Tapi ini bukan soal mental pemuda, melainkan soal struktur agraria dan orientasi pembangunan yang tidak memihak petani. Jika tanah semakin sempit, harga jual tidak stabil, dan pendidikan pertanian tidak didorong, wajar bila pemuda memilih pekerjaan lain," ujar Try, yang juga merupakan petani muda Indramayu, Selasa (20/5/2025).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, krisis regenerasi harus ditanggulangi pemerintah daerah. Di antaranya dengan membangun kawasan daulat pangan, wilayah yang secara khusus melindungi tanah produktif. Memberikan akses bagi petani muda, dan menjadi pusat pendidikan serta ekonomi agroekologis berbasis komunitas.

Sejauh ini, SPI mengaku, telah mengembangkan sekolah lapang agroekologi, pertukaran petani muda, dan pelatihan kewirausahaan tani di beberapa kecamatan di Indramayu. Program itu menurut SPI sebagai bukti bahwa anak muda masih ingin bertani. Asalkan, diberikan jalan ekonomi yang adil, akses terhadap lahan, dan lingkungan yang mendukung.

"Kami mendorong Pemkab Indramayu untuk tak hanya menyiapkan kawasan industri, tapi juga menyediakan kawasan daulat pangan yang benar-benar jadi ruang hidup dan tumbuh bagi generasi petani masa depan," tambah Try.

SPI berharap momentum pengakuan ini diikuti dengan komitmen politik dalam bentuk kebijakan tata ruang, distribusi tanah, pelibatan organisasi tani dalam perencanaan daerah, serta integrasi pendidikan agroekologi ke dalam program pengembangan SDM lokal.

Sebelumnya diberitakan Bupati Indramayu Lucky Hakim memaparkan banyak potensi yang bisa dimaksimalkan di daerahnya dalam mendukung pengembangan Megapolitan Rebana. Salah satunya tentang industri pertanian.

Dalam diskusi detikcom Regional Sumit, Lucky menyampaikan, daerahnya dikenal sebagai lumbung padi nasional. Produksi gabah keringnya bisa mencapai 1,3 juta ton per tahun.

"Sedikit saya mengulas tentang pertanian di Indramayu terkait dengan industri. Indramayu itu produksi gabah keringnya 1,3 juta ton per tahun. Dan itu lumayan membanggakan sebagai lumbung di Indonesia," papar Lucky, Senin (19/5/2025).

Namun, Lucky melanjutkan, tingginya produksi pertanian khususnya padi tidak selaras dengan regenerasi. Pasalnya, kata dia, generasi muda untuk menjadi petani masih sangat rendah.

Bahkan, Lucky menyebut sekitar 63 persen pemuda tidak minat di sektor pertanian. "Tapi ada kekhawatiran karena ternyata minat hasil dari survei BPS, minat penduduk di Indramayu untuk menjadi petani itu sudah sangat rendah, 63 persen sudah tidak minat lagi," ungkapnya.




(mso/mso)


Hide Ads