Cuan! Cerita Rifki Eks Buruh Banting Setir Jadi Petani Beromzet Jutaan

Regenerasi Petani di Priangan Timur

Cuan! Cerita Rifki Eks Buruh Banting Setir Jadi Petani Beromzet Jutaan

Dadang Hermansyah - detikJabar
Minggu, 12 Jan 2025 10:00 WIB
Rifki seorang petani muda di Ciamis sedang merawat tanaman timun suri di lahannya.
Rifki seorang petani muda di Ciamis sedang merawat tanaman timun suri di lahannya. (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar)
Ciamis -

Pada masa modern ini, profesi sebagai petani kurang diminati oleh generasi muda. Padahal sektor pertanian sangat menjanjikan untuk meraup pundi-pundi rupiah. Rifki Ruyat Mukti, pemuda asal Kelurahan Benteng, Kabupaten Ciamis yang mencoba menangkap peluang menjadi petani. Rifki pun kini mampu menghidupi keluarganya dari hasil pertanian.

Pemuda yang kini berusia 36 tahun itu mulai serius bertani sejak 4 tahun lalu. Ia memanfaatkan lahan milik orang tuanya seluas 150 bata dengan menanam sayuran dan buah-buahan.

"Alasan saya bertani karena ada lahan nganggur. Kemudian dari sisi potensi pasar, bisa memutus siklus mata rantai meski satu komoditi. Bagi saya itu peluang besar dan menjanjikan," ujar Rifki saat ditemui di kebunnya, Jumat (10/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menjadi petani, Rifki sempat bekerja di pabrik pestisida di Bandung. Ketika itu, ia sering bertemu dengan petani-petani besar yang sukses. Rifki kemudian mulai tertarik dengan pertanian, hingga mengamati kebun-kebun milik para petani tersebut.

Rifki kemudian memutuskan untuk pulang ke Ciamis dan memulai menjadi petani muda dengan menggarap lahan milik orang tuanya. Awalnya ia mengikuti orang tuanya untuk belajar bertani yang akhirnya mencoba mengelola lahan sendiri.

ADVERTISEMENT

Ia juga ingin memberikan contoh kepada para pemuda lainnya untuk ikut bertani. Namun untuk meyakinkannya perlu bukti yang nyata. Lewat ketekunan dan mental yang kuat, Rifki bisa berhasil di pertanian.

"Awalnya menanam sayuran, terong di lahan seluas 100 Bata. Alhamdulillah panen dengan 40 kali metik menghasilkan omzet sampai Rp 10 juta dalam waktu 3 bulan. Kemudian juga menanam bayam. Sekarang buah-buahan karena harga cenderung lebih stabil," ungkapnya.

Setelah menanam terong, Rifki kemudian mencoba menanam komoditi buah-buahan seperti pepaya, timun suri dan semangka serta jagung manis. Pernah juga menanam melon namun gagal dan perlu biaya yang lebih besar.

"Alhamdulillah sampai sekarang terus berjalan, garapan lahan sekarang sekitar 200 bata. Jadi supaya penghasilan terus mengalir, saya menanam yang jangka panjang seperti pepaya dan jangka pendek seperti semangka, jagung, timun suri dan lainnya," ungkapnya.

Rifki mengaku bisa menghidupi keluarganya dari hasil pertanian, satu istri dan satu anak. Untuk penghasilan bersih, Rifki rata-rata meraup Rp 2,5 juta setiap bulannya. Jumlah tersebut menurutnya dirasa cukup karena hidup di Ciamis.

"Alhamdulillah barokah, tercukupi. Saya juga sewaktu-waktu diajak untuk nyetir kalau ada senggang, sampingan," tutur pemuda lulusan sarjana ekonomi ini.

Rifki seorang petani muda di Ciamis sedang merawat tanaman timun suri di lahannya.Rifki seorang petani muda di Ciamis sedang merawat tanaman timun suri di lahannya. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

Rifki mengaku dalam perjalannya sebagai petani muda tentunya tidak selalu mulus. Terkadang ia menghadapi berbagai tantangan dalam merawat tanamannya. Dari mulai terkena hama hingga yang paling buruk gagal panen. Namun ia terus berjuang untuk mengatasinya, baik secara otodidak atau mendapat pendampingan dari instansi pemerintah terkait.

"Otodidak mengatasi masalah yang ada. Membuat pupuk sendiri. Pemerintah juga ada melakukan pendampingan," ucapnya.

Kesuksesan Rifki sebagai petani tak terlepas dari doa dan dukungan dari istrinya. Menurut Rifki, istrinya lebih setuju ia menjadi petani daripada bekerja di tempat lain.

"Alhamdulillah istri mendukung jadi petani. Malah kalau kerja di tempat lain kurang mendukung. Jadi petani itu harus kuat mental, jangan hanya karena gagal panen sekali langsung selesai. Tapi harus berusaha mengatasinya, kalau berhasil diatasi maka ke depannya akan lebih mudah," ungkapnya.

Menurut Rifki, enaknya menjadi petani bisa mengatur waktu sendiri. Hanya saja yang paling capek itu hanya di awal waktu menggarap lahan karena perlu tenaga ekstra, selebihnya perawatan yang tekun hingga panen. Rifki kini sudah memiliki rekan bertani bernama Agus yang juga petani muda.

Rifki pun sependapat dengan perlunya regenerasi petani di Ciamis. Menurutnya, petani muda di Ciamis ada namun jumlahnya tidak signifikan. Padahal Ciamis sebagai daerah agraris yang memiliki banyak lahan yang cocok untuk pertanian.

"Intinya tata kelola atau manajemen pertanian yang harus dijaga. Jadi petani itu jangan gengsi," ungkapnya.

(yum/yum)


Hide Ads