Sorotan Tajam Pakar soal 'Gurun' Sampah di Pasar Caringin

Sorotan Tajam Pakar soal 'Gurun' Sampah di Pasar Caringin

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 17 Des 2024 06:30 WIB
Tumpukan sampah di Pasar Caringin
Tumpukan sampah di Pasar Caringin. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Permasalahan sampah di Pasar Caringin, Kota Bandung cukup mengkhawatirkan. Tumpukan sampah ini sudah seperti 'gurun' dengan memiliki panjang hampir 40 meter dan lebar sekitar 20 meter. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menimbulkan bau ke pemukiman warga hingga membuat pedagang rugi.

Gurun sampah itu, mendapatkan sorotan tajam dari Pakar Sampah Unisba Dr. Ir. Mohamad Satori. Tak hanya Pasar Caringin, menurut Satori permasalahan sampah ini juga terjadi di pasar lainnya salah satunya Pasar Gedebage. Baik di Gedebage atau Caringin, tanggung jawab utama permasalahan sampah adalah pengelola pasar itu sendiri.

"Sebetulnya masalah sampah di Pasar Caringin atau Gedebage dan lainnya dalam konteks pengelolaan sampah itu kawasan berpengelola. Sebetulnya kawasan berpengelola itu ada perjanjian kerjasamanya (PKS), antara pemerintah dengan badan pengelola itu yang di dalamnya menyangkut urusan sampah, sebetulnya harus di-clear-kan juga apa yang menjadi tugas pengelola," katanya kepada detikJabar, Senin (16/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau misal ada di PKS, pengelola bisa menjalankan ini. Kan sekarang sedang ada pengurangan ritasi, ini akan berpengaruh pada sampah lainnya," jelasnya.

Satori juga menyebutkan, penanganan sampah di lokasi-lokasi berpengelola harus dilakukan secara terpadu. Tidak hanya buang saja, melainkan harus dipilah sebelum dibuang.

ADVERTISEMENT

"Kalau sebelumnya hanya membuang, karena ada kebijakan pemerintah pengurangan ritase ke Sarimukti maka harus ada pengolahan di sumber, ini yang harus disadari dan diimplementasikan oleh semua pihak termasuk kawasan-kawasan yang masuk dalam kategori berpengelola," sebutnya.

Pemerintah juga harus tegas kepada para pengelola pasar, agar kejadian penumpukan sampah di Pasar Caringin tidak terjadi di tempat lainnya.

"Kuncinya adalah bagaimana setiap pihak, semua pihak harus lakukan pengolahan, kalau lihat Pasar Caringin produksi sampahnya banyak, baik organik maupun anorganik, mumpung situasi seperti ini maka harus dirubah tata kehilangan, bagaimana perubahannya? Harus dipaksakan dalam tanda petik setiap sumber itu memilih dan saya yakin di Pasar Caringin itu banyak sampah organik layak kompos dan bisa diolah dengan metode kompos yang sekarang sudah banyak dikembangkan," jelasnya.

"Tinggal kuncinya pastikan bagaimana sampah bisa terolah, ini perlu ada ketegasan, ketegasan siapa? Pemerintah Kota kan sudah gambar-gembor, tinggal di internalnya sendiri, bagaimana merealisasikan pemilahan itu, kalau sudah terpilih maka pengolahan itu banyak yang bisa diajak kerjasama, kuncinya terpilah, karena kalau tercampur memang repot pengolahan lebih lanjutnya karena ujung-ujungnya akan masuk ke TPA," tuturnya.

Dia juga menilai, pengelola pasar harus mengembangkan metode pengolahan sampah yang ramah lingkungan. "Pasar Caringin mayoritas organik, usul saya sampah organik ini diolah dengan metode komposting dan metode ini upaya untuk mengkonversi organik jadi kompos," ujarnya.

Menurutnya, kompos yang diolah nantinya juga dapat digunakan kembali atau dijual lagi ke petani. "Setelah jadi kompos, misalnya yang bawa sayuran dari Lembang ke Pasar Caringin, setelah pulang kan truknya kosong baiknya itu bawa kompos untuk pertanian, disatukan sisi organik tidak terbuang dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan tinggal buat kualitas kompos yang bisa digunakan oleh pertanian. Kalau upaya ini bisa dilakukan, ini bisa mengurangi timbulan sampah di Pasar Caringin," pungkasnya.

(orb/orb)


Hide Ads