Kabupaten Sukabumi dilanda rentetan bencana alam yang merenggut korban jiwa dan menyebabkan kerusakan parah. Sebanyak tujuh orang warga tertimbun longsor, dengan tiga di antaranya ditemukan meninggal dunia. Di sisi lain, banjir besar merendam ratusan rumah, membuat 400 Kepala Keluarga (KK) terdampak.
Diketahui, bencana ini terjadi pada Rabu (4/12), setelah cuaca ekstrem melanda Sukabumi selama dua hari berturut-turut. Dampaknya meluas ke beberapa wilayah, menyebabkan 180 KK atau 461 jiwa terdampak langsung, dengan 96 KK atau 247 jiwa terpaksa mengungsi.
Selain itu, 98 rumah warga mengalami kerusakan, terdiri atas 85 rusak ringan, 12 rusak sedang, dan 15 rusak berat. Tak hanya itu, 455 rumah lainnya terendam, 90 rumah terancam, 21 fasilitas umum terdampak, dan 34 hektare sawah rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, yang mengunjungi posko pengungsian di Cikembar, mengungkapkan kondisi terkini korban longsor.
"Kita terus update, yang terdampak bencana tiga orang meninggal, empat masih belum ditemukan," ujar Bey kepada awak media, Kamis (5/12/2024).
Korban meninggal di antaranya Daffa, seorang anak berusia 10 tahun dari Kecamatan Simpenan, serta dua warga Tegalbuleud. Kepala BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, menjelaskan bahwa empat korban lainnya masih dalam pencarian.
"Yang meninggal sudah dinyatakan tiga orang. Sedangkan yang empat masih dalam tahap pencarian di Tegalbuleud, Pabuaran, dan Gegerbitung," ujarnya.
Sementara itu, banjir yang melanda Kecamatan Palabuhanratu memperparah situasi. Camat Palabuhanratu, Deni Yudono, menyebutkan sebanyak 400 KK terdampak banjir, dengan empat rumah hanyut, delapan rumah rusak berat, dan beberapa lainnya rusak ringan.
"Di Kelurahan Palabuhanratu saja, ada sekitar 400 KK yang terdampak banjir. Total kerusakan masih dalam pendataan," kata Deni kepada detikJabar.
Kerusakan parah juga terjadi di Desa Citepus akibat longsor dan kerusakan Tebing Penahan Tanah (TPT) sepanjang 200 meter di Sungai Cigangsa. Selain itu, di Desa Buniwangi dan Desa Jayanti, sejumlah rumah ambruk, sementara Pondok Pesantren Istabroq terendam banjir hingga ketinggian 2,5 meter, memaksa 50 santri mengungsi.
Pemerintah melalui Pusdalops BPBD terus melakukan upaya evakuasi korban dan distribusi bantuan logistik. "Bantuan yang mendesak saat ini meliputi bahan makanan, material bangunan, dan perlengkapan darurat lainnya," tambah Deni.
Ia mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan. "Wilayah ini memang rawan banjir dan longsor, terutama saat intensitas hujan tinggi. Masyarakat perlu lebih berhati-hati, terutama yang tinggal di sekitar aliran sungai atau tebing rawan longsor," tutupnya.
(sya/dir)