Perlawanan Brigade Tjitaroem Serang Patroli Belanda di Djampang Koelon

Lorong Waktu

Perlawanan Brigade Tjitaroem Serang Patroli Belanda di Djampang Koelon

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 30 Nov 2024 19:00 WIB
Ilustrasi Lorong Waktu.
(Foto: Ilustrasi Oris Riswan Budiana/detikJabar)
Sukabumi -

Sebuah serangan yang dilakukan beruntun oleh pasukan TNI dari Brigade Tjitaroem terjadi di Djampang Koelon, daerah yang kini adalah salah sat kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Serangan itu menjadi catatan sejarah masa lampau yang tertulis dalam media Nieuwe Provinciale Groninger Courant terbitan 25 November 1948.

Tulisan tersebut menjadi bukti bagaimana keras kepalanya penjajah Belanda dulu, meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Belanda tidak langsung mengakui kemerdekaan tersebut dan terus berusaha mempertahankan kekuasaannya.

Bahkan selepas proklamasi Belanda melancarkan dua agresi militer besar terhadap Indonesia yakni pada 1947 dimana Belanda menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Republik Indonesia, dengan alasan ingin menegakkan 'ketertiban' di wilayah tersebut. Kemudian pada tahun 1948 Belanda kembali menyerang dan bahkan menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia. Serangan ini bertujuan melemahkan pemerintahan Republik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini bertaut dengan serangan beruntun yang dilancarkan pasukan Brigade Tjitaroem terhadap patroli Belanda. Menurut tulisan media Nieuwe Provinciale Groninger Courant disebut peristiwa itu berakhir pada kekalahan pasukan TNI.

"Selama dua minggu terakhir, pasukan dari Regimen "Bogor", bagian dari Brigade Tjitaroem TNI, melakukan serangan di sekitar Djampang-Koelon, yang terletak di barat daya Sukabumi. Serangan ini terjadi setelah pasukan TNI tersebut baru-baru ini menyusup ke wilayah tersebut," tulis media berbahasa Belanda tersebut yang diterjemahkan detikJabar.

ADVERTISEMENT

"Pada awal November, sebuah patroli Belanda diserang sekitar 2 km di sebelah barat Djampang-Koelon. Kemudian, pada 13 November, patroli Belanda lainnya juga diserang sekitar 1 km di sebelah timur Djampang-Koelon. Tak lama kemudian, pada 15 November, patroli Belanda lainnya kembali diserang sekitar 2 km di sebelah selatan tenggara Djampang-Koelon," lanjut tulisan tersebut.

Sampai akhirnya, sebuah pertempuran besar terjadi pada 17 dan 18 November di 12 km sebelah barat daya Djampang-Koelon antara pasukan TNI dan patroli Belanda. Sayangnya perlawanan gigih itu, TNI mengalami kerugian. "Dalam pertempuran ini, militer Belanda berhasil merebut sepuluh senapan, sebuah karabin, dan dua belas gerobak senjata dari pasukan TNI," tulis media tersebut.

"Pada malam antara 19 dan 20 November, terjadi lagi kontak senjata, namun kali ini pasukan TNI berhasil dipukul mundur dan markas mereka dibersihkan. Tidak ada laporan tentang korban dari pihak Belanda, sementara apakah pihak TNI mengalami kerugian belum diketahui. Setelah pertempuran tersebut, patroli Belanda melanjutkan operasi mereka," sambung tulisan itu.

Masih dari media tersebut, dari dokumen yang ditemukan di Serang, Bantam, terungkap bahwa pasukan Regimen Bogor diberi tugas untuk membentuk organisasi bawah tanah di wilayah federal. "Beberapa orang dari pasukan ini kemudian diperintahkan untuk menuju ke Buitenzorg (sekarang Bogor), yang terkait dengan rencana penaklukan kota tersebut," pungkas media tersebut.




(sya/orb)


Hide Ads