Bey Minta Ponpes Bentuk Santri Siaga Bencana Imbas Insiden di Sukabumi

Bey Minta Ponpes Bentuk Santri Siaga Bencana Imbas Insiden di Sukabumi

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 15 Nov 2024 14:30 WIB
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin di Sukabumi
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin di Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Empat santri di Ponpes Yaspida Sukabumi meninggal dunia akibat tertimpa dinding pematang kolam. Ambruknya dinding itu disebut sebagai longsor susulan di lokasi yang sama.

Tak ingin kejadian serupa terjadi lagi, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin akan membentuk santri siaga bencana di seluruh pondok pesantren se-Jawa Barat.

"Kami meminta kepada Pak Kyai, pimpinan untuk membentuk santri siaga bencana karena itu penting dan ada 1.200 pesantren jadi mereka harus membentuk santri siaga bencana karena kita tahu dari awal November sampai Februari 2025 itu puncak hujan ekstrem atau ancaman bencana hidrometeorologi," kata Bey kepada detikJabar di Kota Sukabumi, Jumat (15/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembentukan santri siaga bencana ini akan dikoordinasikan kepada seluruh BPBD kota kabupaten dan seluruh pesantren-pesantren. Nantinya di tiap asrama harus memiliki koordinator yang berfokus pada kebencanaan.

"Kita tahu di tempat-tempat pesantren banyak asrama, jadi minimal di setiap asrama ada koordinator dan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana karena yang kejadian kemarin itu saja mereka tidak menyangka karena hujan hanya rintik-rintik tiba-tiba temboknya ambruk, jadi kewaspadaan itu yang paling penting," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Plt Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Anne Hermadianne Adnan menambahkan, untuk persiapan membentuk santri siaga bencana, pihaknya akan berkoordinasi dengan Karo Kesra yang membina pesantren se-Jawa Barat.

"Karena pesantren ini mempunyai tanggung jawab, karena sudah mengumpulkan orang dalam satu kawasan terutama pesantren-pesantren yang ada dalam kawasan rawan bencana. Nanti kita coba kolaborasi dengan pondok pesantren juga BPBD kabupaten kota untuk membentuk santri siaga bencana di mana nanti di setiap gedungnya itu ada emergency responsive," kata Anne.

Pihaknya akan memberikan edukasi dan pelatihan terkait simulasi bencana, tanda-tanda bencana, dan penggunaan aplikasi waspada bencana. "Jadi dia sudah tahu dan dia bisa me-warning, warning-nya bisa dengan toa atau bahkan mungkin seperti yang saya bawa (peluit)," sambungnya.

Pihaknya mengimbau kepada BPBD kabupaten kota dan pesantren di daerah rawan bencana agar merespons pembentukan santri siaga bencana ini. Secara fokus, santri siaga bencana ini akan selesai terbentuk pada awal tahun 2025.

"Ini target, kan sudah di akhir tahun nih, kami mungkin pertama-tama akan melakukan imbauan dulu karena kami juga melakukan penanganan. November itu sudah mulai banyak bencana hidrometeorologi karena Jawa Barat ini paling tinggi bencana hidrometeorologinya se-Indonesia," kata dia.

"Nah kami akan melakukan imbauan dulu kemudian mungkin kalau ada permintaan bisa berkolaborasi dengan kabupaten kota dan kita mungkin akan lebih banyak di awal tahun tapi tetap kita akan me-warning dulu dari sekarang November," tutupnya.

Jenguk Santri Selamat

Bey Machmudin mengunjungi pondok pesantren sekaligus membesuk santri yang terluka akibat peristiwa dinding pematang kolam yang ambruk. Diketahui, sembilan santri jadi korban, empat meninggal dunia dan lima lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

Pantauan detikJabar Bey membesuk santri yang dirawat di RS Bhayangkara Setukpa Lemdiklat Polri Sukabumi. Ia juga sempat berinteraksi dengan beberapa santri.

Pj Gubernur Jabar saat menjenguk korban tertimpa dinding di SukabumiPj Gubernur Jabar saat menjenguk korban tertimpa dinding di Sukabumi Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Bey mengucapkan belasungkawa dan duka cita mendalam bagi keluarga empat santri yang meninggal dunia. Keempat santri yang meninggal yaitu M. Firmansyah (14) asal Cisaat, M. Dzaki Athalah (14) asal Cikembar, M. Awal Rizki (14) asal Kalapanunggal dan M. Rifa Raditya (14) asal Bogor.

"Dan juga kita doakan yang mengalami cedera segera sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan keluarga," kata Bey kepada awak media di RS Bhayangkara Polri, Kota Sukabumi.

Lebih lanjut, Bey meminta agar pihak pondok pesantren selalu meningkatkan kewaspadaan akan bencana alam. Terlebih, saat ini wilayah Jawa Barat masih siaga bencana hidrometeorologi.

"Kejadian kemarin itu, mereka tidak menyangka karena hujan hanya rintik-rintik, tiba-tiba temboknya ambruk. Jadi kewaspadaan itu yang paling penting," ujarnya.

Dia juga meminta agar pihak pondok pesantren Yaspida dapat memperbaiki beberapa lahan bangunan hingga dapat meminimalisir ancaman-ancaman bencana. "Termasuk sungainya kan langsung dikerjakan setelah alat beratnya dari Kota Sukabumi langsung dipindahkan ke situ," sambungnya.

Terkait alasan korban berada di lokasi pada malam hari, korban sempat bercerita kepada Bey. Menurutnya, mereka bukan bolos mengaji dan sedang duduk-duduk di lokasi setelah mengikuti pengajian rutin.

"Mereka habis pengajian katanya lagi duduk-duduk lah. Mereka lagi duduk-duduk katanya karena mereka tidak menyangka akan ambruk karena hujan rintik-rintik, tidak ada angin, tidak ada apa-apa," ungkapnya.

"Jadi memang sekali lagi kesiapsiagaan kewaspadaan kita harus lebih dalam seperti itu dan mohon kepada masyarakat dalam situasi apapun kalau memang tidak perlu di luar ruangan sebaiknya ada di tempat yang aman," sambungnya.

Pada kesempatan tersebut, Bey juga mengapresiasi RS Bhayangkara yang telah memberikan perawatan terbaik bagi korban luka. Dia mengatakan, satu dari lima korban yang dirawat sudah dinyatakan pulih dan dipulangkan ke rumahnya.

"Dari sembilan kan empat meninggal, lima yang dirawat, satu sudah pulang dan dari empat ada mungkin beberapa yang boleh pulang, beberapa juga masih harus dipantau dan mereka sangat baik dirawat," kata dia.

Kasetukpa Polri Sukabumi Brigjen Pol Dirin menambahkan, sejak menerima laporan bencana, pihaknya sudah menyiagakan rumah sakit dan tenaga medis.

"Kalau peran rumah sakit sendiri kita juga andil partisipatif, kita juga secara aktif tenaga medis kita kerahkan juga untuk membantu para korban bencana. Rumah sakit juga siap untuk menampung korban-korban yang perlu perawatan lebih lanjut. Jadi secara medis, tenaga medisnya maupun obat-obatan sudah kita siapkan juga," kata Dirin.

Terkait biaya rumah sakit bagi korban bencana, termasuk para santri yang sedang dirawat, dia menyarankan untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah. Namun pihaknya pun akan meringankan beban penyintas bencana.

"Kalau masalah biaya ini koordinasi dengan Pemda. Karena di kami tidak ada anggaran tapi kami berusaha membantu seringan mungkin," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Melihat Dampak Gempa M 6,3 Bengkulu, 100 Bangunan Rusak"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads