Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin meluncurkan program Multi Micronutrient Supplement (MMS) untuk ibu hamil di Jawa Barat. Provinsi Jabar dipilih menjadi salah satu daerah pilot project dari 14 Provinsi lainnya.
Peluncuran program itu dilaksanakan di UPT Puskesmas Cempaka Arum, Gedebage, Kota Bandung. Budi mengatakan peluncuran program tersebut salah satunya diutamakan di Jabar sebagai provinsi dengan angka ibu hamil terbanyak.
"Jadi kita meluncurkan MMS sebagai pengganti tablet tambah darah. Bedanya kalau tablet tambah darah cuma 1 vitamin sama 1 mineral, ini ada 10 vitamin 5 mineral jadi totalnya 15. Hasil dari penelitian bilang kalau pakai MMS ini gizinya si ibu hamil akan jauh lebih baik, kemudian bayinya lahirnya juga lebih sehat, mengurangi bayi lahir yang pendek, bayi lahir stunting, dan mengurangi kematian bayi," ucap Budi, Kamis (18/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan bahwa MMS telah diriset di seluruh penjuru dunia dan menjadi guidance WHO sejak tahun 2020. Hanya saja, Indonesia baru akan mengimplementasikan sekarang.
Budi menerangkan, suplemen ini berpotensi mengurangi kelahiran bayi yang bermasalah gizi dan mengurangi angka kematian bayi yang masih tinggi. Program ini akan diprioritaskan ke 15 provinsi termasuk Jabar, dinilai dari banyaknya kelahiran bayinya yang BBLR (berat badan lahir rendah).
"MMS diberikan secara gratis, tahun ini masih donasi dari Vitamin Angel dan Kirk International. Tahun depan kita juga dapat donasi dari UNICEF akan dibantu, tapi saya minta kalau bisa yuk didonasikan terus lah sampai 5 tahun gitu kan ke depan. Tapi belum tentu dikasih sih sama World Bank," kata Budi.
Masing-masing ibu hamil, kata Budi, butuh minum 180 tablet selama 6 bulan. Jadi kebutuhannya kira-kira 5 juta x 180 tablet yakni 900 juta tablet dalam setahun.
Data menunjukkan bahwa ibu hamil di Indonesia berjumlah 4,9 juta orang. 27% di antaranya adalah ibu hamil dengan anemia dan 17% lainnya mengalami kekurangan energi kronis.
Belum lagi dengan angka BBLR dan kematian bayi yang masih tinggi. Secara nasional, bayi berat badan lebih rendah sebesar 6,9%. Sementara setiap seribu kelahiran bayi, 19 di antaranya meninggal dunia.
"Ibu hamil Jawa Barat walaupun paling banyak, ternyata angka anemia dan kurang energi kronisnya lebih bagus dari nasional. Tapi tetap mereka yang paling banyak gitu dari nominalnya. Jadi kalau Jabar turun atau nol, maka angka di nasional pasti akan drop banget. Karena mereka pembilang dan penyebutnya paling banyak," ujar Budi.
"Lalu target kematian kami ingin turunkan jadi 16 kasus tahun 2030. Kalau saya maunya di bawah 5. Per seribu bayi lahir hanya boleh ada lima kematian, nggak boleh lebih dari itu. Karena tinggi sekali, kasihan bayi-bayi kita," sambungnya.
Budi mengaku produksi suplemen ini masih import, namun ia menjanjikan tahun depan sudah ada produksi MMS di Indonesia. Meski begitu, ia meyakini jumlahnya belum mampu untuk memenuhi kebutuhan 4,9 juta x 180 tablet untuk enam bulan.
Sehingga sampai 2-3 tahun ke depan, sebagian MMS masih diimpor dari UNICEF. Harapannya, nanti MMS juga dapat berpotensi membangun industri obat-obatan dalam negeri.
"Tapi bagusnya juga ini produksi dalam negeri ya, lumayan kan buat industri dalam negeri juga. Saya sengaja ajak UNICEF dan World Bank, siapa tahu nanti habis Indonesia begini kan ditiru negara lain nih. Karena Indonesia kan mulai yang termasuk yang pertama. Nah negara lain bisa beli dari Indonesia. Kalau UNICEF mau support mereka, belinya dari produsen Indonesia. Jadi industri Indonesia juga bagus," harap dia.
Sementara itu turut hadir Pj Gubernur Jabar, Bey Machmudin yang mengucap terima kasih kepada Kemenkes karena memilih Jabar sebagai tempat peluncuran program MMS. Menurutnya, program ini sangat penting buat ibu hamil dan akan meningkatkan kualitas SDM di Jabar.
"Ibu hamil himbauannya ya suplemen ini digunakan sesuai dengan porsinya. 1 botol tadi isinya 120 tablet dan itu diminum setiap hari satu, jadi ikuti anjuran petugas puskesmas yang memberi penjelasan. Dan tentunya jaga gizi juga, harus tetap makan bergizi, jangan karena minum MMS jadi makan tidak bergizi," pesan Bey.
Ia pun berharap jika nanti pabrik obat di Jabar sudah berkapasitas memproduksi MMS, maka produksi dari Jabar bisa segera dilakukan. Agar selain menjadi contoh di tingkat nasional, bisa menjadi pemasok suplemen MMS untuk Indonesia.
(aau/sud)