Upaya Terpadu Pemprov Jabar Mengurai Sampah Bandung Raya

Upaya Terpadu Pemprov Jabar Mengurai Sampah Bandung Raya

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 10 Okt 2024 13:00 WIB
Sampah di Pasar Caringin.
Sekda Jabar Herman Suryatman meninjau kondisi persampahan Bandung Raya di Pasar Induk Caringin, Kota Bandung. (Foto: Istimewa/Humas Pemprov Jabar)
Bandung -

TPA Sarimukti masih belum berhenti menerima kiriman sampah dari Bandung Raya. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman mengatakan Pasar Induk Caringin di Kota Bandung menjadi pasar paling intensif mengirim sampah. Dalam pantauannya ke lapangan, Herman berusaha mengurai masalah sampah di Pasar Caringin yang harapannya kemudian dapat diterapkan ke pasar lainnya.

"Paling banyak (sampah di lingkungan pasar) di Pasar Induk Caringin, jadi saya cek lebih dulu. Kalau Pasar Caringin bisa mengatasi, pasar yang lain (di Bandung Raya) juga kita dorong," ucap Herman belum lama ini.

Ia menuturkan, kehadiran Pemprov Jabar harus lebih giat mengatasi permasalahan sampah di Bandung Raya yang meliputi Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Herman mengingatkan kembali bahwa kondisi daya tampung TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat, akan mengalami overload sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga kami kemarin meminta (seluruh kepala daerah di Bandung Raya), ayo mulai sekarang di level lingkungannya dioptimalkan kapasitas sampahnya sehingga sampah akan berkurang signifikan," tuturnya.

Selain mengoptimalkan kapasitas sampah di daerah masing-masing di kawasan Bandung Raya, Herman meminta keempat daerah untuk mengurangi tonase sampah yang dikirimkan ke TPA Sarimukti.

ADVERTISEMENT

Maka guna merealisasikan hal itu, Herman mengungkapkan ada komitmen bersama mengurangi pengiriman sampah ke Sarimukti dari empat wilayah di Bandung Raya.

"Dari 1.750 ton untuk dua bulan ke depan sampai dengan 30 November 2024, kami mengharapkan turun 500 ton sehingga posisi akhir di TPA Sarimukti pada November hanya 1250 ton per hari," imbuh dia.

Tumpukan sampah juga selalu menggunung di Pasar Induk Caringin. Herman pun meminta pihak pengelola segera mengatasinya karena akan mengganggu aktivitas masyarakat yang datang untuk membeli bahan pokok.

Selanjutnya, langkah-langkah penanganan pun ia susun untuk menangani sampah yang menumpuk di lingkungan pasar. Kata Herman, Pemprov Jabar, Pemkot Bandung, dan pengelola Pasar Caringin Kota Bandung sepakat akan menangani sampah yang menumpuk.

"Dari hasil diskusi dengan pemilik, Pj Wali Kota Bandung, Dansektor Citarum Harum dan beberapa ahli sampah dari Itenas dan DLH, ada beberapa rencana solusi, antara lain segera mencari lokasi untuk pembuangan sampah eksisting sebanyak 3000 ton. Alternatifnya TPAS di kabupaten sekitar Bandung Raya atau sewa tanah masyarakat atau tanah milik pengelola. Dalam hal ini pemilik sanggup untuk membiayainya," ucap Herman.

Langkah lain dalam menangani sampah di Pasar Caringin yakni mengembangkan teknologi komposting dan insinerator. Di lokasi saat ini, sedang diujicoba teknologi tersebut, dengan kapasitas lima ton per hari. Rencana akan dimodifikasi oleh Itenas dan akan ditingkatkan kapasitasnya, dengan target 40-60 ton per hari. "Untuk rencana ini, pengelola akan menyewa tanah milik Pemda Provinsi Jabar," katanya.

Selain itu, Herman juga mengatakan bahwa pengelola sudah menyanggupi untuk melakukan edukasi dan sosialisasi secara cepat dan intensif kepada para pedagang Pasar Caringin. Tujuannya, semua pedagang dapat mengurangi, memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah masing-masing, sehingga diupayakan bisa zero waste dari hulunya. "Untuk pemetaan serta penajaman tindak lanjut dan rencana aksi dari sidak, saat ini sedang disusun oleh Dinas LH Provinsi Jawa Barat," ucap Herman.

Banyaknya Jumlah Sampah di Jabar dan Upaya Mengurai dengan Pilah Sampah

Di lain sisi, para pejabat OPD di Jabar juga diberikan pembekalan soal sampah. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total volume sampah di Jabar pada 2022 sebesar 4,89 juta ton. Hal ini membuat Jabar jadi salah satu provinsi dengan timbulan sampah terbesar ke-3 di Indonesia. "Jawa Barat menghasilkan rata-rata 13,41 ribu ton sampah setiap hari sepanjang tahun 2022," ucap Kepala Diskominfo Jabar, Ika Mardiah.

Menurut Ika, hanya sebagian kecil sampah yang diolah dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata semua pihak untuk mengatasi masalah ini. Sosialisasi kembali digalakkan untuk memilah, menyetorkan sampah terpilah ke bank sampah, dan mengakses fitur SampahKita.

Ika menjelaskan, Pemprov Jabar memiliki fitur aplikasi Bank Sampah yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah dari hulu (sumber sampah) sampai hilir (Tempat Pembuangan Akhir). Selain itu juga mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

"Tujuannya antara lain memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan akses informasi pengelolaan sampah, meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa fitur Bank Sampah sudah disematkan di aplikasi Sapawarga yang merupakan Jabar SuperApps, platform yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, layanan serta menyampaikan aspirasi. "Sapawarga saat ini sudah diakses oleh 2.914.981 pengguna dengan jumlah pengguna aktif harian sebanyak 90.211 (data diambil pada 4 Oktober 2024) dan akan terus bertambah," ujarnya.

Pascadirilis pada 9 September 2024 sampai tanggal 7 Oktober 2024, fitur Bank Sampah sudah mencapai 9.144 kali diakses oleh 7.505 pengguna. Ika menuturkan, melalui fitur Bank Sampah, pengguna dapat menemukan lokasi dan jumlah bank sampah di sekitarnya. "Pengguna juga dapat mengakses info lengkap mengenai jenis dan harga sampah yang dapat ditukarkan," ujar Ika.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Dodit Ardian Pancapana memaparkan bahwa setiap orang per hari rata-rata menghasilkan sampah 2,5 liter (l). Orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih tinggi (6 l/orang/hari) menghasilkan sampah lebih banyak dibanding orang dengan tingkat kemampuan ekonomi lebih rendah (3 l/orang/hari).

Sampah di perumahan pada hari libur (3 l/orang/hari) juga lebih banyak dibanding hari biasa (2,5 l/orang/hari). Menurut Dodit, berbagai permasalahan sampah di kawasan Bandung Raya, salah satunya aspek perilaku kesadaran dalam mengurangi, memilah, dan mengolah sampah dari sumbernya secara bertanggung jawab.

Kemudian internalisasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang sampah yang kurang efektif dan terpadu, termasuk aspek regulasi, kelembagaan dan penganggaran terhadap prinsip 3R. "Pelarangan sampah organik masuk ke TTPAS (Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah) Sarimukti juga belum efektif, dimana kabupaten kota di kawasan Bandung Raya masih mengirim sampah organik ke Sarimukti," ungkapnya.

Dodit memaparkan, berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Jabar untuk menangani permasalahan sampah, menyusul telah penuhnya kapasitas TPPAS Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. Penanganan yakni melalui komitmen penanganan sampah terpadu di Bandung Raya yang melibatkan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.

Selain itu, pihaknya melakukan skema zero waste pengolahan sampah pada kawasan perkantoran Gedung Sate serta di kantor-kantor OPD di lingkungan Pemprov Jabar. "Kami melakukan pengelolaan sampah mandiri di perkantoran Gedung Sate, mulai dari tempat sampah yang dibagi tiga jenis sampah hingga mengolah sampah organik untuk kemudian dijadikan pupuk," kata Dodit.

(aau/iqk)


Hide Ads