Pemprov Jawa Barat (Jabar) meneken kesepakatan dengan Pemkot Bandung dan Pemkot Cimahi mengenai urusan pengiriman sampah ke TPA Sarimukti. Sampah dari wilayah Bandung Raya pun dibatasi maksimal dengan volume 1.390 ton per hari.
Sekda Jabar Herman Suryaman mengatakan, sejak September 2024, kesepakatan itu sebetulnya sudah dijalankan 4 daerah di Bandung Raya. Ritase pengiriman sampah pun kemudian berkurang, misalnya Kota Bandung dari 170 rit ke 140 rit, Kabupaten Bandung dari 55 rit ke 44 rit, Kota Cimahi dari 23 rit menjadi 17 rit dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) dari 25 rit menjadi 17 ritase.
"Overall, dari 1.750 ton (sampah yang dikirim ke TPA Sarimukti) kita kurangi menjadi 1.390 ton per hari. Atau dari 267 rit per hari menjadi 214 rit per hari," kata Herman usai penandatanganan kesepakatan di Pendopo Kota Bandung, Sabtu (8/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun kemudian, akhir Januari 2025, terjadi lonjakan volume pengiriman sampah, khususnya dari Kota Bandung. Ritase di wilayah Ibu Kota Jabar itu meningkat menjadi 151 rit per hari, sedangkan di Cimahi terjadi timbunan sampah yang belum terangkut dan mengkhawatirkan dengan volume sekitar 30 ritase.
"Wali Kota Bandung kemudian menyampaikan surat penambahan ritase, kami enggak bisa mengabulkan, karena kami harus menjaga ekosistem Sarimukti untuk bertahan sampai 2027. Kalau dibiarkan, bahaya, bisa overload, lifetime atau umur pakainya bisa berkurang," tutur Herman.
Sampai kemudian, Pemprov Jabar menawarkan solusi tambahan ritase pembuangan sampah untuk Kota Bandung dan Cimahi ke TPA Sarimukti. Dalam satu bulan ke depan, Kota Bandung akan mendapat tambahan 5 ritase, sedangkan Kota Cimahi mendapat tambahan 3 ritase dalam jangka waktu 10 hari.
Untuk sisanya, kata Herman, Kota Bandung dan Cimahi harus dengan tegas mengeluarkan kebijakan pengolahan sampah dari rumah. Sehingga ke depannya, kata dia, sampah-sampah yang diangkut itu hanya berupa residu ketika diangkut ke TPA Sarimukti.
![]() |
"Mudah-mudahan dua wilayah ini bulan depan bisa normal kembali, dari rumah zero waste, atau minimal zero food waste. Kurangi sampah, manfaatkan sampah dan daur ulang sampah sejak dari rumah, termasuk optimalisasi di tengah di TPS 3R dan TPST," tegasnya.
"Saya kira bisa, nanti Kabupaten Bandung dan Bandung Barat akan kami dorong. Ini kami lakukan untuk mengantisipasi ledakan sampah di Kota Bandung. Karena kalau terjadi yang rugi kita semua, dan itu tidak boleh," imbuhnya.
Pj Wali Kota Bandung Koswara menambahkan, nantinya, masyarakat didorong untuk bisa mengolah sampahnya sendiri dari rumah. Sehingga targetnya, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir bisa dikurangi hingga 30 atau 20 persen.
"Yang dibuang ke TPS itu nanti residunya yang tidak bisa diambil bank sampah, atau tidak bisa diolah organik, itu sisanya yang masuk ke pembuangan akhir. Kalau dihitung rata-rata maksimal itu 30 persen sisanya, ada juga yang bisa sampah dibawah 20 persen, saya lihat sudah ada, di beberapa klaster sudah ada. Tapi ini perlu waktu untuk melakukan zero waste sampai sangat minimal residunya, karena itu jadi budaya," pungkasnya.
(ral/dir)