Hujan deras pada Rabu (2/10/2024) malam membuat tembok penangkaran buaya jebol di Kampung Gunung Calung, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur.
Buaya berukuran sekitar 3 meteran kabur. Buaya titipan dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) itu kabur ke persawahan dan area galian C yang dekat dengan permukiman penduduk.
Beruntung, kejadian itu keburu disadari pegawai penangkaran dan warga di sekitarnya, sehingga dari 80 buaya di penangkaran, yang kabur tidak semuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yayan Nurdin alias Mang Ipei (50) adalah satu di antara pegawai penangkaran yang turun tangan mencari buaya kabur. Semalam, dicokoknya dua buaya. Dia hanya menggunakan seutas tali untuk mengikat mulut buaya supaya tidak menganga, dan mengikat kedua kaki reptil itu supaya tidak kabur kembali.
Benar, buaya tak berkutik di hadapan Mang Ipei. Wajar, Mang Ipei merupakan profesional yang sehari-hari bekerja bersama buaya. Bagaimana jika ada kejadian buaya kabur ke pemukiman penduduk dan tidak ada profesional? Apa alat dan bagaimana cara menangkap buaya?
Alat dan Cara Menangkap Buaya
![]() |
Bagi profesional dan tahu buaya yang dihadapi adalah buaya tangkar, maka menangkap buaya dengan tanpa alat sudah menjadi kebiasaan. JIka buaya sudah ditangkap, tinggal diikat mulut dan kakinya.
Namun, untuk yang bukan ahli, menangkap buaya harus menggunakan alat. Penggunaan peralatan yang ringan, kuat, dan tidak menyakiti satwa adalah tindakan yang sangat disarankan.
Sebabnya, jika sudah tertangkap, satwa seperti buaya harus diserahkan kepada negara melalui BKSDA. Dengan demikian, menangkap buaya sambil memerhatikan agar kondisi fisik satwa itu selamat merupakan hal yang tak kalah penting.
Sifat Alat untuk Menangkap Buaya
Bekerja dengan satwa, akan selalu ada kemungkinan keadaan darurat (tidak bisa diprediksi atau kejadian yang mendadak muncul).
Apabila keadaan darurat tersebut terjadi seorang petugas harus mampu berpikir cepat dan kreatif membuat dan/atau memanfaatkan barang/benda di sekitar yang dapat digunakan untuk membantu proses penanganan satwa.
Adapun bahan atau material yang digunakan sebagai alat bantu penanganan satwa harus memenuhi kriteria sebagai berikut, sebagaimana dibahas dalam Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa Reptil (2020) terbitan Kementerian LHK:
- Aman (aman untuk satwa dan petugas, tidak melukai/tidak menyakiti);
- Kuat (tidak mudah rusak, tidak mudah patah, tidak mudah robek);
- Ringan (mudah dibawa dan diangkat);
- Fleksibel (mudah pemakaiannya, bisa dimodifikasi dalam berbagai peruntukan dan kondisi);
- Mudah didapat (mempunyai sifat substitusi).
Jenis Alat Menangkap Buaya
1. Tali
Penggunaan tali dalam menangkap buaya adalah hal yang wajib. Tali berbahan nilon atau sintetis lebih kuat dan tahan rusak sehingga sesuai digunakan untuk golongan reptil bertubuh besar seperti buaya dan komodo.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan disesuaikan dengan jenis satwa yang akan dipegang, ukuran tubuh satwa dan kondisi yang berhubungan dengan satwa. Sarung tangan berbahan kulit atau sintetis digunakan untuk reptil bercakar dan bergigi tajam. Contoh untuk memegang biawak dan komodo berukuran sedang.
3. Jaring
Jika buaya masih seukuran dua jemari tangan orang dewasa, penggunaan jaring seperti jaring untuk menangkap ikan mungkin masih bisa. Namun, untuk buaya besar, jaring tampaknya akan kurang efektif.
Namun, jika pun hanya ada jaring untuk menangkap buaya, usahakan pilih jaring yang punya tangkai panjang. Ini untuk menjaga agar manusia dan buaya tetap punya jarak aman.
4. Tongkat Pengikat
Tongkat pengikat bisa dibuat dengan memanfaatkan tali dan bambu. Rongga bambu dilubangi sehingga tali bisa dipasang di ujungnya. Bulatan tali itu bisa mengerut jika ujung tali yang ada di genggaman ditarik.
Alat ini mungkin yang pernah digunakan oleh Petugas Damkar Subang. Alat rakitan itu dipakai untuk mengevakuasi buaya muara yang nyasar ke kolam ikan milik warga di Kampung Mayang, Desa Mayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (19/9/2022).
Berhasil, petugas damkar berhasil mengevakuasi buaya itu dengan pertama-tama membuat moncongnya terkatup dengan alat rakitan tersebut.
"Memang kami namakan tongkat pengikat, dipergunakannya ya untuk ngikat buaya," katan Aep, Petugas Damkar Subang.
Cara Menangkap Buaya
![]() |
Di dalam Buku Panduan Penanganan (Handling) Satwa Reptil (2020) terbitan Kementerian LHK, dijelaskan langkah-langkah atau cara menangkap buaya. Namun, yang perlu diingat, penanganan reptil jenis ini memerlukan tenaga yang cukup banyak, bisa mencapai lebih dari lima orang tergantung ukuran dan berat badan buaya.
Berikut ini cara menangkap buaya:
- Mengidentifikasi satwa (jenis, jumlah, status kesehatan, lokasi);
- Menentukan metode dan tujuan penanganan satwa;
- Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu peralatan keamanan diri dan peralatan satwa
- Pisahkan satwa (jika dalam kelompok) dan tangkap satu-persatu;
- Kepala difiksasi pertama kali dengan tali bersimpul;
- Lalu tutup mata dengan kain basah;
- Ikat area moncong satwa sampai terfiksasi baik;
- Fiksasi ekor dengan menekuk bagian ujungnya dan petugas yang lain mengunci bagian punggung buaya. Hal ini dilakukan bersamaan agar buaya tidak bisa bergerak/melepaskan diri dengan gerakan rolling death-nya yang berbahaya;
- Ikat kedua kaki depan dan belakang bersama badan dengan arah kaki ke belakang (ke arah ekor);
- Satwa dibawa memakai tandu sebelum dimasukkan ke dalam kotak transportasi dan dievakuasi.
(yum/yum)