Sebuah rumah di daerah Malabar, Lengkong, Kota Bandung kerap jadi langganan wisatawan untuk mampir. Rumah tua itu lebih sering dikenal dengan sebutan 'Rumah Milea'.
Tapi kini, depan rumah itu terpasang spanduk kuning dengan huruf kapital berwarna hitam tertulis 'DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!'. Berikut sederet fakta-fakta rumah Milea yang enggan jadi perhatian lagi.
1. Pengunjung Teriak-teriak Nama 'Milea'
Tin dan Penny, kakak beradik pemilik asli rumah tersebut tak pernah menyangka, berawal jadi tempat syuting film, rumah itu malah kedatangan banyak tamu tak diundang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka datang silih berganti demi menjadikan rumah itu bahan konten. Banyak yang numpang foto, tapi tak sedikit yang iseng berteriak memanggil nama tokoh fiksi Milea.
"Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak 'Milea!! Milea!!', terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga," cerita Tin.
"Saya juga heran lho, kok setiap hari rasanya malah tambah ramai. Padahal syutingnya kan sudah lama ya? Sekitar tahun 2018 lalu nggak lama dipakai syuting lagi. Tapi kok masih saja ada yang berdatangan dan foto," sambung Tin.
2. Pengunjung Mulai Merusak Pagar
Tin maupun Penny sebetulnya tak masalah dengan banyaknya orang yang mendambakan rumah peninggalan orang tua mereka. Tapi ternyata, kunjungan demi kunjungan itu justru merugikan bagi Bangunan Cagar Budaya Golongan B tersebut.
"Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang ke sini juga datang jauh-jauh dari luar pulau terus mampir foto. Tapi ya sayangnya bukan cuma mengganggu, tapi juga pagar itu suka dinaikin, didudukin, jadinya pagarnya turun terus seret nggak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus perbaiki," cerita Tin pada detikJabar.
"Ya saya tidak bisa marah atau melarang, nanti saya takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya sebetulnya cuma ingin ketenangan saja, ya sudah kami di dalam saja lah banyak kerjaan," sambung Tin.
Pantauan detikJabar, rumah 'Milea' itu masih dalam kondisi terawat. Halamannya pun masih asri dengan rumput hijaunya, masih sama cantiknya seperti dalam film.
Hanya saja, mereka yang datang untuk 'ngonten' di depan rumah 'Milea' itu seperti mengancam fasad indah bangunan ini. Pagar rumah beberapa kali dibuat rusak oleh para pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Keramaian itu, nyatanya tak jadi menguntungkan buat Tin, Penny, maupun warga sekitar.
3. Padatnya Pengunjung Mengganggu Warga Setempat
Mereka yang datang, sering parkir sembarangan dan mengganggu akses keluar masuk rumah warga yang lain. Tak sedikit yang malah jadi numpang nongkrong dan berisik.
Karena makin ramai, perlahan pedagang kaki lima (PKL) mulai merapat memanfaatkan kondisi. Akhirnya bukan cuma bagian depan rumah warga jadi tempat parkir dan nongkrong, tapi juga kebagian sampah sisa makanan minuman.
"Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini padahal kan nggak boleh," ucap Tin.
4. Rumah Kolonial Itu Didambakan Para Sineas
Tin juga mengaku, rumah peninggalan orang tuanya itu sejak dulu jadi perhatian banyak orang. Bukan cuma oleh warga yang lalu lalang di sekitar rumahnya, tapi juga jadi incaran para sineas film.
Tak terhitung ada berapa banyak judul film layar lebar yang menggunakan rumahnya untuk syuting. Tin menunjukkan beberapa bagian interior yang kerap jadi 'korban' setelah dipakai syuting. Taman belakang miliknya dirawat dengan cukup baik, tapi sayangnya tak lagi secantik sebelum Tin mempersilakan para sutradara untuk meminjam rumahnya.
"Dulu itu ada banyak sekali anggrek di taman belakang, bagus-bagus, saya yang ngerawatnya. Sekarang sudah pada habis, rusak karena sering digeser-geser lah, dan lainnya. Rusak semua, saya ya mau marah juga gimana," ucapnya sambil menunjukkan letak anggrek-anggreknya dulu.
Bahkan sampai saat ini, permintaan untuk syuting di rumahnya pun masih antri banyak. Tapi Tin dan adiknya Penny, memutuskan ingin menempati rumah tersebut dengan tenang. Ia tak ingin lagi ada kunjungan, keramaian, pun apalagi rumahnya dirombak jadi tempat syuting.
"Banyak lah rumah ini sudah sering dipakai syuting. Sampai sekarang yang nawarin juga banyak banget. Saya pikir sudah lah nggak usah lagi. Daripada mengganggu. Saya udah capek. Soalnya kalau dipakai syuting itu juga kita harus beres-beres, belum lagi barang-barang saya yang kecil-kecil banyak yang hilang," cerita Tin.
5. Rumah Cagar Budaya Jadi Saksi Bisu Masa Kolonial
Tapi, rumah ini bukan sekedar lokasi syuting semata. Bisa dibilang, rumah ini juga jadi saksi bisu era kolonial di Kota Bandung.
Tin bercerita, rumah 'Milea' dibangun pada tahun 1917 yang kemudian jadi milik keluarganya pada tahun 1947. Di rumah itu lah, Tin dan kelima saudaranya dibesarkan oleh mendiang orang tua mereka.
"Bangunan ini berdiri tahun 1917, sudah 100 tahun lebih ya. Saya tinggal di sini sejak umur tiga tahun, kalau adik saya sejak lahir sudah di sini. Dulu jalanan itu hanya sampai Jalan Galunggung, jadi jalan Laswi dan sekitarnya itu belum ada. Masih hijau aja, kebun, rawa, sawah," katanya.
"Ke selatannya itu sampai Buah Batu, masih sepi ya. Ke selatannya cuma sampai Talaga Bodas. Sekarang Bandung memang sudah ramai, banyak polusi dan lebih panas," sambung Tin.
6. Atap dan Jendela Membuat Rumah Milea Jadi Adem
Kalau detikers memperhatikan, rumah 'Milea' punya beberapa ciri khas dengan rumah era kolonial lainnya. Satu di antaranya ialah bagian atap rumah yang high ceiling atau punya jarak cukup jauh antara langit-langit dan lantai rumah.
"Rumah ini kan nggak pakai AC, jadi kalau Bandung sedang panas ya terasa. Cuma orang yang luar datang ke sini, biasanya tertarik dan selalu bilang rumahnya enak, asri, adem. Jadi rumah zaman dulu tuh sepertinya yang bikin adem tuh itunya (langit-langit) dan lantainya ini tidak diubah," ucap Tin.
Atap muka rumah berbentuk limas, mengingatkan kita pada rumah-rumah di Jalan Cipaganti dan Cihapit, meski mungkin tinggi atapnya berbeda. Pada bagian depan rumah, ada jendela berukuran cukup besar tanpa teralis. Hanya gorden putih untuk menutupi isi ruangan. Tin mengaku selalu membuka jendela ini setiap pagi, guna melancarkan sirkulasi udara dalam rumah.
Jendela besar ini ada di bagian muka rumah, serta dua buah di kanan kiri pintu utama. Hal ini juga jarang ditemukan di rumah zaman sekarang yang jendelanya dibuat minimalis, belum lagi yang ditambah dengan teralis atau hanya bisa dibuka sebagian.
"Rumah ini kan termasuk heritage, jadi nggak boleh diubah. Kita bersih-bersihin aja, dirawat. Saya sih nggak senang dengan model-model rumah sekarang, karena kalau jendela besar ini udaranya tuh kuat, yang masuk banyak. Jadi adem, kalau pagi itu saya buka," tutur Tin.
7. Pemilik Tak Ingin Rumahnya Jadi Pusat Perhatian Lagi
Kini, tak ada lagi rumah 'Milea' yang viral. Guna menyudahi perhatian yang semakin berlebihan pada rumah itu, pada bagian depan bangunan, tepatnya pada tumbuhan yang menghiasi area depan rumah, terpasang sebuah spanduk besar. Pada spanduk kuning dengan huruf kapital berwarna hitam tertulis 'DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!'.
Atas permintaan warga sekitar serta persetujuan Tin dan Penny, tulisan tersebut dipasang agar tak ada lagi dampak kurang menyenangkan yang harus mereka hadapi. Terlebih, Tin dan Penny sudah tak lagi muda. Mereka hanya ingin menikmati ketenangan baik saat beraktivitas maupun saat istirahat.
"Ya saya harap jangan ada lagi yang ke sini, jangan foto-foto lagi, karena sudah ada larangan itu pun tetap banyak yang nongkrong di depan begitu. Karena itu mengganggu tetangga sekitar, saya nggak enak. Sudahlah, rumah ini biasa saja kok," ucap Tin sambil tersenyum.
(aau/mso)