Pada tahun 2018, novel karangan Pidi Baiq berjudul 'Dilan 1990' diangkat menjadi film layar lebar. Dari sekian banyak lokasi yang dijadikan tempat syuting, satu yang menarik banyak perhatian ialah rumah salah satu tokoh fiksinya, Milea.
Dalam film, digambarkan suasana Bandung tahun 90-an kala itu, Milea tinggal di sebuah rumah khas arsitektur jaman kolonial. Rumah yang dijadikan lokasi syuting itu, terletak di daerah Malabar, Lengkong, Kota Bandung.
Gegara segmen dalam film itu, rumah tersebut kemudian lebih sering dikenal dengan sebutan 'Rumah Milea'. Tapi Tin dan Penny, kakak beradik pemilik asli rumah tersebut tak pernah menyangka, berawal jadi tempat syuting film, rumah itu malah kedatangan banyak 'tamu tak diundang'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka datang silih berganti demi menjadikan rumah itu bahan konten. Banyak yang numpang foto, tapi tak sedikit yang iseng berteriak memanggil nama tokoh fiksi Milea.
Tin maupun Penny sebetulnya tak masalah dengan banyaknya orang yang mendambakan rumah peninggalan orang tua mereka. Tapi ternyata, kunjungan demi kunjungan itu justru merugikan bagi Bangunan Cagar Budaya Golongan B tersebut.
"Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang ke sini juga datang jauh-jauh dari luar pulau terus mampir foto. Tapi ya sayangnya bukan cuma mengganggu, tapi juga pagar itu suka dinaikin, didudukin, jadinya pagarnya turun terus seret nggak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus perbaiki," cerita Tin pada detikJabar.
"Ya saya tidak bisa marah atau melarang, nanti saya takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya sebetulnya cuma ingin ketenangan saja, ya sudah kami di dalam saja lah banyak kerjaan," sambung Tin.
Pantauan detikJabar, rumah 'Milea' itu masih dalam kondisi terawat. Halamannya pun masih asri dengan rumput hijaunya, masih sama cantiknya seperti dalam film.
Hanya saja, mereka yang datang untuk 'ngonten' di depan rumah 'Milea' itu seperti mengancam fasad indah bangunan ini. Pagar rumah beberapa kali dibuat rusak oleh para pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Keramaian itu, nyatanya tak jadi menguntungkan buat Tin, Penny, maupun warga sekitar.
Mereka yang datang, sering parkir sembarangan dan mengganggu akses keluar masuk rumah warga yang lain. Tak sedikit yang malah jadi numpang nongkrong dan berisik.
Karena makin ramai, perlahan pedagang kaki lima (PKL) mulai merapat memanfaatkan kondisi. Akhirnya bukan cuma bagian depan rumah warga jadi tempat parkir dan nongkrong, tapi juga kebagian sampah sisa makanan minuman.
"Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini padahal kan nggak boleh," ucap Tin.
"Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak 'Milea!! Milea!!', terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga," lanjutnya.
Tin juga mengaku, rumah peninggalan orang tuanya itu sejak dulu jadi perhatian banyak orang. Bukan cuma oleh warga yang lalu lalang di sekitar rumahnya, tapi juga jadi incaran para sineas film.
Tak terhitung ada berapa banyak judul film layar lebar yang menggunakan rumahnya untuk syuting. Tin pun mempersilakan tim detikJabar untuk masuk ke dalam kediamannya. Guna menghormati privasi pemilik rumah, kami memutuskan untuk tidak mengabadikan satu pun bagian dalam rumah ini.
Tin menunjukkan beberapa bagian interior yang kerap jadi 'korban' setelah dipakai syuting. Taman belakang miliknya dirawat dengan cukup baik, tapi sayangnya tak lagi secantik sebelum Tin mempersilakan para sutradara untuk meminjam rumahnya.
"Dulu itu ada banyak sekali anggrek di taman belakang, bagus-bagus, saya yang ngerawatnya. Sekarang sudah pada habis, rusak karena sering digeser-geser lah, dan lainnya. Rusak semua, saya ya mau marah juga gimana," ucapnya sambil menunjukkan letak anggrek-anggreknya dulu.
Bahkan sampai saat ini, permintaan untuk syuting di rumahnya pun masih antri banyak. Tapi Tin dan adiknya Penny, memutuskan ingin menempati rumah tersebut dengan tenang. Ia tak ingin lagi ada kunjungan, keramaian, pun apalagi rumahnya dirombak jadi tempat syuting.
"Banyak lah rumah ini sudah sering dipakai syuting. Sampai sekarang yang nawarin juga banyak banget. Saya pikir sudah lah nggak usah lagi. Daripada mengganggu. Saya udah capek. Soalnya kalau dipakai syuting itu juga kita harus beres-beres, belum lagi barang-barang saya yang kecil-kecil banyak yang hilang," cerita Tin.
Kini, tak ada lagi rumah 'Milea' yang viral. Guna menyudahi perhatian yang semakin berlebihan pada rumah itu, pada bagian depan bangunan, tepatnya pada tumbuhan yang menghiasi area depan rumah, terpasang sebuah spanduk besar. Pada spanduk kuning dengan huruf kapital berwarna hitam tertulis 'DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!'.
Atas permintaan warga sekitar serta persetujuan Tin dan Penny, tulisan tersebut dipasang agar tak ada lagi dampak kurang menyenangkan yang harus mereka hadapi. Terlebih, Tin dan Penny sudah tak lagi muda. Mereka hanya ingin menikmati ketenangan baik saat beraktivitas maupun saat istirahat.
"Ya saya harap jangan ada lagi yang ke sini, jangan foto-foto lagi, karena sudah ada larangan itu pun tetap banyak yang nongkrong di depan begitu. Karena itu mengganggu tetangga sekitar, saya nggak enak. Sudahlah, rumah ini biasa saja kok," ucap Tin sambil tersenyum.
(aau/dir)