Penyelenggaraan ibadah haji 2024 sudah selesai dan ribuan jemaah secara bertahap kembali ke Indonesia. Di Jawa Barat, 40.594 jemaah haji tercatat pergi ke tanah suci dengan 20 persen di antaranya adalah lansia.
Pelaksanaan ibadah haji tahun ini dianggap merupakan salah satu yang terbaik dengan inovasi pelayanan yang menyentuh berbagai kebutuhan jemaah haji. Hal itu diungkap Ketua Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (FKKBIHU) Jawa Barat KH. Sunidja.
"Kebijakan inovasi Kementerian Agama tidak hanya menyasar pada satu titik saja, tetapi dimulai dari pendaftaran jemaah haji sampai pada proses perjalanan menunaikan ibadah haji," tutur Sunidja, Jumat (19/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan proses pendaftaran haji tahun ini lebih mudah dan efisien dimana jemaah haji bisa mendaftar secara online melalui aplikasi resmi yang disediakan oleh Kementerian Agama.
"Setelah mendaftar, jamaah mendapatkan konfirmasi dan jadwal keberangkatan dengan cepat. Proses administrasi seperti pengurusan visa dan kesehatan juga berjalan lancar, berkat bantuan dari petugas yang sangat informatif dan membantu," ujarnya.
Begitu juga saat pemberangkatan ibadah haji. Menurut Sunidja, pelayanan yang dirasakan oleh jemaah haji sangat cepat dan tanggap, termasuk ketika boarding keberangkatan di bandara.
"Apalagi jemaah haji Jawa Barat JKS sudah dapat menikmati layanan fast track sehingga jemaah haji dapat langsung diberangkatkan tanpa menunggu lama," ungkap Sunidja.
Sesampainya di tanah suci, jemaah haji disiapkan akomodasi hotel yang sangat nyaman dan berada dekat dengan Masjidil Haram. Kemudian untuk pelaksanaan Armuzna, terdapat inovasi terbaru dalam memberikan pelayanan kepada jemaah haji lansia yaitu Kebijakan Skema Murur.
"Skema murur yang dilaksanakan pada saat Armuzna, memberikan fleksibilitas dan kemudahan yang cukup baik bagi jemaah, terutama bagi jemaah haji lansia, jemaah haji yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau keterbatasan fisik," jelasnya.
Meski dikatakan sukses, namun menurut Sunidja masih ada hal yang perlu dievaluasi, seperti pengaturan waktu, skema lalulintas jemaah hingga edukasi bagi jemaah yang perlu ditingkatkan.
"Pentingnya pengaturan waktu yang tepat agar tidak terjadi penumpukan jemaah di satu titik tertentu. Pengaturan arus lalu lintas jamaah harus lebih terkoordinasi agar tidak terjadi kemacetan atau kebingungan," katanya.
"Edukasi dan sosialisasi mengenai tata cara pelaksanaan murur ini harus lebih ditingkatkan. Beberapa jemaah masih kurang memahami prosedur yang benar, sehingga butuh petunjuk yang lebih jelas dan komunikasi yang lebih efektif dari petugas," sambungnya.
Terakhir, evaluasi harus dilakukan terkait pelayanan fasilitas toilet. Sebab, jemaah haji seringkali harus mengantri untuk menggunakan toilet khususnya di waktu pelaksanaan salat.
"Situasi seperti ini memang sulit dihindari, diharapkan pada tahun yang akan datang, jumlah toilet dapat ditambah lebih banyak lagi, atau mungkin bisa diatur jadwal penggunaan yang lebih efektif untuk mengurangi antrian. Selain itu, edukasi kepada jamaah tentang penggunaan toilet di luar jam-jam sibuk juga bisa lebih ditingkatkan," tutup Sunidja.
(bba/dir)