Kementerian Sosial (Kemensos) menjalankan program Pahlawan Ekonomi Nusantara (Pena) Muda sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Mereka yang terlibat dalam Pena Muda yakni anak-anak muda usia produktif antara 20 sampai 30 tahunan yang semuanya tercatat di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kemensos.
Dari wilayah Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat, ada 84 anak muda yang dilibatkan sebagai Pena Muda.
Menteri Sosial, Tri Rismaharini mengatakan untuk mengeluarkan keluarga miskin dari kondisi yang dialami saat ini, tak bisa dilakukan secara mendadak. Mesti secara terstruktur, mulai dari anak-anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat misalnya ini keluarga miskin, lalu kita ajak keluar dari kemiskinan. Kita juga harus lihat aksesibilitas, makanya saya sampaikan yang begitu kita cek anak-anaknya. Maka kita ambil yang usia 23 sampai 30 tahun," kata Risma saat ditemui di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Kemensos, Lembang, Senin (1/7/2024).
Risma mengatakan, pihaknya berangkat dari data kemiskinan di DTKS. Kemudian dikerucutkan pada anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan atau sudah bekerja namun hanya sebagai buruh.
"Nah data itu kita ambil, kita kumpulkan kemudian kita ikut sertakan di program Pena Muda. Harapannya mereka bisa keluar dari kemiskinan, meskipun tidak langsung menghapus keluarga dari kondisi itu," kata Risma.
Kendati demikian, Pena Muda dianggap jadi solusi jangka pendek dan paling realistis mengeluarkan sebuah keluarga dari daftar keluarga miskin.
"Tapi minimal satu orang anggota keluarga sudah keluar dari kemiskinan. Tidak seperti kondisi sebelumnya dengan upaya yang beragam, lebih variatif dan dinamis," ujar Risma.
Melalui program Pena Muda ini, kata Risma, anak muda yang masih sehat dan diberikan kemudahan dari sisi aksesibilitas bakal diberi pelatihan keahlian usaha dan manajemen menjalankan usaha baru dari OJK dan Bank Indonesia.
"Biasanya mereka bisa usaha, tapi pengelolaan keuangannya mereka enggak bisa, nah akhirnya usaha enggak berhasil. Makanya kita gandeng OJK, BI, dan beberapa lembaga yang mau membantu kita men-training dan transformasi usaha dan ilmu," kata Risma.
Program tersebut disiapkan supaya mampu mengeluarkan 1.500 orang kategori miskin dan DTKS. Melalui pelatihan dan pembekalan yang diberikan, masyarakat miskin didorong supaya mampu meningkatkan penghasilan.
"Misalnya di Dompu, dari penghasilan Rp100 ribu menjadi 10 juta per hari. Jadi bisa mendongkrak penghasilan. Makanya tadi dari awal saya ajak mereka agar mau berubah," ujar Risma.
(yum/yum)