Asa Rafa, Bocah Disabilitas yang Bermimpi Jadi Imam di Masjidil Haram

Kabupaten Sukabumi

Asa Rafa, Bocah Disabilitas yang Bermimpi Jadi Imam di Masjidil Haram

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 02 Jul 2024 05:30 WIB
Muhammad Raehan Khoiri atau Rafa (12)
Muhammad Raehan Khoiri atau Rafa (12). Foto: Siti Fatimah/detikJabar
Sukabumi -

Keterbatasan fisik tidak menghalangi semangat Muhammad Raehan Khoiri atau Rafa (12) bocah asal Sriwedari, Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Ia yang tidak bisa melihat sejak lahir sudah mampu membaca dan menghafal Al-Qur'an hingga 15 juz.

Rafa lahir pada 15 Mei 2012. Ibunya mengandung selama sembilan bulan, namun terkena virus Rubella. Saat ini, Rafa menjadi salah satu siswa SLB Budi Nurani.

Rafa mengaku belajar membaca Al-Qur'an hanya dengan mendengar murrotal. Dia juga mendapat pembelajaran tartil dari Ustazah Rita di sekolahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah sudah hafal 15 juz karena dorongan dan motivasi dari ayah dan bunda. Cara menghafalnya mendengarkan, nggak pakai braile kadang suka muroja'ah sama ustazah," kata Rafa saat berbincang dengan detikJabar usia melantunkan ayat suci Al-Qur'an dalam acara HUT Bhayangkara ke-78 di Gedung Djuang, Kota Sukabumi, Senin (1/7/2024).

Selama belajar menghafal Al-Qur'an, Rafa menuturkan tidak mengalami kendala. Muroja'ah secara rutin dia lakukan setiap selesai melaksanakan salat Magrib.

ADVERTISEMENT

"Kalau juznya itu aku tahu dari juz 30 sampai juz 10. Iya dari belakang, juz 30, 29, 28, 27, 26 gitu," tuturnya.

Di usianya yang masih terbilang muda, Rafa memiliki cita-cita mulia. Dia bercita-cita ingin menjadi ulama dan imam besar di Masjidil Haram, Mekkah.

"Pengen jadi ulama, pengen jadi imam besar Mekkah Masjidil Haram, Madinah," kata dia.

Hera Yuliani (48) selaku ibu Rafa menambahkan, bangga terhadap anaknya yang bisa menghafal Al-Qur'an dengan segala keterbatasan. Menurutnya, Rafa terinspirasi dari ceramah Ustad Adi Hidayat untuk menghafal Al-Qur'an.

"Bangga soalnya kan jarang ya anak, biasanya cita citanya bukan ulama, mungkin karena dia sering mendengar dari ceramah Ustaz Adi Hidayat, mungkin dia tergugah dengan hafalan, dia ingin menjadi ulama besar terus bermanfaat untuk orang banyak, tetap mandiri dan menjadi support untuk orang lain, bahwa yang tidak melihat juga masih bisa bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain dan bekal untuk akhirat," kata Hera.

Hera mengatakan, sejak Rafa lahir sudah diperdengarkan dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Saat usia 2 tahun, Rafa bahkan sudah dapat menghadap Juz Amma.

"Waktu sekolah tiap hari menghafal terus, setoran saja ke sekolah. Memang nggak braile dulu, jadi sebelum masuk sekolah itu dia sudah biasa mendengar, setelah berkembang dan bertambahnya umur baru sekolah, dari situ baru saja kita masuk ke braile Al-Qur'an," ujarnya.

Hera berharap, Rafa dapat menjadi salah satu contoh bagi anak-anak seusianya. Keterbatasan, kata dia, bukan penghalang untuk terus berprestasi dan mengejar cita-cita.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads