Muhammad Ma'ruf, seorang pria asal Bangladesh, mempertaruhkan uang hasil penjualan tanah dan rumah di kampung halamannya sebesar 40 ribu ringgit atau kurang lebih Rp 138 juta(kurs 1 ringgit = Rp 3.471) demi mimpinya untuk bekerja di Australia.
Namun, bukannya bekerja, pria berusia 28 tahun itu terlunta-lunta selama belasan hari di lautan lepas, ditangkap pihak berwenang Australia lalu kemudian diusir ke Indonesia. Ma'ruf kini diamankan aparat keamanan Polres Sukabumi. Beruntung, Ma'ruf bisa berbahasa Melayu karena sudah 8 tahun ia bekerja di negeri jiran itu.
"Saya Muhammad Ma'ruf, asli Bangladesh. Bisa berbahasa Melayu karena terakhir bekerja di Malaysia lama," tuturnya memperkenalkan diri saat ditemui detikJabar di Ruang Riksa, Satreskrim Polres Sukabumi, Minggu (30/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia tidak sendiri, ada 22 orang lainnya yang juga berasal dari Bangladesh, satu orang dari India, dan empat orang dari China. Niat mereka sama, yaitu mendapatkan pekerjaan layak di Australia.
"Ada orang yang bilang katanya ada banyak pekerjaan di sana (Australia), bisa di kebun atau di dapur, lalu kami dikenalkan dengan agen. Agen ini yang kemudian meminta kami ke Indonesia untuk persiapan berangkat ke Australia," ujarnya.
Ma'ruf hanya dijanjikan akan memperoleh pekerjaan setibanya di Australia nanti, namun ia tidak diberi informasi siapa yang bakal menjemput atau menunggunya di Australia. Ia hanya berbekal petunjuk bahwa di negeri asal Kangguru itu mudah mendapatkan pekerjaan.
Ma'ruf sama sekali tidak menyangka, ia diduga telah menjadi korban perdagangan manusia. Ia diberangkatkan dari Malaysia ke Indonesia, kemudian melalui jalur laut perairan Indonesia dengan jalur lintasan Indonesia menuju Australia via Cilacap.
"Saya tidak tahu kalau ilegal, semua dokumen saya berada di kapal yang ditenggelamkan oleh pihak Australia. Sampai di Australia itu tidak ada janji kerja, tidak ada yang sudah bekerja, tidak ada yang menunggu di sana. Sudah masuk tanah (wilayah) di sana kita ditinggal," lirihnya.
"Sudah habis semua uang saya, jual rumah, jual tanah 40 ribu ringgit sudah diserahkan semuanya. Tidak ada yang tersisa, saat ini menunggu bagaimana bisa pulang ke Bangladesh setelah berada di Indonesia," sambungnya.
Delapan tahun pergi dari Bangladesh untuk mencari nafkah, pulang dengan keadaan nestapa. Dalam benaknya saat ini, ia hanya ingin kembali berkumpul dengan keluarganya.
"Sudah delapan tahun di Malaysia, harapan besar bisa mendapat pekerjaan layak di Australia. Tapi nasib harus seperti ini, saat ini saya hanya ingin pulang ke Bangladesh," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, 28 Warga Negara (WN) asing asal India, Bangladesh, dan China diamankan tim gabungan kepolisian dan TNI di pesisir Muara Keusik Urug wilayah Cikaso, Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Informasi diperoleh detikJabar, hingga saat ini WN asing tersebut masih berada di Polsek Tegalbuleud menunggu penjemputan dari tim gabungan Polres Sukabumi.
"Telah diamankan 28 (dua puluh delapan) orang Warga Negara Asing di Perairan Tegalbuleud Kec. Tegalbuleud Kab. Sukabumi," kata Kasi Humas Polres Sukabumi, Iptu Aah Saepulrohman, Sabtu (29/6/2024) malam.
(sud/sud)