Kata Pakar soal Solusi Penanganan Sampah yang Cemari Sungai Citarum

Kata Pakar soal Solusi Penanganan Sampah yang Cemari Sungai Citarum

Wisma Putra - detikJabar
Kamis, 13 Jun 2024 17:00 WIB
Foto udara sampah plastik yang mengendap di Sungai Citarum di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (12/6/2024). Dari data dari Dinas LHK Kabupaten Bandung Barat, mencatat sampah yang mengendap sejak Jumat (7/6/2024) di Sungai Citarum kawasan Batujajar tersebut memiliki panjang 3 kilometer serta lebar 60 meter dan diperkirakan volume sampah plastik lebih dari 100 ton. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/YU
Sampah di Sungai CItarum. Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Bandung -

Sampah masih mencemari Sungai Citarum. Seperti di wilayah Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, sampah menumpuk di atas permukaan aliran sungai yang menuju Waduk Saguling.

Meski bukan pertama kali terjadi, tumpukan sampah di lokasi itu kembali ramai setelah viral di media sosial (medsos). Atas permasalahan sampah ini, Pemprov Jabar turun tangan untuk membersihkan sampah di aliran sungai.

Pakar sampah dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Mohamad Satori mengatakan permasalahan sampah di Sungai Citarum tidak akan selesai jika tidak diselesaikan sejak dari sumbernya. "Ada dua hal, pertama adalah terlepas dari kondisi darurat TPA Sarimukti yang melanda Bandung Raya, memang upaya menyelesaikan sampah dari sumber belum menghasilkan secara signifikan. Ketika ada sampah di sungai itu tidak ada pengelolaan sampah di sumbernya," kata Satori kepada detikJabar, Kamis (13/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan, ketika ada kebijakan pengurangan ritase dan pelarangan pembuangan sampah organik ke TPS Sarimukti. Dia menilai masyarakat sangat mungkin bahwa sungai jadi sasaran pembuangan.

"Keberadaan sampah itu bisa disebabkan berkaitan dengan upaya pengelolaan sampah dari sumber," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Satori mengakui, tumpukan sampah di Sungai Citarum ramai kembali karena viral di medaos sehingga langsung mendapatkan tindakan pembersihan dari pemerintah. "Kejadiannya, karena terangkat saja oleh media, padahal sebelumnya itu dari dulu sering terjadi dan numpuk di titik tertentu, ini disebabkan karena memang minim pengelolaan sampah di sumber," jelasnya.

"Saran saya, terutama untuk kota atau kabupaten dan provinsi yang biasa mengawasi, pertama dimaksimalkan desentralisasi, pengelolaan sampah di sumber, di tingkat RW, dikembangkan TPS 3R, ini kan banyak yang mangkat dan tidak jalan. Padahal, infrastruktur itu mengeluarkan anggaran tidak sedikit, ini harus dievaluasi," terangnya.

Menurut Satori, keberadaan bank sampah sangat penting dan perlu didorong untuk membantu menyelesaikan sampah dari sejak sumbernya.

"Sosialisasi yang masif kepada masyarakat, adanya upaya peningkatan pengelolaan dan perlu adanya fasilitasi atau sarana prasarananya. Sebetulnya untuk melibatkan pengelolaan sampah di sumber tentunya perlu difasilitasi oleh pemerintah kabupaten atau kota," tuturnya.

Satori menambahkan, tidak ada cara lain agar menghindari sampah dibuang ke aliran sungai, upaya yang dilakukan yakni menyelesaikan sampah sejak dari sumbernya. "Upaya tidak ada cara lain selain itu. Kondisi Bandung saat ini TPS Sarimukti terbatas, armada juga terbatas. Upaya tidak ada lagi, harus dikelola ya," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads