Pada awal bulan Juni 2024, sejumlah pipa milik PDAM Tirtawening mengalami kebocoran. Bahkan salah satu titik pipa bocor yang cukup dahsyat hingga memorak-porandakan pemukiman warga, yakni di Cibangkong, Kota Bandung pada Rabu (5/6) lalu.
Dirut Perumda Tirtawening, Sonny Salimi sempat mengungkap sejumlah kendala dalam proses perbaikan, bahkan antisipasi pemeliharaan pipa. Melihat hal ini, Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Uung Tanuwidjaja berharap perbaikan pipa air dapat segera terselesaikan.
Di sisi lain, ia pun mengapresiasi upaya yang telah dilakukan PDAM pascamusibah tersebut. Kini, PDAM pun juga harus fokus dan berhati-hati sebab pipa yang digunakan untuk mengaliri air baku ke Kota Bandung banyak yang usianya sudah tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dorongan kami ke PDAM mah cuma bisa memberikan semangat, dan siap memberikan support dalam bentuk apapun apabila diperlukan," ucapnya dihubungi detikJabar, Selasa (11/6/2024).
"Masih banyak pipa-pipa ukuran besar jaman dulu yang terpasang di beberapa jalur distribusi dan bisa mengalami hal yang sama seperti terjadi di Jalan Cibangkong. Memang perlu dilakukan penggantian dengan jenis HDPE yang kekuatannya jauh lebih kuat, tapi dibutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu cukup lama untuk membenahinya," lanjut Uung menjelaskan.
Ia pun mengungkap DPRD sempat menerima pengajuan penggantian pipa distribusi yang diperkirakan umurnya sudah melebihi batas pemakaian. Mengingat idealnya Kota Bandung perlu menggunakan pipa HDPE untuk jaringan air bersih siap minum sesuai dengan standar internasional.
Namun karena anggaran dan waktu yang tak memungkinkan, membuat tak banyak yang bisa dilakukan PDAM selain mengoptimalisasi pemeliharaan sesuai standar operasional. PDAM juga kini perlu memasifkan sosialisasi jika titik jalur pipa dekat dengan pemukiman warga.
"Tapi dana yang diperlukan untuk mencapai kualitas drinking water itu cukup besar, mencapai Rp3 triliun lebih. Kemudian diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengganti pipa-pipa distribusi air bersih," ucapnya.
Selain itu, PDAM juga sebelumnya mengungkap kendala pengawasan pipa-pipa yang dalam kondisi tertimbun di tanah tertutup dan di bawah rumah warga. Uung melihat soal hal ini perlu juga ada pengawasan dari pemilik lahan yang disewa oleh PDAM.
Dalam musibah di Cibangkong kemarin, lahan tersebut diketahui merupakan aset dari PT KAI. Maka, PT KAI perlu serius dan menelisik kembali soal pengamanan aset lahan miliknya. "Ya kalau tanah milik KAI, maka sebaiknya ditempati dengan seizin PT KAI. Karena suatu saat ketika pemilik tanah pasti akan menarik kembali assetnya dengan apapun alasannya," ujar Uung.
Diberitakan sebelumnya, pipa milik PDAM Tirtawening pecah dan meluluh lantakkan pemukiman warga. Titik pipa yang pecah itu terletak tepat di depan rumah warga di Jalan Cibangkong Lor, RT 01 RW 5, Batununggal, Maleer, Kota Bandung.
Dirut Perumda Tirtawening, Sonny Salimi mengatakan sejumlah kendala masih dialami dalam proses perbaikan pipa sejak Jumat (7/6) lalu. Kendala aksesibilitas jadi alasan utama, sehingga proses perbaikan pipa harus dilakukan dengan cara konvensional.
Selain itu, Sonny juga mengungkap sulitnya pengawasan pipa-pipa yang tertimbun di tanah tertutup dan di bawah rumah warga. Sehingga antisipasi yang paling memungkinkan untuk dilakukan, ialah memberi sosialisasi kepada warga yang membangun bangunan di wilayah aliran pipa PDAM. Sementara antisipasi jangka panjang, PDAM sebisa mungkin melakukan pemeliharaan sesuai SOP.
(aau/sud)