Fenomena turunnya kawanan monyet kembali terulang di wilayah Sukabumi. Warga mengaku resah lantaran monyet berekor panjang itu memaksa masuk lewat celah jendela dan ventilasi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa turunnya kawanan monyet itu terjadi di Kampung Kubang, RT 03/RW 05, Desa Cisarua, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Sudah dua pekan ini, kawanan monyet itu naik turun ke pemukiman warga.
Turunnya kawanan monyet tersebut ke permukiman warga diduga karena habitat alam mereka terganggu akibat aktivitas pembangunan proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) Seksi 3.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, dugaan ada karena aktivitas pembangunan jalan Tol Bocimi Seksi 3, tapi belum bisa dipastikan. Terlebih, lokasi kawanan monyet itu turun dari hutan atau kebun kecil Ciirateun," kata petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Nagrak, Micky, kepada detikJabar, Rabu (5/6/2024).
Dia mengatakan, lokasi hutan Ciirateun memang merupakan habitat monyet ekor panjang. Lokasinya berdekatan dengan tempat pembangunan jalan tol yang sudah rata dengan tanah.
"Menurut warga, sebelum ada pengerjaan Tol Bocimi juga memang suka ada kawanan hewan (monyet) itu, tapi setelah ada aktivitas proyek Tol Bocimi, kawanan monyet itu sekarang sampai masuk pemukiman," ujarnya.
Fenomena turunnya kawanan monyet ke pemukiman tersebut sudah berlangsung lebih dari dua pekan terakhir. Kawanan monyet masih membuat gaduh warga setempat karena sempat mengejar anak kecil yang sedang bermain dan masuk ke warung. Bahkan, kawanan hewan tersebut, sempat dilaporkan hendak memasuki ventilasi jendela rumah warga.
"Iya, itu ada videonya. Monyet tersebut tangannya sempat masuk jendela melalui pintu ventilasi udara dan menarik-narik gorden jendela rumah. Jadi, memang belum menyerang warga, cuma masuk pemukiman, tentunya meresahkan sekali buat warga," katanya.
Menurutnya, hampir setiap hari monyet-monyet tersebut terlihat di permukiman, meskipun sempat menjauh selama beberapa hari setelah dikejar-kejar warga setempat. "Cuma sekarang mereka masuk lagi lebih dekat. Jadi, itu kan ada lima gerombolan monyet yang diketahui oleh warga, tapi hanya dua ekor yang sering turun ke pemukiman," sambungnya.
Untuk mengantisipasi keresahan warga, pihaknya mengaku telah berupaya melakukan evakuasi satwa liar jenis monyet ekor panjang tersebut dengan cara membuat jerat manual menggunakan sistem tali jerat, perangkap kandang, dan pancingan dengan umpan satwa sesama jenis. Namun upaya itu belum membuahkan hasil.
"Kita kasih umpan lagi untuk menjerat hewan itu. Iya, kita umpannya menggunakan hewan monyet juga. Namun, hingga laporan ini dibuat, proses upaya evakuasi masih berlangsung dan belum membuahkan hasil yang memuaskan," ucap Micky.
"Sampai sekarang kami belum berhasil mengevakuasinya. Bahkan satwa sejenis milik warga yang dijadikan umpan mengalami luka cukup serius, akibat keagresifan satwa liar tersebut," tambah dia.
Tanggapan BKSDA Jawa Barat
Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat telah melakukan monitoring terhadap fenomena kawanan monyet turun ke pemukiman warga di Kecamatan Nagrak. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat kewilayah terkait penanganan lebih lanjut.
"Ya, kami sudah berkoordinasi dengan Camat Nagrak dan bertemu BPBD serta ada dari Cabang Dinas Kehutanan wilayah III, termasuk bertemu dengan Kepala Desa lalu cek ke lokasi kejadian, sambil menetapkan pergerakan monyet kemana saja seputaran lokasi tersebut," kata Kepala Resort Konservasi Wilayah VI Sukabumi BKSDA Jabar Isep Mukti kepada detikJabar.
Selain melakukan monitoring, pihaknya juga mengedukasi masyarakat agar tidak memberi makanan kepada monyet. Pasalnya, kata dia, laporan yang ia terima, beberapa warga ada yang memberi makan sehingga menstimulan kawanan monyet itu turun ke pemukiman.
"Edukasi ke masyarakat agar monyet tidak diganggu dan jangan kasih makanan karena ada informasi ada salah seorang masyarakat di TKP suka kasih makanan, pisang dan lain-lain," ujarnya.
"Selanjutnya nanti aparat kewilayahan kami minta untuk berkoordinasi juga dengan salah satu perusahaan pakan ternak di situ untuk berkolaborasi penanganan konflik tersebut," sambung Isep.
Isep menyangkal soal dugaan adanya aktivitas Tol Bocimi yang menjadi penyebab turunnya kawanan monyet. Dia justru menduga, monyet ekor panjang itu merupakan peliharaan warga setempat yang dilepasliarkan.
"Sepertinya tidak. Paling malah patut diduga monyet tersebut monyet lepasan (orang yang melepaskan) hanya kapannya tidak tahu," tutupnya.
(orb/orb)