Dilema Jutaan Gen-Z di Jabar Jadi Pengangguran

Dilema Jutaan Gen-Z di Jabar Jadi Pengangguran

Rifat Alhamidi - detikJabar
Kamis, 30 Mei 2024 09:30 WIB
Ilustrasi mencari pekerjaan.
Ilustrasi mencari pekerjaan (Foto: Shutterstock)
Bandung -

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menyebutkan jutaan generasi Z atau Gen Z di Jawa Barat (Jabar) berstatus sebagai pengangguran pada 2023. Data tersebut turut dikuatkan dengan jumlah 1,065 juta lulusan SMA/SMK yang menganggur di Tanah Pasundan.

Saat dikonfirmasi detikJabar, data ini memang tidak dinafikan pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat. Tapi ternyata, selama ini ada dilema yang sejalan kenapa data jutaan Gen Z di Jabar menjadi pengangguran.

Salah satunya, menurut Kabid Penempatan Perluasan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Jabar Hendra Kusuma Sumantri, terjadi karena faktor jumlah lowongan kerja yang disediakan Kemenakertrans di Indonesia. Pada 2023, berdasarkan catatannya, kementerian menyiapkan 275 ribuan lowongan pekerjaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kemudian, ratusan ribu lowongan kerja itu terbilang tidak seimbang dengan angka lulusan siswa SMA-SMK pada tahun yang sama. Di Jabar saja, menurut data yang Hendra dapatkan, tercatat ada 350 ribu siswa yang menamatkan pendidikan SMA-SMK pada 2023.

"Artinya ada defisit (antara jumlah lowongan kerja yang tersedia di Indonesia dengan data lulusan siswa SMA-SMK di Jabar)," katanya saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (29/5/2024).

ADVERTISEMENT

Meski demikian, dilema selanjutnya terjadi dan dirasakan Hendra sendiri. Ia pernah menemukan momen para penyedia kerja justru mengeluh lantaran iklan lowongan kerja yang mereka siapkan tak kunjung mendapat perhatian dari si pencari kerja, termasuk di antaranya kalangan Gen Z.

Ini terjadi ketika pihak Disnakertrans menggelar agenda bertajuk Job Canvassing beberapa waktu lalu. Sebagai informasi, Disnakertrans Jabar memiliki sebuah aplikasi bernama Sistem Informasi Jaringan Warga Jawa Barat Sejahtera atau SI JU, yang turut menyediakan iklan tentang lowongan pekerjaan bagi masyarakat Tanah Pasundan.

Nah, saat evaluasi dilakukan, Hendra bercerita ada 2 pihak pengiklan malah menyampaikan keluhan kepadanya. Mereka kata dia, tak kunjung mendapat pelamar kerja meski sudah memasang iklan lowongan kerja di aplikasi SI JU selama 6 bulan bahkan satu tahun lamanya.

"Yang satu itu dari perbankan dan satunya lagi dari perusahaan kuliner. Dua itu menyampaikan ke kita kalau mereka sudah lama membuka lowongan pekerjaan, tapi tidak ada orang yang melamar pada jabatan tersebut," bebernya.

Atas kondisi ini, Hendra memang tak mau beranda-andai ke mana-mana. Ia justru berpandangan faktor tersebut menjadi evaluasi untuk institusinya, terutama untuk aplikasi SI JU yang kini bisa akses secara mudah oleh masyarakat.

"Buat kami, ini jadi evaluasi apakah sistem kami yang belum tersosialisasi, atau memang tipikal dari pencari kerjanya tidak tertarik dengan job yang ditawarkan. Karena sebetulnya, secara sistem, di SI JU itu, kita punya skema match making. Algoritmanya enggak jauh berbeda dengan aplikasi pencari kerja yang tersedia di playstore," paparnya.

Sebagai bentuk ikhtiar Disnakertrans Jabar, Hendra mengatakan ada opsi yang bisa dicoba para pencari kerja. Salah satunya, menjajal lowongan pekerjaan untuk penempatan di luar negeri yang sudah bekerjasama dengan Pemprov Jawa Barat.

Lowongan pekerjaan ini pun tersedia dalam aplikasi SI JU yang bisa diakses masyarakat. Klasifikasi pekerjaannya pun beragam, mulai dari pekerjaan yang hanya membutuhkan modal keahlian dasar hingga keahlian yang tinggi di bidang tertentu.

"Dan kita dapat lowongan itu dari P3MI, dulu namanya PJTKI yang sudah kita verifikasi lowongan pekerjaannya untuk di luar negeri. Sistem SI JU ini juga sudah terkoneksi dengan sistem Siap Kerja pemerintah pusat untuk memudahkan para pencari kerja di Jawa Barat," pungkasnya.

Sekedar diketahui, Gen Z merupakan kelompok demografis masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Saat ini, umur para Gen Z diperkirakan mencapai usia 12-27 tahun yang didominasi usia anak-anak yang belum lama menamatkan pendidikan SMA maupun SMK.

BPS dalam rilisnya bertajuk 'Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2024' kemudian mencatat jumlah keseluruhan penduduk Jabar mencapai 50,345 juta jiwa pada 2023. Jumlah penduduk Gen Z pun tercatat mencapai 8.121.701 jiwa, dan itu belum termasuk kelompok umur 10-14 tahun yang mencapai 3.910.701 jiwa dan usia 25-29 tahun sebanyak 4.081.583 jiwa.

Lalu, dari jutaan jumlah penduduk Gen Z di Jabar, BPS mencatat hanya 2.959.961 orang yang berstatus bekerja pada 2023. Ini belum dihitung dengan 2.762.870 orang yang masuk dalam kategori usia 25-29 tahun pendudukan yang berstatus bekerja.

Sayangnya, jumlah pengangguran dari kalangan Gen Z di Jabar yang dicatatkan BPS juga terbilang begitu besar. Tercatat, 1.169.192 Gen Z menjadi pengangguran di Tanah Pasundan pada 2023, dan itu belum termasuk hitungan 258.100 orang dari kelompok umur 25-29 tahun.

Jumlah ini juga dikuatkan oleh data angka pengangguran yang dibagi berdasarkan lulusan di tingkat pendidikan warga Jabar. Tercatat pada 2023, lulusan SD yang menganggur mencapai 363.602 jiwa, lulusan SMP 314.419 jiwa, lulusan SMA/SMK 1.065.485 jiwa dan diploma/S1 mencapai 144.781 jiwa.

Mengutip laman Open Data Jabar https://opendata.jabarprov.go.id/, sejumlah kecenderungan mengapa jumlah pengangguran dari kalangan Gen Z begitu besar kemudian disebutkan. Mulai dari faktor cara pandang Gen Z terhadap dunia kerja, ketidakcocokan keahlian dengan kebutuhan pasar kerja, hingga faktor pilihan sekolah dan jurusan yang tidak tepat sasaran.

(ral/yum)


Hide Ads