Tiap partai kini mulai memperkenalkan nama-nama bakal calon Wali Kota (bacawalkot) Bandung untuk kontes Pilwalkot 2024 nanti. Dosen Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba), Muhammad E Fuady menilai ada beberapa nama kuat untuk dimajukan sebagai Calon Wali Kota (cawalkot) Kota Bandung. Siapa sajakah mereka?
Umi Oded Jadi Kandidat Kuat PKS
Ada dua nama yang disodorkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bakal calon Wali Kota Bandung 2024, yakni Siti Muntamah dan Asep Mulyadi. Nantinya, hanya ada salah satu dari mereka akan mendapat Surat Keputusan (SK) dari DPP PKS untuk maju dalam kontes Pilwalkot 2024.
Sekadar diketahui, Siti Muntamah atau biasa dikenal dengan sapaan Umi Oded, ialah istri mendiang Oded M Danial, mantan Wali Kota Bandung periode 2018-2021. Kini Siti menjabat sebagai anggota DPRD Jabar periode 2019-2024 dan kembali terpilih dalam Pemilu tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Asep Mulyadi ialah anggota DPRD Kota Bandung periode 2019-2024 dan juga kembali terpilih dalam Pemilu tahun ini. Sebelum menjabat sebagai anggota legislatif, Asep memiliki latar belakang karir sebagai pengusaha.
Di mata Fuad, Asep memang cukup aktif dalam mengenalkan diri melalui akun Instagramnya. Namun Siti, atau akrab disapa Umi Oded, punya kans lebih menjanjikan untuk diajukan PKS jadi Cawalkot Bandung. Maklum, Siti juga sudah mencatat punya suara tertinggi saat maju ke DPRD Jabar, yakni 135.946 suara.
"Kita lihat kalau dari metrik ya, media sosial lebih banyak followers Bu Siti. Dia memang lebih populer, ada pengalaman sebagai istri Wali Kota jadi tahu persis pekerjaan suaminya seperti apa. Modalnya juga kuat, kemarin (Pileg DPRD Jabar), kan merup suara yang sangat besar ya," kata Fuad saat dihubungi detikJabar.
Fuad melihat siapa pun nanti calon yang diusung PKS, partai berlambang padi dan ciri khas warna orange itu tak perlu khawatir. PKS bisa percaya diri mengusung nama yang tak populer atau tokoh perempuan pertama, sebab mesin politik PKS bekerja dengan bagus dan siap.
"Hanya memang PKS ini berani nggak untuk memunculkan sosok perempuan sebagai calon Wali Kota Bandung? Memang di Bandung kan belum pernah ya perempuan menjadi Wali Kota. Tapi kenapa enggak? Itu bisa dicoba. Ini kan memang era banyak kaum perempuan yang punya prestasi. Menurut saya memang Bu Siti ini lebih potensial ya," ucapnya.
"Kalau saya sih melihat memang kalau PKS kan itu partai yang religius dan rasional. Jadi memang mereka sebenarnya nggak khawatir memunculkan sosok-sosok baru atau tidak populer sekalipun," imbuh Fuad.
Tokoh Muda Potensial PDI Perjuangan
Dalam konfirmasi terbaru detikJabar kepada Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar, Ono Surono, terungkap ada tiga nama yang dipastikan menjadi bakal calon wali kota Bandung dari jalur PDIP.
Jika sebelumnya disebut nama Andri Gunawan, Dandan Riza Wardana, dan Kombes Pol (Purn) Nurfalah, Ono mengungkap nama Nurfalah diganti menjadi Ronald Surapradja.
"(Nama bacawalkot?) Ada tiga. Andri Gunawan, Dandan Riza Wardana, dan Ronald Surapradja," ujarnya singkat, Selasa (14/5/2024). Ono kemudian tak mengonfirmasi lebih lanjut soal langkah selanjutnya untuk tiga nama bacawalkot itu.
Nama Andri Gunawan dikenal sebagai Ketua Karang Taruna Kota Bandung, yang tahun ini menjadi anggota DPRD Kota Bandung terpilih. Sementara itu, Dandan Riza Wardana adalah mantan ASN Pemkot Bandung.
Nama baru yang muncul dari PDIP ialah Ronald Surapradja. Komedian, penyiar, dan aktor berdarah Sunda itu sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dapil Jabar XI, namun ia gagal melenggang ke Senayan dengan mengantongi 5.747 suara saja.
Kini, Ronald mencoba peruntungan maju jadi orang nomor satu di Bandung, kota yang pernah lama ditinggalinya. "Ronald meramaikan bursa Bacawalkot Bandung, ya dia memang populer sebagai artis, komedian, selebritis. Tapi kiprahnya di bidang politik baru beberapa tahun terakhir. Dalam kontestasi pileg Andri Gunawan sudah teruji, ia mendapat dukungan publik menjadi anggota legislatif. Selain itu ia juga merintis, dalam kegiatan sosial kemasyarakatan cukup lama dan sudah membangun komunikasi dengan konstituen di kota Bandung," ujar Fuad.
Menurut Fuad, PDIP punya poin plus jika berani memunculkan sosok muda seperti Andri Gunawan, pemuda yang datang dari organisasi Karang Taruna. Terlebih, kans untuk menang pun juga besar mengingat pemilih mayoritas ialah dari usia milenial dan gen Z.
Meski begitu, Fuad mengaku PDIP pun harus hati-hati dengan kandidat Cawalkot yang lainnya. Sebab masing-masing Partai besar pasti punya tokoh yang menjanjikan untuk dipilih.
"Jadi kenapa tidak PDIP memunculkan sosok muda? Yang memang awalnya bukan dari pemerintahan kan ya. Jadi menurut saya punya kans untuk dimunculkan, meski memang lawannya relatif berat juga ya. Jadi memang harus banyak berkomunikasi dengan publik, meraih berbagai lapisan masyarakat, termasuk ke generasi baby boomers juga," kata Fuad.
Popularitas dan Pengalaman Farhan Jadi Senjata NasDem
Ada dua nama yang diajukan oleh NasDem, ialah mantan presenter kondang Muhammad Farhan yang sempat jadi anggota DPR RI periode 2019-2024. Nama lainnya ialah Rendiana Awangga, anggota DPRD Kota Bandung dua periode sekaligus Ketua DPD NasDem Kota Bandung.
Kaca mata Fuad menerawang nama Farhan masih kuat untuk jadi Cawalkot Bandung 2024, meski Farhan memang tahun ini tak kedapatan jatah kursi Senayan.Terlebih, NasDem terlihat cukup mempersiapkan kandidatnya dari jauh-jauh hari. Mengingat proses penunjukan nama bacawalkot dari NasDem dilakukan tertutup, yang menandakan sudah mempersiapkan kadernya sendiri.
"Kang Farhan memang itu kan merintis sejak zaman dia mahasiswa ya. Dia sudah tahu kultur, situasi, dan karakter masyarakat Kota Bandung. Dia juga sudah terjun di bidang politik. Artinya dia bukan hanya sekadar mengandalkan popularitas, tapi juga pengalaman dia di bidang politik," kata Fuad.
Satu Nama Muncul dari Tiga Partai Sekaligus
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) muncul dengan lima nama sekaligus. Ialah dua Anggota DPRD Jabar Arif Hamid Rahman dan Bucky Wibawa, Penyanyi Melly Goeslaw, Sodik Mujahid, Plh Dirut Perumda Tirtawening Sonny Salimi, dan lagi-lagi ada nama Dandan Riza Wardhana.
Dandan disebut-sebut mengajukan diri sebagai Bacawalkot Bandung ke tiga partai, yakni PDIP, Gerindra, dan Golkar. Meski Ketua DPD Golkar Kota Bandung, Edwin Senjaya menampik kabar tersebut, tapi setidaknya nama Dandan memang sudah muncul di lebih dari satu partai.
Dari lima nama yang diusung Gerindra, menurut Fuad nama Dandan memang patut diperhitungkan. Nama Melly Goeslaw tak masuk perhitungan, sebab katanya di kontes Pilwalkot Bandung ini modal populer saja tidak cukup.
Sekadar diketahui, Dandan adalah mantan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bandung di era pemerintahan Wali Kota Bandung Dada Rosada hingga Ridwan Kamil.
"Kalau menurut penilaian saya pribadi, yang booming memang nama Kang Dandan ya. Beberapa tokoh di Bandung kan juga sudah menculkan nama beliau ya. Dia dikaitkan dengan nama sesepuh kota Bandung, dari segi pengalaman juga tahu mengenai tata kelola pemerintahan kota Bandung," tutur Fuad.
Ia melihat, nama Dandan justru membawa keterkaitan dengan dua parpol lain. Keseriusannya untuk mencalonkan diri mampu membuka ruang untuk berkomunikasi dengan berbagai partai politik.
Hal ini bisa membawanya pada kemungkinan tiga parpol berkoalisi dan mengusung namanya. Terlebih, tak ada yang bisa menebak langkah politik dengan kedinamisannya.
"Jadi tiket menuju kontestasi ini sudah diupayakan sejak awal gitu. Wajar lah untuk running for power memang perlu untuk melakukan aktivitas secara fleksibel, meski memang baru pertama ini saya dengar mencalonkan lebih dari satu partai. Tapi dia dinamis dan meraih dukungan dari berbagai pihak," ujar Fuad.
"Bukan tidak mungkin jika kemudian mereka mengusung nama yang sama, ke depannya bisa ada koalisi, wallahualam ya. Sebab untuk memenangkan pilkada kan harus rasional dan berdasarkan kepentingan," imbuhnya.
Nama Dandan sejatinya lebih dikenal sebagai putra mantan Walikota Bandung, Ateng Wahyudi. Namanya juga sempat disebut-sebut dalam bursa Pilwalkot Bandung 2013, sebelum akhirnya ia tersandung kasus pungli pada tahun 2017.
Kasus tersebut sebetulnya menurut Fuad, membuat Dandan perlu berhati-hati. Sebab sangat mungkin Dandan akan dihujani bahan kampanye negatif dari lawan politiknya.
"Kampanye negatif iti tidak disalahkan sebenarnya, nggak boleh itu kampanye hitam. Jadi ya harus siap-siap aja menghadapi serangan dengan isu-isu yang mungkin merugikan namanya. Tapi sayangnya, publik itu sering abai terhadap kasus-kasus hukum," ucap Fuad.
Potensi Koalisi Golkar dengan PKB
Partai Golongan Karya (Golkar) mencalonkan tiga nama yakni Wakil Ketua III DPRD Kota Bandung Edwin Senjaya, Anggota DPR RI terpilih Atalia Praratya, dan mantan staf Wali Kota Bandung Arfi Rafnialdi. Sementara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hanya mengusung satu nama yakni Anggota DPRD Kota Bandung tiga periode, Erwin.
Dari Partai Golkar, nama Atalia menurut Fuad tak perlu diragukan untuk dapat suara besar. Namun sempat berhembus kabar Atalia mundur dari bursa Pilwalkot Bandung 2024.
Uniknya, di tengah kabar tersebut Atalia beberapa waktu lalu kedapatan menggelar pertemuan tertutup dengan Erwin. Pertemuan tersebut tentu mengundang pertanyaan, akan kah Atalia dan Erwin nantinya akan berduet sebagai pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung?
Fuad menilai koalisi tersebut bukan tidak mungkin terjadi. Bahkan potensi untuk menang bakal semakin besar.
"Memang kandidat itu harus melakukan aktivitas istikharah politik ya. Bu Atalia itu kan kalau memang tetap dia nyalon itu kan menurut saya kansnya besar sekali. Sudah punya modal pengalaman dan dapat suara besar. Ini akan jauh lebih mudah karena memang sosok yang populer kemudian juga sudah ada pengalaman di bidang politik," ucap Fuad.
"Kalau melihat PKB suaranya memang tidak besar, tapi PKB bisa aja kalau misalkan berkoalisi kemudian menjadi calon wakil wali kota, kenapa enggak? Kalau memang Bu Atalia muncul, itu bisa jadi magnetnya," imbuhnya.
Bukan cuma Atalia yang bisa mengundang pemilih. Erwin dengan latar belakang Nahdlatul Ulama (NU) juga bisa membawa massa pemilih yang menjanjikan.
"Suara PKB di legislatif memang belum signifikan, tapi kan itu memang merintis. Mulanya tidak ada suara, jadi Kang Erwin dengan berbagai keterbatasan bisa mendorong PKB yang mendapatkan suara di kota Bandung. Beliau juga kan punya basic dari Ketua RW, artinya memang punya pengalaman dengan di lembaga legislatif," ucap Fuad.
"Sebab publik juga kan bukan hanya sekedar ingin yang populer, tapi juga yang memang tahu tata kola pemerintahan, tahu persoalan-persoalan di kota Bandung," tutupnya.
(aau/sud)