Keberadaan Taman Film membawa berkah tersendiri bagi Nani sebagai penjual camilan dan makanan berat yang berada di bawah Jembatan Pasupati, Kota Bandung itu.
Nani masih mengingat, ketika awal diresmikan pada September 2014, taman yang difungsikan sebagai tempat pemutaran film untuk rakyat ini menjadi tempat favorit masyarakat untuk menghabiskan waktu.
"Dulu film yang diputar macam-macam, ada film kartini, G30S PKI, flora fauna, kartun, sampai nobar bola juga pernah" kata Nani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain karena ada film, dulu di sini ramai karena ada wifi gratis. Jadi orang pada datang buat pake wifi itu," ujarnya sambil mengingat awal keberadaan Taman Film.
Kini, layar megatron Taman Film sudah tidak bisa digunakan lagi. Nani lupa kapan persisnya layar yang berukuran 8x4 meter itu terakhir kali digunakan untuk menonton film.
"Yang saya ingat, waktu itu pernah nonton film G30S PKI bareng Pak Oded (Mantan Walikota Bandung 2018-2021) sebelum beliau meninggal, itu juga enggak pake megatron, tapi pake infokus biasa," katanya mengenang masa itu.
Baca juga: Taman Film Bandung Kembali Bergeliat |
Kenangan tentang Taman Film juga diungkapkan oleh anak-anak yang sedang bermain bola. Mereka masih mengingat kenangan ketika nonton bareng kartun di taman seluas 1.300 meter itu.
"Dulu pulang sekolah sering main di sini, nonton film kungfu panda. Sekarang mah udah lama mati, gak pernah ada lagi," kata salah satu anak.
Walaupun megatron sudah lama tidak bisa digunakan. Namun, aktivitas masih terlihat ramai di taman yang diresmikan oleh Ridwan Kamil ini.
Berdasarkan pantauan detikJabar, Senin (27/5/2024), cukup banyak aktivitas yang dilakukan masyarakat di Taman Film. Mulai dari mahasiswa yang mengerjakan tugas, komunitas, sampai anak-anak yang bermain bola.
Desainnya yang menyerupai amphiteater dengan tempat duduk yang berkelok dan dilapisi rumput sintetis membuat tempat ini nyaman untuk berkegiatan atau sekedar bersantai menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Pepohonan di sisi kanan dan kirinya juga memberikan kesejukan di tengah teriknya matahari.
Bandung Book Party menjadi salah satu komunitas yang sering menyelenggarakan kegiatan di taman ini. Menurut salah satu pengurusnya, Taman Film dipilih karena memiliki lokasi yang strategis dan juga gratis.
"Awalnya kami berkegiatan di Kiara Artha Park dan di Taman Hutan Raya (Tahura), namun dari beberapa teman ada usulan untuk pindah ke lokasi yang di tengah kota dan gratis, akhirnya kami memutuskan untuk di Taman Film," kata Ijal, wakil ketua Komunitas Bandung Book Party.
"Selain nyaman, di Taman Film ini juga ada atapnya, jadi kalau hujan gak kehujanan. Dari segi lokasi juga mudah dijangkau oleh semua jenis transportasi termasuk transportasi umum," tambah Ijal.
Komunitas Bandung Book Party dan masyarakat lainnya berharap bisa memanfaatkan kembali fasilitas yang ada.
"Kami berharap bisa mengoptimalkan kembali fasilitas yang ada untuk nonton bareng film yang berasal dari buku, film dokumenter atau film sejarah yang bisa menambah wawasan literasi," ujar Ijal ketika diwawancarai.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Hari, salah satu pengunjung Taman Film. Ia berharap megatron dan fasilitas lainnya bisa diperbaiki agar bisa lebih bagus lagi.
"Dari namanya juga kan Taman Film, jadi seharusnya digunakan untuk menonton film. Saya berharap semoga megatron dan fasilitas kayak toilet, wifi dan yang lainnya bisa diperbaiki dan bisa digunakan lagi," harap Hari.
Saat dikonfirmasi detikJabar, penanggung jawab Taman Film, Syahroni mengatakan bahwa megatron tidak bisa digunakan karena mengalami kerusakan. Saat ditanya tentang perbaikan megatron, Syahroni tidak menggubrisnya
"Megatronya enggak bisa dipakai rusak," katanya saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
(yum/yum)