Dilans salah satu organisasi besar yang menaungi para disabilitas dan lanjut usia (lansia) Indonesia. Organisasi ini dideklarasikan di Bandung pada tanggal 3 Desember 2021.
Dilans bermarkas di Gedung Fragmant Project Jl Ir H Juanda No 23, Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung. Organisasi kemanusiaan terbentuk saat peringatan Hari Disabilitas Internasional. Dilans disahkan sebagai organisasi perkumpulan berbasis anggota melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, AHU-0009332.AH.01.07.TAHUN 2022 berkedudukan di Kota Bandung.
Dilans diniatkan untuk menciptakan dunia inklusif bagi penyandang disabilitas dan lansia. Tujuannta agar mereka mandiri dan berdaya dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dilans berkolaborasi dengan aktor negara dan nonnegara untuk mempercepat kehidupan inklusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pergerakan disabilitas dan lansia Indonesia, yang saat ini pusatnya ada di Kota Bandung. Dilans Indonesia ini adalah satu perkumpulan yang diniatkan untuk mendorong percepatan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan lansia dengan cara memobilisasi aktor. Baik aktor negara pemerintah maupun aktor non-negara," ucap Farhan Helmi sebagai Presiden Pergerakan disabilitas dan Lanjut Usia (DILANS) Indonesia kepada detikJabar belum lama ini.
Pergerakan ini didasarkan kepada enam core values, yang akan menjadi panduan gerak organisasi maupun individu yang terlibat dalam mewujudkan visi dan misinya.
1. Nonpartisan
Diniatkan untuk tidak berafiliasi pada suatu kelompok kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Berpijak pada suatu pemikiran bahwa warga Dilans adalah warga yang tak terpisahkan dalam suatu sistem sosial apapun.
2. Kemandirian
Kemandirian diartikan sebagai sikap untuk membangun kekuatan sendiri dengan mengebangkan modalitas sosial, ekonomi, politik dan budaya sehingga warga penyandang disabilitas dan lansia dapat menjalani kesehatan dalam kesehariannya.
3. Partisipatif
Semua anggota memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan. Kesenjangan akan persepsi dan pandangan karena latar belakang informasi dan pengetahuan akan dijembatani dengan proses deliberatif dengan mekanisme yang transparan dan berorientasi pada perubahan yang lebih baik dari waktu ke waktu.
4. Inklusivitas
Merupakan komitmen agar gerak dan gagasan perubahan yang diusung diarahkan pada praktik "NO ONE LEFT BEHIND" dalam arti sesungguhnya dan dipraktikkan pada kehidupan keseharian baik sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.
5. Non-Antroposentrik
Relasi antara alam dan kehidupan kemanusian yang menggunakan landasan filsafat antroposentrik, di mana manusia adalah segalanya telah mengakibatkan kita terpuruk dalam berbagai krisis. Gerakan ini akan memperlakukan alam sebagai bagian yang tak terpisah. Respek terhadap manusia juga respek terhadap alam yang ditinggalinya.
6. Open-mind dan Progresif
Keterbukaan akan gagasan, informasi, ilmu dan pengetahuan terkini menjadi suatu energi dari gerakan ini dalam memahami realitas sosial yang berasal dari berbagai konstruksi sosial yang dilandasi oleh kepentingan sosial ekonomi yang sempit. Kepentingan yang seringkali lebih memihak pada kelompok yang lebih mengedepankan eksploitasi manusia terhadap manusia lainnya.
"Kami dipandu oleh 6 core values, kami bukan lembaga yang partisan punya kemandirian partisipatif untuk semua orang. Tentunya inklusif lalu mendorong gerakan non antroposentrik, dimana manusia bukan segalanya. Jadi lingkungan dari inti value yang kami usulkan yang terakhir itu terbuka dan progresif terhadap perubahan terus memperbaiki penyandang disabilitas," tuturnya.
Farhan Helmi, mengalami kecelakaan pada tahun 2016 menyebabkannya menjadi seorang difabel paraplegia. Tetapi bersama sembilan belas kawannya dia mendirikan Perkumpulan Pergerakan disabilitas dan lanjut usia (DILANS) Indonesia pada tahun 2021. Dia terpilih menjadi Presiden perkumpulan ini untuk periode (2022-2024).
"Yang menjadi pemicunya itu adalah pada saat COVID 2021, yang saat itu COVID-19 Delta. Dan, saya juga mengalami apa namanya kena COVID-19, dan dari situ saya setelah dirawat tau persis susahnya menjadi penyandang disabilitas dan lansia. Nah itu menginspirasi saya lalu kemudian saya mengajak delapan belas orang teman lainnya untuk mendirikan perkumpulan ini," lanjutnya.
Baca juga: Asa Aden Achmad Jadikan Bandung Kota Inklusi |
Dilans juga memiliki program yang disebut community engagement, yaitu mengajak organisasi maupun individu penyandang disabilitas untuk menjadi bagian dari program. Ada beberapa program yaitu yoga, tour, bahasa isyarat, karaoke dan lainnya.
"Ada namanya yoga 4dilans untuk kesehatan, tour 4dilans, lalu ada berbahasa isyarat 4dilans, karaoke 4dilans dan banyak kegiatan-kegiatan yang membuka ruang supanya partisipasi khususnya penyandang disabilitas dan lansia. Karena selama ini mereka termarjinalkan," jelasnya.
(sud/sud)