Membangun Pentingnya Inklusivitas di Hari Kesadaran Autisme Sedunia

Kota Bandung

Membangun Pentingnya Inklusivitas di Hari Kesadaran Autisme Sedunia

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 02 Apr 2024 18:15 WIB
Peringatan Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day di The Trans Luxury Hotel Bandung, Selasa (2/4/2024).
Peringatan Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day di The Trans Luxury Hotel Bandung, Selasa (2/4/2024). (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Bandung -

Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day diperingati pada 2 April setiap tahunnya. Guna memperingati hari tersebut, The Trans Luxury Hotel bekerja sama dengan Art Therapy Center (ATC) Widyatama menggelar deklarasi 'Inklusivitas Indonesia yang Lebih Baik'.

Acara diskusi hybrid tersebut berlangsung pada Selasa (2/4/2024) sore di The 18th Restaurant, The Trans Luxury Hotel Bandung. Dengan tagline 'Menuju Indonesia inklusif yang lebih baik, nothing about us, without us', turut hadir beragam kelompok/komunitas peduli disabilitas khususnya mental dan intelektual secara online dan offline.

Diskusi dipimpin Founder ATC Widyatama, Dr Anne Nurfarina membahas tentang strategi membangun kesempatan sosial industri bagi penyandang disabilitas mental atau intelektual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir perlu melibatkan para subjek yaitu insan istimewa dan melihat pandangan dari berbagai komunitas. Kesetaraan dalam inklusivitas belum terjadi sebetulnya. Saya mulai dengan contoh kasus ada mahasiswa dari DKV, nilai bagus, magang bagus, diterimalah jadi salah satu karyawan. Tapi dia akhirnya bukan bekerja di divisi tersebut tapi diperbantukan untuk bawain kopi, beliin makanan dll. Ada perbedaan sikap dan penerimaan," cerita Anne memulai diskusi.

Ia menyinggung di Indonesia belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat disabilitas seperti kesempatan kerja, pemenuhan hak pendidikan, hak akomodasi, hingga kebutuhan hidup secara mandiri.

ADVERTISEMENT

Dikatakan Anne, pemahaman masyarakat akan kesetaraan penyandang disabilitas masih rendah. Sehingga masih sering terjadi perundungan dan stigma negatif dengan subjek penyandang disabilitas. Hal tersebut kemudian juga disinggung oleh Dante Rigmalia, Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND).

Peringatan Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day di The Trans Luxury Hotel Bandung, Selasa (2/4/2024).Produk karya anak-anak disabilitas. (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)

"Kami sebagai lembaga pemantau, berusaha mendorong instrumen kebutuhan disabilitas agar bisa dilihat semua pihak yang bertanggung jawab. Kita terus dorong pendataan. Dalam resosek Bapenas kami mengumpulkan data disabilitas sedang dan berat itu tercatat ada 4,3 juta kalau di catatan adminduk," ucap Dante.

"Ada isu yang pertama stigma masih tinggi dari masyarakat. Ada penolakan dari sekolah jika siswa disabilitas di sekolah. Kemudian sulitnya mendapat kerja dan adanya diskriminasi di lingkungan kerja. Pelecehan, bullying, dan kekerasan juga menyumbang poin masalah besar. Hak kesehatan juga belum optimal diberikan," lanjutnya.

Dalam pendataan pun, kata Dante, masih jauh dari kata akurat. Sebab angka disabilitas menurut WHO diperkirakan mencapai 10% populasi di Indonesia. Pihaknya pun terus mendorong kesiapan Kemenko PMK untuk membicarakan ragam disabilitas dan isu yang ada.

"Inklusivitas itu bicara tentang pembangunan inklusif itu selalu menuju inklusif. Disabilitas akan selalu kadi tujuan yang akan kita capai. KND akan terus melakukan pendekatan sebagai pemantau dan evaluator, mitra kerja kami di 24 kementerian, pemda, dinas, hingga swasta juga memiliki kebijakan program dan anggaran yang inklusif," kata dia.

Dalam diskusi tersebut, turut hadir Anggia Elgana, Director of Marketing and Communication The Trans Luxury Hotel. Ia menceritakan bahwa hotel bintang lima tersebut, sudah menjadi tempat untuk mahasiswa-mahasiswi ATC Widyatama magang.

Anggia mengaku ada dinamika dalam program magang anak-anak spesial tersebut. Namun, dari program tersebutlah timnya dapat menciptakan dan mempelajari servis seperti apa yang tepat untuk penyandang difabel, terutama mental.

"Tahun lalu mahasiswa/i ATC Widyatama sempat magang di departemen marketing and communication bidang creative designer. Ini sudah tahun ke-7 kami bekerja sama, awalnya kami reach out ke ATC Widyatama karena ada banyak tamu yang punya anak insan spesial," cerita Anggia.

"Kami merasa tim harus dibekali untuk menghadapi tamu yang spesial. Kami kemudian juga melakukan kerja sama di Arsa butik ada merchandise karya anak-anak UMKM Cidco, jadi mencari apa yang bisa dilakukan agar kerjasama terus berkelanjutan," ungkapnya.

Sebagai pembina sekaligus founder ATC Widyatama, Anne mengapresiasi kesempatan yang telah diberikan oleh The Trans Luxury Hotel. Ia pun menanyakan pada Anggia, sebetulnya apa yang menjadi kendala dan evaluasi dalam memperkerjakan anak-anak difabel.

"Memang pekerjaannya cukup banyak apalagi dalam sehari desain itu kami bisa butuh 5 desain, jadi memang kami harus lihat apa yang bisa dilakukan sehingga ke depannya diharapkan tidak hanya magang. Namun memang tujuannya juga harus tercapai. Kebetulan kami juga punya dua karyawan disabilitas tunarungu di Dept laundry dan stewarding," kata Anggia.

"Mereka terbukti bisa bekerja meski ada dinamikanya. Terkait kesulitan memang perlu ditelaah lebih lanjut, perlu duduk bareng, tapi pada dasarnya untuk project based sangat memungkinkan. Tapi yang pasti betul program intern itu harapannya bisa mengedukasi practical dan skill anak-anak," ucapnya.

Dalam acara tersebut, turut dipamerkan karya-karya anak-anak difabel dalam brand Creative Business of Difable Community (CIDCO), komunitas sekaligus inkubator bisnis di dalamnya. Mulai dari baju, tumblr, aksesoris, dapat dibeli secara langsung oleh para pengunjung di The Trans Luxury Hotel.

(aau/orb)


Hide Ads