Puluhan disabilitas netra Kota Tasikmalaya menggelar kegiatan tadarusan bersama di sebuah restoran cepat saji di Jalan Ir. Djuanda Kota Tasikmalaya, Minggu (17/3/2024) sore. Tak ayal suasana restoran itu menjadi lain dari biasanya menyusul lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan penyandang tuna netra secara bersamaan.
Sebagian besar dari mereka terlihat membaca ayat suci sambil meraba mushaf Al-Qur'an braile, sementara sebagian lainnya tampak sudah hafal sehingga tak lagi meraba Al-Qur'an braile.
"Bagi penyandang tuna netra agar bisa membaca Al-Qur'an itu tidak mudah, mereka harus belajar dari awal metoda membaca Al-Qur'an braile," kata Iyan Yulianti, Kepala SLBN Tamansari Kota Tasikmalaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iyan menghadiri acara itu untuk mendampingi beberapa orang siswanya untuk mengikuti kegiatan yang digagas oleh Yayasan Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah.
"Bagi beberapa tuna netra pembelajaran membaca Al-Qur'an diawali dulu dengan hafalan, mayoritas dari mereka memang memiliki kemampuan hafalan yang bagus. Setelah itu baru belajar membaca Al-Qur'an braile. Kami bersyukur ada komunitas yang mau mengajarkan anak-anak tuna netra membaca Al-Qur'an," kata Iyan.
Menurut Iyan angka kemampuan baca Al-Qur'an kalangan tuna netra di Tasikmalaya relatif tinggi, mencapai 80 persen. "Persentase tuna netra yang mampu baca Al-Qur'an di Tasik cukup tinggi lebih dari 80 persen, sisanya yang tak bisa membaca itu biasanya dibarengi dengan kekurangan lainnya, misal dibarengi gangguan autis atau down syndrom," kata Iyan.
Dia mencontohkan 15 anak didiknya yang tuna netra hampir semuanya sudah bisa membaca Al-Qur'an braile.
Mamat Rahmat, tuna netra yang juga pengurus Yayasan Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah menambahkan, di bulan Ramadan ini komunitas tuna netra menggeliatkan kegiatan tadarusan dan keagamaan lainnya. Tadarusan bisa dilakukan dimana saja, entah itu di masjid, di ruang publik bahkan dilakukan secara daring.
"Kami sering juga tadarusan online bersama komunitas, selain tadarusan di masjid atau majelis taklim," kata Mamat.
Terkait upaya mendorong kemampuan membaca Al-Qur'an di kalangan penyandang tuna netra, Mamat mengatakan, sejauh ini mereka hanya terkendala oleh masalah teknis. Karena keterbatasan fisik, mereka relatif sulit jika ingin berkumpul bersama. Sementara terkait ketersediaan sarana dan prasarana, Mamat mengatakan sejauh ini tidak ada masalah.
"Memang tidak semua punya Al-Qur'an braile, tapi jika yang serius ingin belajar pasti ada jalan, pasti ada yang membantu," kata Mamat.
Harniwan Obech, pegiat disabilitas di Tasikmalaya mengatakan pihaknya sengaja mengajak penyandang tuna netra untuk tadarusan di restoran. Hal ini untuk memberikan suasana atau pengalaman baru. "Ya suasana baru, kita fasilitasi mereka berkumpul di sini, tadarusan bareng, kemudian buka puasa bersama. Kebetulan pihak restoran ini berbaik hati mau mentraktir mereka," kata Harniwan.
Peserta tadarusan yang didominasi anak usia sekolah, tak dapat menyembunyikan kegirangannya ketika pihak restoran mengumumkan menggratiskan makanan berbuka puasa bagi mereka.
Mereka terdengar kompak dan merdu melantunkan juz 30 Al-Qur'an, setelah itu mereka tampak senang berbuka puasa dengan menu ayam goreng. Tak lupa doa-doa kebaikan dipanjatkan untuk kemajuan restoran itu.
(mso/mso)