Sumur minyak era Hindia Belanda di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat muntahkan lumpur yang disebut-sebut bercampur gas. Semburan sejak Selasa (19/3/2024) lalu itu mulai masuk ke persawahan warga.
Berikut fakta-faktanya:
1. Diiringi Fenomena Kabut Tebal
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang petani, Dana (66) menuturkan, semburan dari sumur setinggi dua meter muncul bersamaan dengan adanya fenomena kabut tebal yang sempat menyelimuti Desa Pagedangan dan Desa Sukaperna di Kecamatan Tukdana.
"Dari hari Selasa sekitar jam 05.00 WIB. Ya awalnya tuh langsung kabut keluar semburan. Sekitar dua meter lah tingginya. Bau, baunya tuh kayak gas. Warna agak hitam tapi ada merah-merah kayak minyak. Sampai sekarang masih bau," kata Dana.
2. Merusak Padi
Dana mengungkapkan, adanya semburan lumpur dan gas ini merusak tanaman padi dan beberapa petak sawah bahkan sudah terlihat layu karena terendam lumpur yang bercampur minyak dan gas.
"Bisa (merusak). Dulunya juga waktu kapan rusak semua tanamannya. Pernah, sekarang tuh sudah pada alum (layu) tuh, pada mati yang di sampingnya tuh," katanya.
3. Sering Terjadi
Muntahan sumur minyak bekas pemerintahan Belanda itu konon sering terjadi. Sedikitnya, muntahan cairan warna abu-abu itu tercatat sebanyak 3 kali sejak tahun 2017, tahun 2021 dan di tahun 2024 ini.
"Waktu bupati baru dilantik tuh. Sekitar tiga kali, tapi kalau sudah ditangani mah, tidak ditangani tuh," ujar Dana.
Dikatakan Dana, sumur minyak eks Belanda itu konon dibangun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, sekitar tahun 2000-an sumur itu tidak lagi digunakan atau nonaktif.
"Kata orang tua sih bukanya itu tahun 1923 ya belum merdeka," katanya.
4. Penanganan Sulit
Penanganan semburan lumpur di sumur minyak eks Belanda itu diakui alot. Adapun penanganan saat ini baru sekedar memasang garis larangan melintas di area semburan.
"Dari pemerintah desa sudah menyampaikan surat lewat kecamatan dilanjutkan ke bupati untuk penanganan tersebut. Untuk kejadian hari ini kita hanya sekedar memberikan garis polisi aja. Untuk penanganan selanjutnya belum ada dari pihak kabupaten dan pihak Pertamina juga belum ada sama sekali," kata Sekretaris Desa Pagedangan, Ade Priyatna.
5. Bercampur Minyak
Ditegaskan Ade, material yang keluar dari titik bekas pengeboran minyak pada zaman Belanda (eks Belanda) seperti lumpur dengan campuran minyak serta gas. Muntahannya kini sudah merambah ke lahan persawahan di sekitar lokasi.
"Itu lumpur campur gas, minyaknya juga ada. Iya sudah merambat, pasti yang terdampak yang punya sawah tersebut," katanya.
6. Perlu Biaya Rp 1 Triliun
Menurutnya semburan pernah terjadi pada 2021 lalu. Kala itu, penanganan semburan lumpur di area sumur minyak eks Belanda membutuhkan biaya yang cukup fantastis yang kabarnya bisa mencapai Rp 1 triliun.
"Tahun 2021 itu sebenarnya sih pihak Pertamina itu sudah siap menangani permasalahan lumpur tersebut. Yang jadi kendala itu pipa yang masuk area sawah masyarakat. Nah masyarakat meminta kepada pihak Pertamina dan pemda untuk meminta ganti rugi, dispensasi gitu, cuma dari Pertamina dan pemda keberatan, nggak mau nah yang jadi kendala tersebut," jelasnya.
"Saat itu nggak selesai karena itu masyarakat nya meminta ganti rugi. Nah semburannya itu berhenti dengan sendirinya gitu," imbuh Ade.
(bba/dir)