Kisah 'Pak Babin' Sulap DAS Cilimus Jadi Asri Lewat Urban Farming

Kisah 'Pak Babin' Sulap DAS Cilimus Jadi Asri Lewat Urban Farming

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 19 Mar 2024 03:30 WIB
Buruan SAE Pajajaran, Kota Bandung
Melihat dari dekat Buruan SAE Pajajaran Lestari di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Azan subuh berkumandang, usai menunaikan salat subuh di masjid yang ada disekat rumahnya, Wawan Setiawan bergegas naik ke loteng rumahnya. Bukan untuk menikmati udara pagi Kota Bandung yang akhir-akhir ini sedang dingin-dinginnya, pria berukur 47 tahun itu naik ke lantai dua rumahnya untuk mengecek pertumbuhan sayuran hingga buah-buahan yang ditanamnya.

Tidak membutuhkan tempat yang luas dan besar, Wawan hanya bercocok tanam dengan memanfaatkan halaman sempit dan menggunakan polybag berukuran sedang hingga besar sebagai media tanamnya.

Karena malam tadi wilayah Bandung diguyur hujan, Wawan pun tidak perlu menyiram sayuran dan buah-buahan yang ditanamnya itu. Dia hanya memisahkan daun-daun kering, atau sesekali memberi nutrisi dengan memasukan pupuk organik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu jam berada di atas loteng, Wawan turun kembali ke dalam rumah untuk mandi dan bersiap-siap bergegas bekerja. Wawan pun berganti pakaian dengan pakaian dinasnya sebagai Anggota Polri. Wawan mengemban tugas sebagai Anggota Babinkamtibmas di Polsek Astanaanyar dan saat ini pria yang karib disapa 'Pak Babin' memiliki pangkat Aiptu.

Meski sudah mengenakan seragam rapi, Pak Babin tak langsung berangkat ke kantornya, dia berjalan ke bantaran Sungai Cilimus yang sudah disulap menjadi kebun kecil.

ADVERTISEMENT

Kegiatan yang dilakukan Pak Babin juga sama seperti yang dilakukan sebelumnya, yakni untuk mengecek pertumbuhan sayuran dan buah-buahan. Beda dengan kebun kecil yang ada di loteng rumahnya, kebun kecil yang ada di bantaran sungai ini dikelola oleh Pak Babin bersama warga sekitar dan ukurannya pun cukup luas.

Kebun yang ada di atas aliran Sungai Cilimus ini dijadikan sebagai sarana urban farming yang dapat diaplikasikan di rumah warga masing-masing dengan tujuan menjaga ketahanan pangan keluarga.

Seperti diketahui, kebutuhan untuk sayuran hingga buah-buahan Kota Bandung masih bergantung pada daerah lain karena di kota yang dijuluki Kota Kembang ini tak memiliki perkebunan luas seperti di daerah lainnya. Dengan kegiatan urban farming ini, diharapkan warga dapat mengurangi uang belanja yang digunakan untuk membeli sayuran dan buah-buahan di pasar.

Kebun yang ada di atas aliran Sungai Cilimus itu, merupakan bagian dari Program Buruan Sehat, Alami, Ekonomis atau disingkat Buruan SAE. Buruan SAE merupakan program urban farming terintegrasi yang digalakan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) atau yang kini berubah menjadi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.

Pak Babin mengisahkan, Buruan SAE Pajajaran Lestari berdiri pada tahun 2014 yang awalnya dicanangkan sebagai kampung berkebun program Ridwan Kamil yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Pada tahun itu juga, RW 4, Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo ditunjuk dan kebutuhan kegiatan kampung berkebun itu dari mulai bibit hingga infrastruktur didukung DKPP Kota Bandung.

"Karena kita keterbatasan lahan, karena kita tinggal di kota yang jarang ada lahan seperti kebun, akhirnya kita gunakan bantaran kali dan kita gunakan bambu," kata Aiptu Wawan kepada detikJabar, Rabu, 13 Maret 2024.

Pak Babin mengungkapkan, pada waktu itu warga bergotongroyong memasang bambu di atas aliran sungai sebagai alas tempat warga untuk bercocok tanam. Setahun program berjalan, Kang Emil sapaan karib Ridwan Kamil berpesan kepada warga untuk terus mengembangkan program ini.

"Dari sana muncul keberhasilan, karena masyarakat sudah mulai menikmati hasilnya. Apa yang dinikmati, karena dulu sungainya bau dan bau busuknya hilang, kemudian udara segar dan kemanfaatannya kita enggak usah belanja pagi ke warung, mengurangi ketergantungan sayur di warung," ungkapnya.

Kampung berkebun di RW 4 itu, lalu berganti nama menjadi Buruan SAE dikala almarhum Oded M Danial menjabat sebagai Wali Kota Bandung menggantikan Kang Emil. Sejak saat itulah, program ini terus dikembangkan hingga banyak kunjungan ke Buruan SAE yang dikelolanya.

Tah hanya menanam sayuran dan buah-buahan, warga juga membudidayakan ikan hingga ternak seperti ayam. Selain memetik hasil panen dari Buruan SAE itu sendiri, warga yang turut mengelola urban farming di wilayah ini juga turut mengelola limbah hingga menghasilkan kompos dan nantinya digunakan sebagai pupuk tanaman.

Bantuan BRI untuk Urban Farming

Buruan SAE Pajajaran, Kota BandungMelihat dari dekat Buruan SAE Pajajaran Lestari di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.(Wisma Putra/detikJabar)

Selain banyak dikenal orang, Pak Babin mengatakan, pada tahun 2020 Bank BRI datang untuk ke mendukung kegiatan urban farming warga melalui Program BRINita atau BRI Peduli Bertani di Kota. Bahkan, program urban farming yang sebelumnya ada di RW 4, meluas ke RW lainnya.

"Bank BRI memfasilitasi yang sebelumnya hanya RW 4 saja, mengembangkan ke RW 3 dan bentuk satu KWT dan akhirnya semakin berkembang," tuturnya.

"Setelah RW 3, masuk lagi masih di RW 4, tapi ada di wilayah RT 1 dan mendirikan vertikal garden hampir 250 meter kiri-kanan badan sungai. Lalu berkembang lagi ke RW 8, masih di Kelurahan Pajajaran. RW 8 konsepnya sama seperti di RW 4, virus-virus di RW 4 berkembang," terangnya.

Menurutnya, bantuan yang diberikan BRI ke Buruan SAE Pajajaran Lestari berupa bantuan infrastruktur. Di mana, alas bambu yang ada di atas aliran sungai, diganti dengan alas yang lebih kokoh yakni alas dari baja ringan.

"Membantu infrastuktur tadinya bambu, diganti sama baja ringan. Selain itu support media tanam, kaya pot, benih hingga bibit. Juga pelatihan kepada kelompok tani, di sini ada beberapa kelompok tani dan kelompok kampung berkebun," paparnya.

Pak Babin menyebut, untuk Buruan SAE di RW 4 anggotanya didominasi oleh bapak-bapak, sebaliknya di RW 3 anggotanya didominasi oleh ibu-ibu. Selain menanam sayuran dan buah-buahan, kelompok tani ini juga membuat produk dari hasil bertaninya.

"Kalau dari RW 3 ada minuman sereh, di RW 4 ada minuman jahe merah ya," ujarnya.

Pak Babin mengatakan, jika sayuran yang ditanam warga hasil penennya banyak. Sayuran tersebut akan dijual, namun sayur yang dijual dalam bentuk polybag, hal itu dilakukan agar setelah dipanen, sayuran tersebut bisa tumbuh dan dipanen kembali, seperti daun seledri hingga cabai.

"Bisa dijual, bisa juga dikonsumsi. Kita enggak jual untuk kebutuhan pasar, tapi kita jual dalam bentuk polybag, misal seledri satu polybag besar Rp 15 ribu, satu polybag manfaatnya panjang bagi mereka," paparnya.

Dari Urban Farming Jadi Kampung Wisata

Buruan SAE Pajajaran, Kota BandungMelihat dari dekat Buruan SAE Pajajaran Lestari di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Jika di pedesaan ada Program Desa BRILiaN yang mengulas potensi serta inovasi desa di berbagai bidang seperti wisata, pertanian, teknologi informasi, hingga perekonomian serta dampaknya bagi masyarakat lokal maupun nasional, Buruan SAE Pajajaran Lestari memiliki tujuan sama dengan program itu, namun untuk Buruan SAE Pajajaran Lestari ada di bawah program BRINita karena lokasinya bukan ada di pedesaan melainkan di perkotaan.

"Dengan BRI kami mengembangkan kampung berkebun, kebermanfaatannya untuk ketahanan pangan di Kota Bandung. Karena kebutuhan sayuran di Kota Bandung masih disuplai dari luar Kota Bandung sehingga BRI menekankan, supaya ketahanan pangan terjaga dengan melaksanakan kegiatan urban farming ini," jelasnya.

Kesuksesan program urban farmingnya itu, membuat banyak orang menilai selain berkebun Buruan SAE yang dikelola oleh Wawan bisa disebut sebagai agrowisata yang ada di Kecamatan Cicendo.

"Cita-cita dari dulu, cita-cita warga di sini jadi agrowisata dan alhamdulilah banyak kunjungan dari kecamatan lain atau kabupaten kota lain, tujuannya ingin menjadi wisata bercocok tanam," tuturnya.

Menurut Pak Babin, dengan melaksanakan urban farming setiap keluarga bisa manfaatkan halamannya untuk kebutuhan rumah tangga, sesempit apapun halaman yang dimiliki, dia mengajak warga yang ada di lingkungannya untuk memanfaatkan sisa halamannya. Jika tidak bisa melebar, kegiatan urban farming tersebut bisa dilakukan secara vertikal.

"Misal kita tanam sosin 10 polybag, pakcoy 10 polybag, bawang daun 10 polybag, ambil dua-dua per kebutuhan rumah tangga, insyaallah ketahanan pangannya terpenuhi," ujarnya.

Selain menambah kelompok tani, lokasi untuk melakukan urban farming itu, menurut Wawan diperluas oleh BRI dan bantuan tersebut sangat membantu warga yang ada di lingkungannya.

"Sangat terbantu karena pengembangannya sangat luar biasa, ketika BRI sudah turun, wakil Presiden juga sampai datang ke sini, karena apa? Karena dari dulunya hanya 200 meter ditambah BRI jadi 350 meter dan alhamdulilah dulunya kita gunakan bambu dan ada rentang waktunya, sekarang dengan bantuan BRI ada baja ringan dengan fasilitas itu terbantu ya," ucapnya.

Wapres Ma'ruf Amin Kunjungi Buruan SAE Pajajaran Lestari

Buruan SAE Pajajaran, Kota BandungWakil Presiden Ma'ruf Akin berkunjung ke lokasi Buruan SAE Pajajaran Lestari di Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. (Wisma Putra/detikJabar)

Aktivitas urban farming yang dilakukan warga RW 4 dan RW 3 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo sampai ke telinga orang nomor dua di Indonesia atau Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Pada tahun 2021 berkunjung ke tempat Pak Babin.

"Kunjungan pak wakil presiden kesini untuk melihat keseriusan urban farming di wilayah kami. Apalagi tempat kita juga sudah dikunjungi perwakilan dari luar negeri yang ikut kegiatan G20 lalu," katanya.

Pak Babin yang sudah puluhan tahun mengabdi sebagai anggota Polri itu, juga sempat berbincang dengan Ma'ruf Amin saat mengunjungi Buruan SAE nya.

"Sempat berbincang, diharapkan bahwa kabupaten kota lain meniru apa yang digagas oleh Dinas Pangan Kota Bandung, diharapkan bisa diikuti apa yang dilakukan di Kota Bandung," ujar pria yang mengidolakan mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Presiden Soekarno.

Ayah dengan satu istri dan lima anak ini juga mengaku, jika melakukan kegiatan urban farming ini cukup mudah dan menyenangkan. Bahkan dia sendiri tak memiliki basic menjadi seorang petani, sehingga kegiatan ini dilakukannya sendiri dan bantuan penyuluh pertanian.

"Ini sebenarnya pekerjaan mudah sih, kita luangkan waktu pagi menyiram dan pulang kerja jam setengah 5 nyiram lagi. Kegiatan ini hanya membutuhkan media tanam yang sudah kita olah dan dimasukan ke polybag, pengurusan hanya pagi, ke kantor, dan pulang siram lagi," jelasnya.

"Ini kegiatan yang menyenangkan tentunya tidak menyita banyak waktu," tambah Pak Babin yang pernah bertugas di Polres Pinrang Sulawesi Selatan saat memulai karirnya sebagai anggota Polri.

Buruan SAE Pajajaran, Kota BandungDari Penghargaan Kapolda Hingga Brazil Infografis: Buruan SAE Terintegritas (Wisma Putra/detikJabar) Foto: Wisma Putra/detikJabar

Pak Babin mengatakan, Buruan SAE Pajajaran Lestari banyak diganjar penghargaan, salah satunya penghargaan di tingkat dinas hingga Wali Kota. Buruan SAE nya juga pernah diganjar penghargaan dari Kapolda Jabar yang kala itu dijabat oleh Irjen Pol Agung Budimaryoto (saat ini jabatannya sudah Komjen Pol).

Selain itu, secara keseluruhan Program Buruan SAE menerima penghargaan Prize Milan Pact Award (MPA) Tahun 2022 kategori food production pada The 8th MUFPP (Milan Urban Food Policy Pact) Global Forum yang akan digelar di Rio de Janiero, Brazil, 17 - 19 Oktober 2022.

"Melalui Buruan Sae, Kota Bandung dinilai mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri di wilayah masing-masing," Kepala DKPP Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar kepada detikJabar.

Program ketahanan pangan ini juga mengalahkan lebih dari 251 inovasi dari 133 kota di dunia. Menurutnya, secara kuantitas, selama 2 tahun perjalan terdapat lebih dari 375 kelompok Buruan SAE tersebar di 151 kelurahan di Kota Bandung dan terus bertambah.

"Pertambahan itu juga yang menjadi nilai plus bagi Buruan SAE dimana selama dua tahun dapat membentuk segitu banyak kelompok Buruan SAE," ungkapnya.

Dari segi kualitas, Buruan SAE sudah mampu menghasilkan hasil pangan yang mampu dimanfaatkan untuk keluarga dan lingkungannya bahkan sekarang bisa menjadi nilai ekonomi. "Bisa menambah penghasilan keluarga, mereka bisa mengolah dan menjual hasil dari Buruan SAE," ujarnya.

Tak hanya itu, keberadaan Buruan SAE ini dapat mencegah inflasi yang ada di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung sendiri sebagai salah satu wilayah yang konsen menjaga ketahanan pangan melalui program tersebut.

Per Januari 2024 terjadi inflasi secara tahunan (year on year/YoY) Provinsi Jawa Barat sebesar 3,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,76. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Subang sebesar 4,90 persen dengan IHK sebesar 108,37 dan terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 1,90 persen dengan IHK sebesar 105,00.

Kucurkan Dana BRI untuk Pemberdayaan Masyarakat

Buruan SAE Pajajaran, Kota BandungBuruan SAE Pajajaran, Kota Bandung Foto: Wisma Putra/detikJabar

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, BRI Regional Office Bandung kucurkan dana miliaran rupiah untuk membantu pemberdayaan UMKM hingga mayarakat.

"Pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp 33,4 miliar dari 2020 sampai dengan 2023," kata Sadmiadi dalam keterangannya.

Terpisah, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menyebut, program urban farming merupakan tanggungjawab BRI terhadap lingkungan.

"Ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab BRI dalam mendukung kelestarian lingkungan, khususnya lingkungan yang padat penduduk" ucap Catur seperti dikutip dari laman bri.co.id.

(wip/yum)


Hide Ads