Di tengah melaksanakan ibadah bulan suci Ramadan, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang justru mendapat musibah. Satu desa tersebut terendam banjir.
Bencana tersebut terjadi akibat intensitas hujan yang cukup lebat, sehingga air di sungai Cibeet dan Citarum meluap. Air datang ke desa tersebut pada Kamis (14/3) malam sekitar pukul 19.00 WIB.
"Akibat hujan selama beberapa hari berturut-turut, intensitasnya sedang hingga lebat, sehingga menyebabkan Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat banjir malam tadi (kamis) sebelum tarawih," kata Kepala Pelaksana BPBD Karawang Mahpudin saat dikonfirmasi detikJabar, Jumat (15/3/2024).
Banjir terjadi pada malam hari menjelang shalat tarawih. Sebanyak 938 jiwa dari 319 kepala keluarga terdampak, akibat banjir yang merendam pemukiman sedalam 50-150 centimeter. Mereka pun harus mengungsi ke lokasi terdekat yang lebih aman.
Namun beberapa warga, kata Mahpudin, masih menolak dievakuasi karena air yang merendam rumahnya tidak terlalu tinggi. Serta keberatan meninggalkan barang berharga di rumah.
"Ada yang menolak kami evakuasi, alasannya rumah masih bisa ditinggali karena air tidak terlalu dalam. Mereka keberatan meninggalkan rumah karena banyak barang berharga," imbuhnya.
Salah satu yang tak rela meninggalkan rumahnya ialah Ijam (57). Ia mulanya hendak bersiap berangkat tarawih, namun niat ibadahnya harus diurungkan akibat air di halaman rumah menggenang makin tinggi.
"Malam itu saya mau tarawih, tapi lihat ke luar rumah air kenapa makin tinggi. Jadi dilarang pergi sama anak," ujar Ijam, saat ditemui di depan rumahnya sedang diperiksa kesehatan oleh dokter Polisi, Jumat (15/3/2024).
Malam itu, Ijan hendak diantar anaknya mengungsi. Namun, ia menolak karena merasa kondisi masih aman. "Malam saya akan diantar anak ngungsi ke rumah pamannya dia, adik saya. Tapi saya gak mau karena lihat masih aman lah," kata dia.
Alih-alih menolak mengungsi, Ijam sekeluarga justru tidak tertidur karena menjelang sahur air mulai naik dan menggenangi bagian dalam rumahnya mereka.
"Jadinya nggak tidur, air mulai masuk sampe sekarang kelihatan semata kaki, karena tak mengungsi kita sahur makan sisa menu buka puasa," ungkapnya.
Parahnya, kata Ijam, banjir ini merupakan kali ketiga pada periode musim penghujan tahun 2024, serta yang kedua kali terjadi pada bulan Ramadan. "Kalau banjir ini sudah 3 kali yah, dari akhir tahun, awal tahun, dan sekarang. Untuk bulan puasa kalau seingat saya sudah 2 kali sama sekarang ini," ucap Ijam.
Kendati ditimpa musibah banjir, Ijam berharap tak mengganggu ibadah, dan bisa lebih aman menghadapi hari raya Idulfitri mendatang.
(aau/sud)