Kisah 10 Hari Tinggal di Hutan Demi Mencari Macan Gunung Sunda Purba

Round-up

Kisah 10 Hari Tinggal di Hutan Demi Mencari Macan Gunung Sunda Purba

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 16 Mar 2024 03:30 WIB
Seekor macan Jawa penghuni Gunung Sunda Purba yang ada di wilayah Jawa Barat berhasil terekam kamera trap milik Mahasiswa Pencinta Alam Langlangbuana (Mapella), Kota Bandung.
Seekor macan Jawa penghuni Gunung Sunda Purba yang ada di wilayah Jawa Barat berhasil terekam kamera trap milik Mahasiswa Pencinta Alam Langlangbuana (Mapella), Kota Bandung. (Foto: istimewa/Mapella)
Bandung -

10 hari lamanya, tim peneliti dari Mahasiswa Pencinta Alam Langlangbuana (Mapella) Kota Bandung tinggal di dalam hutan. Tujuannya satu, yakni mencari macan penghuni Gunung Sunda Purba.

Salah satu peserta penelitian Azka Raudha mahasiswa jurusan Hukum Semester 4 Universitas Langlangbuana, Kota Bandung mengatakan, jika dia bersama teman-teman harus tinggal selama 10 hari di hutan saat melakukan penelitian macan Jawa di Gunung Sunda Purba yang ada di wilayah Jawa Barat.

"Sekitar 10 hari di dalam hutan, ini pengalaman pertama, saya senang bisa mendapat pengalaman baru dan saya jadi tahu satwa di wilayah penelitian itu ada apa saja, terutama macan Jawa," kata Azka kepada detikJabar di Sekretariat Mapella, Jalan Karapitan, Kota Bandung, Kamis (14/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peserta penelitian ini berjumlah tiga orang, yakni Azka, Fadia Zachrie Syaharani mahasiswa Jurusan Manajemen semester 4 dan Muhammad Abdul Yusuf mahasiswa Jurusan Fisip D3 Kepolisian. Meski demikian, penelitian ini juga didampingi oleh tim pengarah dan tim pendamping.

Kegiatan penelitian yang diikuti tiga orang mahasiswa tersebut sebagai salah satu syarat untuk naik tingkat di organisasinya, dari anggota muda ke anggota penuh.

ADVERTISEMENT

Rasa capek, selama penelitian di dalam hutan, terbayarkan setelah kamera trap yang dipasang timnya pada Bulan September tahun 2023 berhasil mendokumentasikan penampakan macan Jawa di Bulan Januari dan Februari 2024.

"Pas pertama dapat (penampakan macan Jawa) senang banget, sudah capek meneliti, obyek penelitiannya dapat," ujarnya.

Azka juga mengisahakan, untuk sampai ke titik pemasangan kamera trap dia bersama timnya harus berjalan berjam-jam dan mengarungi banyak rintangan di dalam hutan.

"Kita juga nyusur sungai jalan kaki, enggak pakai perahu, medannya hutan semua, tebing dan lembah, enggak mudah," tuturnya.

Tak hanya macan Jawa, kamera trap yang dipasang tim peneliti berhasil mendokumentasikan satwa lainnya seperti puyuh gong-gong , surili, monyet ekor panjang, luwak hingga babi hutan.

"Ini pengalaman baru, saya sangat antusias banget dan kesannya bangga, pertama terus langsung dapat," ujarnya.

Jika Azka dan Yusuf terlibat langsung penelitian di dalam hutan. Peserta lainnya Fadia Zachrie Syaharani bertugas di luar hutan dan terjun langsung ke warga.

"Saya tim kota, wawancara masyarakat sekitar terkait keberadaan macan Jawa," ujar Fadia.

Kepada warga, Fadia juga menanyakan apakah pernah ada macan Jawa turun ke permukiman warga. Menurutnya, hasil penelitian dil uar hutan warga tak pernah melihat macan Jawa masuk pemukiman.

"Kalau untuk di desa yang saya kunjungi tidak ada konflik, mereka mengetahui dan meyakini tapi mereka sendiri malah mengaitkan sama mitos," ujarnya.

Ketua Tim Penelitian Mapella Dhika Kamesywara mengatakan, pencapaian penelitian tahun ini merupakan pencapaian yang luar biasa.

"Senang banget, setelah penantian panjang sebelumnya susah, dapat feses nya saja sudah luar bisa, apalagi ini wujudnya ada," ujar Dhika.

Dhika menyebut, proses penelitian macan Jawa ini dilakukan dan sudah mengantongi izin dari BBKSDA Jabar dan Perhutani Jabar.

"Targetan kita masih ingin mengajak beberapa instansi juga berkolaborasi melakukan langkah konservasi, pada intinya kegiatan kita ingin berlanjut pda kegiatan konservasi," tuturnya.

Menurut Dhika, macan Jawa merupakan satwa endemik Jawa Barat yang keberadaannya terancam.

"Kita tidak mau bernasib sial seperti harimau Jawa yang sudah dikatakan punah, kita tidak mau nasib macan Jawa seperti harimau Jawa," ujarnya.

Dhika berharap, dengan dilakukannya penelitian macan Jawa bersama tim peneliti Mapella, kelestarian macan Jawa tetap terjaga.

"Macan Jawa saat ini top predator atau pemangsa puncak yang di mana dalam ekosistemnya ini kalau top predator hilang, ekosistem lain bakal terganggu," pungkasnya.

(wip/yum)


Hide Ads