Ternyata Filsuf Jenius Juga Pernah Salah

Kabar Internasional

Ternyata Filsuf Jenius Juga Pernah Salah

Tim detikInet - detikJabar
Minggu, 10 Mar 2024 22:30 WIB
Pythagoras pernah menggunakan matematika untuk memahami keindahan musik. Namun ternyata, itu tidak berjalan dengan baik.
Pythagoras (Foto: Wellcome Images/Wikimedia Commons)
Jakarta -

Pythagoras dikenal sebagai filsuf Yunani yang jenius di dunia matematika. Tapi, dia ternyata pernah salah saat menggunakan matematika untuk keindahan musik.

Dilansir dari detikInet, Pythagoras beranggapan bila kombinasi nada-nada harmonis yang dikenal sebagai konsonan musik mengandalkan 'rasio bilangan bulat' sederhana dalam frekuensi atau nada.

Kombinasi itu menghasilkan nada yang terdengar menarik. Pythagoras beranggapan bila harmonisasi itu bisa diterapkan untuk semua jenis instrumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun anggapan Pythagoras dibantah peneliti. Tim peneliti internasional menanyai 4.272 sukarelawan untuk mengetahhi bagaimana reaksi mereka terhadap nada tertentu.

Reaksi tersebut menunjukkan preferensi terhadap musik dengan sedikit ketidaksempurnaan secara matematis.

ADVERTISEMENT

"Kita lebih menyukai sedikit penyimpangan," kata psikolog musik Peter Harrison, dari University of Cambridge.

"Kita menyukai sedikit ketidaksempurnaan karena ini memberi kehidupan pada suaranya, dan itu menarik bagi kita," lanjutnya.

Tim menemukan rasio bilangan bulat yang disukai Pythagoras dapat diabaikan jika menyangkut instrumen yang kurang familiar buat pendengar barat. Beberapa di antaranya seperti gong, gambang atau bonang.

Para peneliti merespons instrumen asal Indonesia itu. Mereka menilai pola konsonan dan disonansi alat musik itu benar-benar baru.

Peneliti beranggapan pola-pola tersebut cocok dengan skala musik yang digunakan dalam budaya Indonesia. Tak cocok untuk tangga nada yang disukai di negara-negara semisal Amerika dan Eropa.

Dengan kata lain, timbre juga memengaruhi konsonan. Hasil ini menunjukkan bahwa pendengar dapat mengenali suara meskipun mereka bukan musisi atau familiar dengan instrumen tersebut.

Hubungan antara timbre dan konsonan ini menjadi alasan mengapa beberapa budaya mempunyai sistem penskalaan nada yang berbeda dari yang kita kenal di negara barat.

"Hasil ini memberikan landasan empiris bagi gagasan bahwa variasi budaya dalam sistem skala mungkin sebagian didorong oleh sifat spektral alat musik yang digunakan oleh budaya yang berbeda," tulis para peneliti dalam makalah mereka. Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature Communications.

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini




(dir/dir)


Hide Ads