Nelangsa Kurniyati, Niat Adu Nasib Malah Terjebak di Abu Dhabi

Round-Up Sepekan

Nelangsa Kurniyati, Niat Adu Nasib Malah Terjebak di Abu Dhabi

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 03 Mar 2024 20:00 WIB
Kurniyati pegawai migran asal Sukabumi
Kurniyati pegawai migran asal Sukabumi (Foto: Istimewa)
Sukabumi -

Nasib nelangsa dialami Kurniyati. Wanita asal Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi ini berniat mengadu nasib dengan harapan bekerja secara resmi di Abu Dhabi. Namun jauh pannggang dari api, dia malah dipekerjakan secara ilegal di Abu Dhabi.

Kisah ini bermula saat Kurniyati ditawari pekerjaan di salon kecantikan, dia diketahui berangkat menggunakan visa turis dari Palabuhanratu hari Kamis (22/2), pada Jumat (23/2) berangkat dari Jakarta dan tiba di Abu Dhabi pada Sabtu (24/2).

Sebelumnya oleh pihak sponsor ia dijanjikan bekerja secara legal dan dipekerjakan sesuai keahlian. Namun tiba di ibu kota dari negara Uni Emirat Arab (UEA) itu, ia malah dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kabar soal Kurniyati, diketahui dari teman prianya bernama Zulkifli asal Palabuhanratu. Dia mengabarkan kondisi terakhir Kurniati sempat dipekerjakan di majikan di negara tersebut. Namun karena tidak ada keahlian, akhirnya Kurniyati kembali dijemput pihak agen dan ponsel miliknya dirampas.

"Saya sejak awal sudah curiga, tapi tidak bisa berbuat banyak karena K (Kurniyati) sudah berangkat. Visa yang diberikan itu visa turis bukan visa pekerja, saya sudah curiga namun dia sudah keburu berangkat," kata Zulkifli, Selasa (27/2) lalu.

ADVERTISEMENT

Zul membenarkan, kekasihnya itu saat ini terjebak. Komunikasi terakhir, telepon seluler kekasihnya itu sudah diambil oleh pihak agen.

"Dia mengabari melalui telepon temannya, karena telepon dia dirampas. Dia dimaki-maki oleh agennya, sampai saat ini saya belum dapat kabar lagi," ujarnya.

Pada Senin (26/2) malam detikJabar sempat melakukan komunikasi dengan Kurniati melalui aplikasi perpesanan. Ia merinci sedikit cerita yang menimpanya. Saat dihubungi itu, posisi terakhirnya masih berada di rumah majikannya.

"Awalnya diberi pekerjaan resmi, namun ternyata ilegal. Saya dijanjikan kerja di salon, bukan di rumahan ketika sampai di agen ternyata jadi asisten rumah tangga (ART) walaupun aku jadi ART bisa aku apa, paling bisa mencuci dan menyetrika. Parahnya agen ini, seolah mengarahkan saya untuk mengaku bisa masak dan bisa pekerjaan rumah," katanya kepada detikJabar.

Mengetahui tidak memiliki keahlian, sang majikan seolah tidak mau rugi dan mengatakan sudah membelinya dengan harga mahal.

"Majikan juga enggak mau rugi, katanya dia beli saya mahal. Saya bilang masak bisa tapi masakan Indonesia dan di sini beda. Sebelumnya memang saya disuruh mengaku bisa apa saja oleh agen. Saya di sini seolah ditekan dan serba ketakutan," tuturnya.

"Saya hanya ingin pulang, posisi saya terjebak karena dipekerjakan secara ilegal. Katanya saya baru boleh pulang setelah dua tahun," lirih dia.

Kasus Kurniyati mendapat respons dari Kepala Badan Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran (BP3MI) Jawa Barat, Kombes Pol Mulia Nugraha. Mulia buka suara soal nasib wanita asal Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang mengaku dijebak menjadi pekerja ilegal di Abu Dhabi.

Melalui sambungan telepon, Mulia menegaskan sampai saat ini untuk sektor non kompetensi tahun 2015 ke Timur Tengah masih moratorium. Artinya belum ada pembukaan penempatan ke wilayah tersebut.

"Sampai sekarang belum untuk sektor non kompetensi belum, dari 2015 masih moratorim. Belum ada pembukaan penempatan untuk wilayah timur tengah," kata Mulia.

Terkait kasus yang menimpa Kurniyati, Mulia mengatakan pekerja migran tersebut tidak ada dalam data BP3MI Jabar. Dia menduga wanita itu berangkat di luar prosedur akibat iming-iming calo.

"Hasil pengecekan di kami tidak terdata, yang jelas unprosedural teriming-iming oleh calo ya sepertinya. Kami ikut prihatin juga dengan kejadian seperti itu, padahal kami tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang sudah menjadi kantong, tapi masih tetap aja," ujar Mulia.

Mulia memastikan pihaknya akan menindaklanjuti persoalan itu termasuk melibatkan pekerja migran yang ada dalam jaringan BP3MI untuk melacak keluarga korban dan melakukan pelaporan.

"Saran saya keluarga bisa datang ke kita untuk membuat laporan agar bisa segera kami tindak lanjuti, biasanya kan belum ada laporan sudah ramai di tiktok, seolah olah seperti kita tidak bergerak. Kalau tidak ada laporan sebetulnya dasar kami dari mana. Kita bisa jemput bola, kawan PMI melakukan penelusuran, ke pihak keluarga untuk membuat laporan," ungkapnya.

Perhatian juga datang dari Polda Jawa Barat, mereka merespons kabar Kurniyati yang terjebak jadi TKI ilegal di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab. Polda sampai sekarang masih menunggu laporan resmi yang dilayangkan pihak keluarga.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Jules Abraham Abast mengatakan berdasarkan laporan yang ia terima, keluarga korban belum membuat laporan polisi soal kasus ini. Namun demikian, ia memastikan Polres Sukabumi sudah menyarankan pihak keluarga untuk segera melapor ke kepolian.

"Menurut informasi, sampai saat ini belum ada pelaporan dari keluarga korban. Keluarga baru mengetahui dari anggota Polres yang menginformasikan adanya pemberitaan di salah satu media tentang korban. Dan, keluarga disarankan untuk membuat laporan di Polres Sukabumi," katanya.

Ia menyatakan, setelah laporan itu dilayangkan, polisi bisa turun tangan. Koordinasi dengan beberapa pihak bakal dilakukan, termasuk membuka penyelidikan dari kasus tersebut.

"Langkah selanjutnya tentu menunggu perkembangan dari penyidik kalau sudah ada laporan dari pihak keluarga korban," pungkasnya.

Keinginan Pulang

Jauh di Abu Dhabi sana, Kurniyati berharap bisa pulang ke Tanah Air karena kerap mendapatkan perlakuan tidak mengenakan dari pihak agen yang menyalurkan kerja secara ilegal di Abu Dhabi.

Selain dirinya Kurniyati juga mengungkap ada tiga PMI lainnya yang juga mendapat perlakuan serupa di abu Dhabi. Selain Kurniyati, ada dua wanita asal Sukabumi dan satu lainnya dari Purwakarta.

"Ada empat orang termasuk saya yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari agen. Mereka semua ingin pulang ke Tanah Air," kata Kurniyati melalui pesan suara kepada detikJabar.

Kurniyati lalu menuliskan beberapa wanita yang disebut mendapatkan perlakuan serupa. Korban asal Sukabumi lainnya dari Cibadak dan Selabintana, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.

"Karena kerja dianggap enggak bagus kami dikembalikan ke kantor, majikan enggak mau tahu sampai akhirnya kita dihukum pihak kantor berdiri dari jam 5 sore sampai tutup kantor," ujar Kurniyati.

"Agen di sini tidak baik, ada satu TKW yang dikirim uang bekal, sama agen enggak dikasih, diperlakukan tidak baik pendarahan dan meninggal entah dikubur di mana. Intinya ada 4 orang yang mau pulang karena merasa tertipu dan diperlakukan tidak baik di sini," sambungnya.

Pihak Desa Cimanggu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi melayangkan surat yang ditujukan kepada Bupati Sukabumi, Marwan Hamami untuk meminta bantuan kepulangan Kurniyati (sebelumnya diinisialkan K) yang berstatus pekerja migran di Abu Dhabi.

Dihubungi detikJabar, Kades Cimanggu, Demi mengatakan surat itu sudah mendapat respons dari Bupati Marwan. Saat ini pihaknya menunggu proses selanjutnya termasuk meminta pihak PT penyalur pekerja migran untuk bertanggung jawab.

"Alhamdulillah, pak bupati sudah menanggapi, oleh pak camat sudah langsung konfirmasi dengan pak bupati untuk kepulangan pekerja migran tersebut," kata Demi kepada detikJabar.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Disney Mau Buka Taman Hiburan di Abu Dhabi "
[Gambas:Video 20detik]
(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads