Pilu Wanita Sukabumi Terjebak di Abu Dhabi Ini Kata BP3MI Jabar

Pilu Wanita Sukabumi Terjebak di Abu Dhabi Ini Kata BP3MI Jabar

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 27 Feb 2024 18:30 WIB
Zulkifli memperlihatkan copy visa milik K, perempuan asal Palabuhanratu yang dipekerjakan ilegal di Abu Dhabi
Zulkifli memperlihatkan copy visa milik K, perempuan asal Palabuhanratu yang dipekerjakan ilegal di Abu Dhabi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Kepala Badan Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran (BP3MI) Jawa Barat, Kombes Pol Mulia Nugraha buka suara soal nasib wanita asal Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang mengaku dijebak menjadi pekerja ilegal di Abu Dhabi.

Melalui sambungan telepon, Kombes Mulia menegaskan sampai saat ini untuk sektor non kompetensi tahun 2015 ke Timur Tengah masih moratorium. Artinya belum ada pembukaan penempatan ke wilayah tersebut.

"Sampai sekarang belum untuk sektor non kompetensi belum, dari 2015 masih moratorim. Belum ada pembukaan penempatan untuk wilayah timur tengah," kata Mulia, Selasa (27/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait kasus yang menimpa K, Mulia mengatakan pekerja migran tersebut tidak ada dalam data BP3MI Jabar. Dia menduga K berangkat secara di luar prosedur akibat iming-iming calo.

"Hasil pengecekan di kami tidak terdata, yang jelas unprosedural teriming-iming oleh calo ya sepertinya. Kami ikut prihatin juga dengan kejadian seperti itu, padahal kami tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang sudah menjadi kantong, tapi masih tetap aja," ujar Mulia.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, kasus yang menimpa K seperti dua sisi mata uang. Karena ketidak tahuan dan kebutuhan ekonomi, upaya-upaya pencegahan kerap dilakukan hingga upaya penyelamatan oleh pihak BP3MI Jabar.

"Seperti dua sisi mata uang, satu sisi mereka tahu itu tidak baik, sisi lain kan karena kebutuhan ekonomi kadang-kadang mereka tetap berangkat. Kami melakukan pencegahan sampai ditampung di Kalibata, mereka seperti menyesal enggak jadi berangkat, namun setelah kami berikan pemahaman akhirnya mereka paham tentang bahayanya dengan resikonya, ketika berangkat unprosedural," jelasnya.

"Saya merasa mereka sebenarnya tahu, namun karena kebutuhan ekonomi mereka tetap nekat berangkat. Untuk penatalaksana rumah tangga memang belum ada, kalau untuk pengemudi mungkin ada ya peluang di sana," sambung Mulia.

Kembali ke kasus yang menimpa K, Kombes Mulia memastikan pihaknya akan menindaklanjuti persoalan itu termasuk melibatkan pekerja migran yang ada dalam jaringan BP3MI untuk melacak keluarga korban dan melakukan pelaporan.

"Saran saya keluarga bisa datang ke kita untuk membuat laporan agar bisa segera kami tindak lanjuti, biasanya kan belum ada laporan sudah ramai di tiktok, seolah olah seperti kita tidak bergerak. Kalau tidak ada laporan sebetulnya dasar kami dari mana. Kita bisa jemput bola, kawan PMI melakukan penelusuran, ke pihak keluarga untuk membuat laporan," ungkapnya.

Gunakan Visa Ziarah

Kombes Mulia juga membeberkan selama ini pihaknya sudah sering memberikan sosialisasi dan imbauan ke masyarakat. Agar pekerja migran berangkat dengan prosedur dan persyaratan yang ada, dengan tujuan negara yang memang membuka peluang pekerjaan.

"ita tidak hentinya memberikan imbauan kepada seluruh elemen masyarakat, kepada tokoh masyarakat supaya bisa disampaikan, paling tidak dengan keluarga terdekat, jangan sampai jadi korban ketika berangkat secara unprosedural. Kalau unprosedural sudah pasti tidak sesuai kriteria, cek kesehatan keberangkatan tidak menggunakan visa keja," kata Mulia.

Beragam iming-iming juga kerap ditebar para calo untuk memikat para calon pekerja migran. Namun kerap berujung dengan permasalahan.

"Iming-iming gencar Timur Tengah bisa ibadah haji atau umroh, gaji besar. Ternyata kebalikannya kerja sebulan dua bulan sudah minta pulang. Visa paling banyak digunakan visa ziarah, sampai sana bingung mereka, ada yang enggak ada masalah ketika mau pulang enggak bisa, karena overstay," pungkasnya.

(sya/yum)


Hide Ads