Kawasan depan Terminal Tipe A dan C yang berlokasi di Jalan Jalur Lingkar Selatan, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi kerap menjadi lokasi langganan banjir saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Pemerintah Kota Sukabumi pun menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi kondisi tersebut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Sukabumi Sony Hermanto mengakui, kawasan Terminal Tipe A dan C memang menjadi lokasi langganan bencana alam banjir. Hal itu disebabkan beberapa faktor mulai dari kondisi aspal yang berbentuk cekungan hingga adanya penyempitan saluran irigasi.
"Jadi betul (langganan banjir) posisi terminal itu kalau kita lihat elevasinya memang disebut cerukan, di mana ketinggian antara kiri dan kanannya lebih tinggi elevasinya sehingga akan menjadi tujuan air. Kita memang ada beberapa kendala, yang pertama saluran air itu tidak lepas, tersumbat, penyempitan saluran karena ada pemukiman dan sebagainya," kata Sony saat ditemui detikJabar di Balai Kota Sukabumi, Jumat (2/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, pihaknya juga sempat membuat rekayasa arus air agar masuk ke Sungai Cigede dan membuat retensi. Namun upaya itu tidak efektif dan banjir lagi-lagi menerjang kawasan terminal serta pemukiman warga.
"Kemudian kita coba menggunakan penyedot pompa air karena itu kan menampung air (cerukan) jadi tidak bisa lari kemana-mana, kita pompa kemarin itu tapi ternyata debit airnya tidak tahan. Kolam retensi yang pernah kita buat juga kapasitasnya kurang memadai," ungkapnya.
Sebagai upaya lanjutan, dia berencana akan membuat kolam retensi pengendali banjir dengan kapasitas penampungan air yang lebih banyak dan lebih besar. Anggaran yang diusulkan pun sebesar Rp5 miliar kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Kolam retensi pengendali banjir itu dibiayai oleh APBD Provinsi yaitu Bantuan Keuangan (Bankeu). Kita mengajukan di kurang lebih Rp5 miliar untuk kolam retensi dan sebagainya, tidak hanya retensi saja, kita juga harus normalisasi," ujarnya.
"Nah kita buatkan kolam retensi di sana dengan daya tampung kurang lebih sekitar 20.685,6 meter kubik, dengan tinggi kolam retensi kurang lebih 5 meter kemudian luas kolam 4.489 meter persegi," sambungnya.
Selain membangun kolam retensi, pihaknya juga berencana membuat saluran overflow dengan kapasitas 3.000 liter per menit untuk mengalirkan air jenuh ke sungai. Beberapa rencana itu dibuat dengan mempertimbangkan analisa permasalahan dan hasil Detail Engineering Design (DED).
Pengerjaan sekaligus pembuatan kolam retensi pengendali banjir itu masih dalam tahap administrasi. Pihaknya menargetkan kolam retensi itu milai dikerjakan pada Februari 2024 dengan waktu pengerjaan selama 90 hari kalender.
"Sekarang masih proses administrasi dulu karena ini dari provinsi, kita juga menunggu nilainya. Mudah-mudaha bulan depan sudah mulai bisa jalan. Kita sih berharap di 90 hari kalender harus bisa kita selesaikan, minimal bisa menyelesaikan permasalahan di musim hujan kemudian," kata Sony.
"Ya mudah-mudahan dengan adanya kolam retensi tersebut bisa menjadi solusi banjir yang ada di depan terminal. Karena itu sudah tidak bisa lagi buang kemana, itu (posisinya) yang paling bawah," tutup dia.
(dir/dir)