Proses sortir lipat (sorlip) surat suara sebentar lagi akan berakhir. Tercatat sebanyak 1.072 warga Kota Bandung mendadak jadi petugas sorlip dadakan selama hampir dua pekan ini.
Semua mereka lakukan untuk mengumpulkan Rupiah demi Rupiah per harinya. Pukul 08.00 WIB, mereka harus berkumpul di Gudang Sorlip KPU Kota Bandung, di Jalan Ibrahim Adjie, Kiaracondong, Kota Bandung. Sorlip mereka kerjakan beramai-ramai sampai pukul 16.00 WIB setiap harinya.
Para petugas duduk beralaskan tikar, ditemani dengan blower dan sejumlah speaker, mereka bekerja memastikan surat suara dalam kondisi sempurna. Kemudian dilipat dengan rapih dan hati-hati, namun harus tetap cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usia para petugas cukup beragam, namun mayoritas berusia 30-50 tahun. Profesinya pun macam-macam, mereka meninggalkan keseharian mereka demi meraup cuan. Seperti Ujang Tosir (59), sopir angkot yang memutuskan ikut menjadi petugas sorlip selama dua pekan.
"Ini pertama kali. Saya sehari-hari narik angkot jurusan Cicadas-Cibiru, tapi angkot mah sepi penghasilannya juga nggak netep gitu. Jadi yaudah tahu ada pendaftaran petugas sorlip, langsung daftar," ucapnya, Selasa (16/1/2024).
Kondisi di dalam gudang tak terlalu terang. Dari gerbang depan, lima blower yang tersedia terasa cukup kencang sehingga tak membuat para petugas kegerahan. Meski begitu, blower tak terasa di beberapa titik.
Tapi Ujang mengaku, tak mengeluhkan kondisi tersebut. Hanya saja, usia yang tak muda lagi membuatnya pun tak bisa secepat yang lain dalam melakukan sorlip. Ujang mengaku, banyak dibantu oleh teman-teman dan saudaranya.
"Nggak (kepanasan), cuma pegel-pegel, tangan juga. Uangnya nanti belum tahu berapa, saya mah nggak ada istri anak, jadi ya buat sendiri aja. Cuma kalau narik dapetnya mah sehari cuma Rp50-80 ribu. Kalau ini lumayan, sehari dapet 7-10 box. Isinya macem-macem bisa 500-2000 kertas," lanjutnya.
Dari sudut yang lain, ada Wiwin (50) yang tengah asyik melipat sambil bercengkrama dan tertawa bersama rekan-rekan sesama petugas sorlip. Tahun ini, jadi periode kedua Wiwin jadi petugas sorlip. Ia merasa bersyukur, bisa kembali jadi petugas dengan keadaan yang sehat.
"Lumayan capek, pegel, soalnya duduk ngelipet. Tapi berkah alhamdulillah. Saya nyortir, ngelipet, terus nanti ada yang ngitungin sama dimasukin dus. Kalau hari pertama kan masih canggung ya, jadi waktu ngelipet cuma dapat sedikit. Pas kesininya mah udah lumayan banyak, udah biasa," cerita Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Kosambi, Kota Bandung itu.
Mendengarkan lagu-lagu yang sedang hits dari speaker yang disediakan dan mengobrol dengan sesama petugas, menjadi hiburan pemecah penat bagi Wiwin. Sebab, mereka tak diperkenankan membawa camilan atau handphone.
Tas dan keperluan lainnya dititipkan, kemudian mereka diperkenankan makan, beribadah, atau keluar gudang pada pukul 12.00 WIB saat waktu istirahat, selama satu jam.
"Istirahat biasanya saya makan bekal sendiri. Nggak boleh bawa camilan cuma boleh air putih botol. Nggak laper sih, cuma agak perih-perih tuh kalau udah jam 3 ke atas. Tapi ya nggak papa, uangnya lumayan, tetep semangat," katanya.
Setiap lembar kertas, Wiwin diupah Rp400. Dalam sehari, ia mampu melipat sampai 1.000 kertas. Menurut hitungannya, sehari ia bisa mendapatkan Rp400 ribu, total selama dua pekan Wiwin bisa mengantongi lebih dari Rp2-3 juta.
Hal inilah yang membuat Wiwin meninggalkan banyaknya pekerjaan rumah yang menanti. Meskipun begitu, ia mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Tak ada yang merasa keberatan ia harus pergi seharian penuh meninggalkan rumah.
"Sebelum pergi sorlip saya masak dulu, bawa bekal, anak-anak juga sudah besar ada yang sudah kerja, kelas 2 SMA, dan 3 SD jadi rumah ada yang nungguin dan bantu-bantu. Suami juga nggak masalah," ucapnya sambil tersenyum.
Hitung menghitung hasil kerja dan upah yang diterima, juga dilakukan Risky, salah satu petugas yang sehari-hari kerja serabutan. Ia mengaku sudah tak sabar menerima hasil upahnya selama hampir dua pekan ini.
"Iya kurang lebih Rp2 juta ada. Nggak sabar sih, iya biasanya baru dikasih upahnya kalau sudah selesai. Dikasihnya sama Ketua PPK biasanya. Nominal sesuai, terus tiap satu kertas juga dihitung jadi periode lalu juga pas sih," ceritanya.
(aau/mso)