Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Dinkes Sumedang, dr. R. Deti Rahmawati mengatakan saat ini pihaknya tengah menggandeng beberapa komunitas agar dapat mengoptimalkan kegiatan screening atau tes HIV.
"Itu kenapa pada tahun 2023, penderita HIIV pada lelaki suka lelaki (LSL) angkanya tinggi, karena mereka cukup aktif membawa atau mengajak teman-temannya agar mau diperiksa (tes HIV)," ungkap Deti kepada detikJabar belum lama ini.
Deti menilai peran komunitas sangat penting dalam upaya menekan angka penyebaran HIV di Sumedang. Selain sebagai upaya menghapus stigma negatif, hal itu juga untuk menjawab perkembangan zaman serta fenomena yang terjadi di dalamnya.
"Semisal kalau dulu itu para PSK (pekerja seks komersial) ada lokalisasinya dan kita pun mudah saat melakukan penyuluhan atau edukasi serta pengobatan dan sebagainya, tapi sekarang ini cukup sulit karena mereka melalui online, karena itu kami menggandeng LSM yang dapat menjangkau 'mamih-mamihnya' agar dapat mengajak mereka melakukan pemeriksaan (tes HIV) di puskesmas-puskesmas," paparnnya.
Menurutnya, lewat jejaring komunitas dapat mempermudah untuk melakukan edukasi serta pengobatan kepada mereka yang terjangkit HIV/Aids.
"Jadi dengan keberadaan komunitas ini, edukasi dapat tersampaikan serta pengobatan pun bisa berjalan sehingga HIV pun tidak terus menyebar," ujarnya.
Selain menggandeng komunitas, Kabupaten Sumedang pun kini telah mengoptimalkan peranan 14 fasilitas layanan kesehatan yang mana kini telah membuka layanan PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) bagi Odhiv.
"Layanan PDP itu di antaranya dapat diakses di RSUD Sumedang serta 13 puskesmas di antaranya Puskesmas Tanjungsari, Cimalaka, Tomo, Jatinunggal, Sukamantri, Buahdua, Ganes, Darmaraja, Situ, Kotakaler, Haurgombong, Paseh dan Rancakalong," paparnya.
Menurutnya, keberadaan layanan PDP di beberapa puskesmas sudah sangat membantu bagi para Odhiv untuk akses pengobatan. Sebab selama ini, sambung Deti, salah satu faktor penyebab para Odhiv berhenti melaksanakan terapi pengobatan lantaran akses layanan pengobatannya yang cukup jauh.
"Faktor lain, adanya kejenuhan dari para Odhiv karena harus makan obat terus tapi dengan adanya layanan PDP di puskesmas maka ini akan mendekatkan layanan ke penderitanya," tuturnya.
Dalam menekan angka HIV, Dinas Kesehatan Sumedang juga mendapat dukungan anggaran dari APBD Sumedang dan Global Fund, kemudian stok logistik yang memadai serta pencatatan laporan yang terintegrasi dalam sebuah aplikasi bernama Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA) 2.1.
"Jadi semua Puskesmas itu harus melakukan pelaporannya dalam aplikasi ini, kemudian untuk tahun kedepannya akan ada aplikasi Satu Sehat Seluruh Indonesia, itu akan masuk juga," paparnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang mencatat ada 129 kasus baru orang dengan mengidap HIV (Odhiv) per November 2023. Adapun total Odhiv yang telah menjalankan perawatan dukungan pengobatan (PDP) ada 881 orang.
Dari jumlah kasus baru HIV itu, diketahui, bahwa 5 kasus di antaranya menimpa ibu hamil. Sementara untuk yang tertinggi menimpa kepada mereka yang melakukan hubungan lelaki seks lekaki (LSL) yakni sebanyak 32 kasus.
Sebagaimana tema peringatan Hari AIDS Sedunia pada 2023 ini yakni Bergerak Bersama Komunitas, Deti berharap Kabupaten Sumedang dapat menggapai target new zero HIV/Aids pada tahun 2030 mendatang.
"Semoga tahun 2030 dapat tercapai tidak ada kasus baru untuk HIV/Aids di Sumedang," ucapnya.
(ncm/ega)