Merawat Asa Perajin Sandal di Desa Kebarepan Cirebon

Merawat Asa Perajin Sandal di Desa Kebarepan Cirebon

Devteo Mahardika - detikJabar
Kamis, 16 Nov 2023 06:00 WIB
Perajin sandal di Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon
Perajin sandal di Desa Kebarepan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Kabupaten Cirebon -

Desa Kebarepan sejak dulu dikenal sebagai sentra pembuatan sandal di Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Namun saat ini hanya terdapat beberapa perajin di sana. Sisanya, sudah gulung tikar.

Salah satu perajin yang masih eksis sampai sekarang, Yoyon (50) mengatakan usaha ini bisnis warisan keluarga. Awal mula memproduksi kerajinan sandal dilakukan pada tahun 70-an dengan bahan baku limbah ban. Akan tetapi dengan berjalannya waktu bahan tersebut mulai ditinggalkan.

"Saya ini generasi penerus ke tiga dan alhamdulillah masih bisa bertahan sampai sekarang," kata Yoyon saat ditemui di rumah produksinya, Rabu (15/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yoyon mengisahkan masa kejayaan kerajinan ini yaitu pada era tahun 90an. Saat itu, hampir setiap rumah di Desa Kebarepan memproduksi sandal dan mampu melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara yaitu pada 1995. Namun, krisis moneter 1998 membuat banyak perajin menyerah karena bangkrut.

"Tahun 90-an itu jadi masa kejayaan di sini mas, waktu 1995 aja perajin banyak yang ekspor ke luar negeri. Tapi waktu 1998 kan krisis moneter jadi banyak yang bangkrut," bebernya.

ADVERTISEMENT

Meskipun demikian,akhirnya pada awal tahun 2000 kebanyakan perajin berinovasi memproduksi sandal kekinian meski dalam perjalannya mengalami banyak kendala terutama terkait harga jual.

"Sendal dijual mulai dari harga Rp80.000-Rp 100.000 per kodi, harga segitu aja masih kalah bersaing sama sandal produksi daerah lain kayak Tasik, Bogor sama lainnya," ujarnya.

Karena tidak mampu bersaing, akhirnya para perajin beralih membuat sandal hotel yang dipasarkan di Jawa dan Bali. Sandal hotel tersebut dipatok dengan harga Rp 60.000-Rp 110.000 per kodi tergantung model dan bahan.

Mengenai omzet, Yoyon mengaku bisa mendapatkan Rp 16 juta setiap bulannya. Namun lagi-lagi masalah kembali datang, sistem bayar mundur dari hotel serta banyaknya pesaing yang menawarkan melalui marketplace membuat pesanan semakin menurun.

Selaku perajin yang masih bertahan sampai saat ini, Yoyon berharap harga bahan baku turun sehingga dia mampu menekan harga produksi sehingga produknya bisa bersaing.

"Saya juga berharap pemerintah bisa turut mempromosikan produk sendal yang di produksi oleh perajin sendal di Desa Kebarepan," tungkasnya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads