Rasa syukur dipanjatkan oleh A Dulwahid dan kawan-kawannya. Pada hari pahlawan 10 November 2023 ia masih diberi kesehatan untuk bisa memaknai hari bersejarah ini.
Ia sebagai anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) pagi itu diundang dengan hormat ke Balai Kota Bandung untuk ikut upacara Hari Pahlawan Nasional.
Ingatan Wahid, begitu sapaannya, menengok ke belakang. Ia masih ingat betul bagaimana puluhan tahun yang lalu ia melihat rekannya meninggal dengan tragis. Seolah melihat jasad rekan sendiri dan hidup dengan teror demi teror, bukan jadi hal baru untuk para veteran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Puluhan tahun yang lalu saya pernah menghadapi medan yang kuat dengan musuh, di daerah pertahanan Kalimantan. Salah satu rekan saya dari Purwakarta namanya Pak Sukarni, itu dia kena canon (meriam), itu sampai pakaian, daging, itu nyantol di seperti pohon gitu. Ya saya rasa takut pasti ada, namanya umur nggak ada yang tahu, tapi saya bersyukur masih dikasih selamat, sehat, nggak ada trauma juga," ceritanya pada detikJabar, Jumat (10/11/2023).
Wahid pada sekitar tahun 1961 ditugaskan sebagai pembela Dwikora. Operasi Dwikora kala itu ditugaskan untuk menjaga wilayah Indonesia, sebab adanya konflik antara Indonesia dan Malaysia terkait dengan status Kalimantan Utara (Sabah) dan Serawak. Di sana ia harus menjaga Kalimantan dari ancaman kericuhan.
Banyak hal baru yang tersimpan di kenangannya. Seperti bertukar bahan makanan dengan warga asli Dayak, hingga melihat kebiasaan orang Kalimantan yang justru laki-laki mengurus rumah sementara wanitanya yang bekerja.
"Saya ditempatkan di ujung Kalimantan, menjaga dari perlawanan sampai detik perdamaian dengan Laskar Melayu. Saya ingat betul salah satu anggotanya ada yang orang tuanya berasal dari Jawa. Waktu itu ada Pertempuran Jawa tahun 1942 sehingga orang Jawa pada kabur ke sana dan memilih untuk nggak kembali, kerja di perkebunan. Saat itu posisi yang tidak mudah ya sudah lama nggak pulang ke Jawa. Dulu belum seperti sekarang yang sudah dimerdekakan, ada cuti, begitu," katanya.
Ingatan serupa juga dialami oleh Djono, Wakil Ketua LVRI Kota Bandung. Ia merasakan kejamnya perlawanan dan sudah tak kaget beberapa kali melihat potongan tubuh teman sendiri. Djono mengaku telah menjadi tentara sejak usia 22 tahun.
"Dulu tahun 1961 rumah saya didatangi orang-orang berseragam, memaksa saya untuk berangkat dalam Operasi Trikora membebaskan Irian Barat. Kalau tidak dilaksanakan maka akan denda Rp2.000 dan ditahan selama dua bulan. Itu orang tua saya nangis-nangis karena kan uang segitu dulu bisa beli kerbau satu," kenang Djono.
"Pada tahun 1963 itu saya cukup beruntung. Nggak lama kemudian gencatan senjata dilakukan, jadi saya masih selamat. Waktu itu banyak yang gugur, potongan tubuhnya banyak yang ditemukan nyangsang di pohon," lanjutnya.
Bisa pulang dengan selamat jadi salah satu anugerah yang disyukuri Djono. Meski ia merasa miris, sebab saat anak sulung dari kelima anaknya lahir, ia tak bisa melihat langsung.
"Tahu-tahu anak saya itu sudah besar, lahirnya tahun 1961. Nah pengalaman pahit lainnya ya waktu persiapan Trikora, sumber air kami itu diberi racun oleh tentara Belanda. Kami semua muntaber sampai dirawat seminggu lamanya," tutur pria berusia 89 tahun tersebut.
Tapi kenangan-kenangan itu sudah berlalu. Mereka sudah memetik bahagia dari perjuangan memerdekakan bangsa. Para veteran yang dulu berjuang membela Tanah Air.
Mereka juga mengaku bersyukur karena LVRI Kota Bandung mendapat apresiasi yang luar biasa dari pemerintah. Tak banyak harapannya, hanya agr keutuhan negara bisa terus dipertahankan.
"Pemerintah pusat maupun Pemkot Bandung selalu memberi perhatian, meski tidak 100% apa yang kami inginkan selalu dilayani ya, tapi apa yang kami butuhkan selalu didukung, paling tidak diberi 5-10% ya sedikit banyak pasti akan kami terima. Kami terbiasa selalu anjangsono (temu kangen atau silaturahmi), jadi agar saling kenal dan saling perhatian ya jelas harus silaturahmi kami ke Pemerintahan bahkan ke komunitas," ucapnya.
"Kami juga bersyukur LVRI Kota Bandung jadi percontohan LVRI seluruh Indonesia. Semangat tahun ini kan temanya pahlawan memberantas kemiskinan dan kebodohan, jadi harapannya ya keutuhan Indonesia harus dijaga dan pemuda sekarang sudah harus ciptakan gerakan yang positif dan jauhi narkoba," kata Djono menambahkan.
(aau/dir)