Alasan Rumah Bergaya Victoria Sering Dicap 'Berhantu'

Kabar Internasional

Alasan Rumah Bergaya Victoria Sering Dicap 'Berhantu'

Tim detikProperti - detikJabar
Senin, 30 Okt 2023 03:30 WIB
Bukit Alamo Square yang lebih dikenal sebagai Bukit Painted Ladies. Sebab, dari bukit ini terlihat jajaran rumah bergaya Victorian yang dicat warna-warni (painted ladies) dengan latar belakang gedung San Francisco modern.
Ilustrasi rumah gaya Victoria (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Rumah bergaya Victoria acapkali dianggap sebagai rumah berhantu. Rumah-rumah tipe klasik Eropa ini tak jarang bikin merinding setiap melintas di depannya. Lantas apa alasannya rumah itu dicap berhantu?

Rumah bergaya Victoria sendiri punya ciri khas bangunan besar, koridor panjang, pilar-pilar yang tinggi dan kadang juga gelap. Dulunya, sebagaimana dilansir dari detikProperti, rumah bergaya Victoria menunjukkan status sosial seseorang.

Di abad ke-19, rumah bergaya itu biasanya dimiliki oleh pemilik pabrik, pemilik rel kereta api hingga bangsawan. Nama Victoria sendiri diambil saat era Ratu Victoria dan yang tenar di Britania Raya tahun 1837 hingga 1901. Rumah bergaya ini lalu populer di Amerika Serikat pada 1880 hingga 1920.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belakangan rumah yang dulunya menunjukkan strata sosial ini berubah jadi dianggap menyeramkan. Bukan rahasia lagi kalau sebagian besar gaya rumah tersebut cenderung gelap, misterius, dan agak menakutkan.

Salah satu contohnya pada lorong-lorong panjang dengan pencahayaan alami yang rendah (yang diperlukan untuk melindungi perabotan mahal) serta menara yang menjulang tinggi.

ADVERTISEMENT

"Kamar, rumah, dan perkebunan yang besar bisa menjadi (tempat) isolasi dan membuat seseorang merasa rentan," kata Strategic Design and Development Advisor di Real Estate Bees dan Desainer di Kathryn Linea Rund Design Studios, Kathryn Rund, dikutip dari Forbes, Kamis (26/10/2023).

"Papan lantai yang berderit, jendela berangin, dan dekorasi antik adalah ciri khas film horor. Rumah-rumah ini tampaknya memberikan visual yang dibutuhkan untuk menciptakan pemandangan yang menegangkan dan misterius, namun rumah-rumah ini menarik kegelisahan duniawi yang tertanam dalam budaya kita," tambahnya.

Meski demikian, Rund menambahkan ada penjelasan lain akan hal tersebut. Selama masa tersebut, keluarga yang tinggal di rumah-rumah gaya Victoria sering mengubah ruang tamu atau ruangan lain menjadi 'ruang pemanggilan arwah'.

Bayangkan sebuah meja bundar dengan taplak meja yang menjuntai, mungkin bola kristal dan dihiasi lilin. Dan sesuai dengan namanya, tempat ini adalah tempat pemanggilan arwah, atau sesi di mana orang, biasanya bersama dengan medium atau paranormal, mencoba melakukan kontak dengan roh. Pemanggilan arwah adalah aktivitas umum pada masa Spiritualisme Victoria.

"Orang-orang secara terbuka, dan ada pula yang berkata sembarangan, membuka apa yang mereka anggap sebagai 'pintu' atau 'pintu gerbang' ke alam atau dimensi lain, di rumah-rumah ini," jelas Rund.

"Secara umum diyakini bahwa begitu pintu-pintu ini terbuka, akan sangat sulit untuk menutupnya, meninggalkan rumah-rumah ini hanya sebagai saluran atau sangkar, untuk menampung energi spiritual," sambungnya.

Di samping itu, fitur-fitur rumah bergaya Victoria juga berperan. Kamar-kamar sering direnovasi dan dibangun khusus untuk menyediakan jalan rahasia maupun pintu tipuan.

Rumah gaya Victoria juga memiliki konsekuensi tak terduga. Di masa kejayaannya, keluarga kaya yang menempati rumah itu memiliki staf yang bertugas menyemir dan memperbaiki rumah. Namun begitu keluarga pindah, rumah jadi kosong dan terlihat berhantu.

"Mereka sering kali dikaitkan dengan ditinggalkan karena dihantui, bukan karena jatuhnya para taipan industri," kata Rund.

Di sisi lain, Dosen dan Direktur Program Sarjana Departemen Sejarah Seni dan Arsitektur di Universitas Massachusetts Amherst, Margaret B. Vickery menilai adanya loteng juga menambah kesan horor pada rumah gaya Victoria.

"Loteng yang kecil dan gelap membuat kita memikirkan apa yang mungkin tersembunyi dari kita, dan apa yang perlu kita sembunyikan; mungkin itu adalah metafora dari pikiran kita sendiri, yang penuh dengan tempat-tempat yang tidak ingin kita jelajahi," tutur Vickery.


Artikel ini sudah tayang di detikProperti, baca selengkapnya di sini




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads