Suka Duka Jastipers Buku, dari Rebutan Barang hingga Dicibir Netizen

Serba-serbi Warga

Suka Duka Jastipers Buku, dari Rebutan Barang hingga Dicibir Netizen

Hanifah Salsabila - detikJabar
Minggu, 08 Okt 2023 06:30 WIB
Bazar buku di Bandung.
Bazar buku di Bandung. (Foto: Hanifah Salsabila/detikJabar)
Bandung - Penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015 menyebut Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat literasi yang rendah.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab yaitu menurunnya minat baca karena harga buku yang terus meningkat. Bagi pecinta buku, bazar menjadi salah satu solusi karena harga yang ditawarkan tergolong lebih murah dibanding jika membeli di toko.

Sebagai pecinta buku, Yaya ingin membantu masyarakat yang memiliki kecintaan yang sama terhadap dunia literasi. Begitupun dengan Oci dan Wulan. Ketiga wanita tersebut akhirnya memutuskan membuka jasa titip (jastip) beli buku di bazar yang digelar di Kota Bandung. Nyatanya respons yang didapat cukup baik. Tak hanya Kota Bandung, beberapa orang dari wilayah lain bahkan luar pulau Jawa turut memesan jasa mereka.

"Awalnya beli untuk diri sendiri juga. Terus sama suami ngobrol, ini kita belanja buku terus nih banyak yang belum dibaca, ending gimana biar menghasilkan? Terus buka jastip. Saya mulai nawarin ke saudara, ke temen-temen, ke rekan-rekan orang tua murid di sekolah anak saya, terus temen SD, SMP, SMA. Mulai dari belasan orang, sekarang udah ratusan orang," jelas Oci kepada detikJabar belum lama ini

Sementara Yaya memulai pekerjaan sampingannya itu dari melihat adanya permintaan warganet di Twitter (sekarang X). Desember 2022, Yaya akhirnya memutuskan untuk membuka usaha ini. "Aku kan sering main Twitter. Jadi ada kayak orang-orang nyari, ada jastipnya nggak. Jadi ada even buku gitu. Akhirnya aku kepikiran karena lagi butuh duit juga, karena usaha yg sebelumnya emang lagi kurang pemasukannya, akhirnya aku mutusin buat buka jastip gitu," terang Yaya

Di samping rasa senang saat melihat buku dan membantu orang memenuhi wishlist bukunya, energi dan usaha yang harus dikerahkan oleh jastipers ternyata cukup besar. Selain harus mencari buku yang menarik dan sesuai keinginan pembeli, mereka juga harus membawa beban yang berat mengingat banyaknya buku yang mereka bawa. Tak jarang, mereka harus menggunakan ojek online untuk membawa buku yang dikemas dalam beberapa kardus.

Jumlah yang banyak itu tentu berimbang dengan besaran biaya yang dikeluarkan. Meskipun terbilang murah, jastipers ini mengaku tetap membutuhkan modal yang besar untuk membuka jasa titip ini dari pembeli. Biasanya, mereka bisa menghabiskan uang sebanyak Rp 5 juta hingga Rp 7 juta dalam satu kali live shopping. Jadi, alih-alih menggunakan uang sendiri, biasanya mereka meminta pembeli untuk melakukan pembayaran di awal begitu tahu buku yang ingin mereka beli beserta harganya.

"Ini modalnya gede banget kan. Trus jaminan supaya nggak ada yang hit n run gitu jadi diwajibkan bayar full," kata Wulan.

Sebagai penyedia jasa, terdapat kendala terutama menghadapi cibiran warganet. Banyak orang menyebutkan bahwa jastipers kerap kali mencuri start dan mengambil buku-buku "bagus" yang menjadi incaran banyak orang. Nyatanya memang usaha yang dikerahkan jastipers lebih besar untuk mendapatkan buku yang banyak diincar itu.

"Belakangan ini kita lagi banyak dinyinyirin di medsos. Kesannya mah jastipers mengakuisisi, ngambilin buku-buku yang bagus, sampai orang-orang nggak kebagian. Padahal mah kita juga nyari kayak yang lain," sebut Wulan.

Selain membuka jasa titip pada kegiatan bazar buku, ketiganya juga tergabung sebagai re-seller beberapa penerbit buku di Indonesia. Meskipun begitu, mereka mengaku tidak mendapatkan perlakuan khusus dari para penerbit untuk mendapatkan buku-buku bagus. Tak jarang mereka harus bolak-balik ke lokasi bazar hingga tiga kali dalam seminggu untuk memenuhi wishlist pembeli.

Untuk mendapatkan buku yang bagus, mereka harus datang lebih dulu dari pembeli lainnya agar lebih leluasa melihat-lihat buku yang menarik. Setelah itu, jastipers ini akan menawarkan buku-buku tersebut pada anggota grup jasa titip, kemudian meminta mereka melakukan pembayaran pada jastipers.

Sementara untuk pengiriman, terdapat dua opsi. Pertama, menggunakan jasa ekspedisi yang umum ditemukan. Kedua, lewat e-commerce yang tak jarang memberikan potongan harga sampai ongkos kirim. Wulan dan Yaya lebih banyak menggunakan e-commerce. Menurut Wulan, pemilihan e-commerce oleh pembeli adalah adanya potongan ongkos kirim, meskipun pembeli tetap harus membayar biaya admin.

"Dibanding bayar ongkir, lebih baik bayar admin. Kebanyakan sih checkout via marketplace," jelas Wulan tentang pembelinya.

Di balik suka duka yang dialami, ketiganya mengaku sangat menikmati pekerjaan sampingannya sebagai jasa titip buku di bazar buku. Tak jarang, mereka mengabaikan wishlist buku yang mereka inginkan dan memprioritaskan buku yang diinginkan oleh pembeli lain (iqk/iqk)



Hide Ads