Kasus dugaan perundungan (bullying) di salah satu Sekolah Dasar (SD) swasta di Cikole, Kota Sukabumi berakhir damai. Antara korban dan dua anak lainnya yang bertikai didamaikan usai dimediasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Sukabumi.
Proses mediasi tersebut dihadiri oleh Sekretaris DP2KBP3A Kota Sukabumi drg. Rina Hestiana, korban dan orang tuanya, dua terduga pelaku dan orang tuanya, pihak sekolah, komite sekolah dan UPTD PPA di ruang kelas SD swasta, pada Kamis (28/9/2023).
"Hasilnya alhamdulillah baik, semua pihak legawa untuk menerima dan saling memperbaiki diri walaupun pada akhirnya seperti itu, harus ada komunikasi apapun itu yang ujungnya ke arah perbaikan," kata Tenaga Psikolog UPTD PPA Dikdik Hardy di lokasi mediasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, dari proses mediasi tersebut terungkap jika tak ada yang mengetahui persis kejadian dugaan perundungan yang dialami korban anak laki-laki berinisial L itu. "Yang benar adalah kejadian itu tidak ada yang tahu persis," ujarnya.
Usai menjalani mediasi, ketiga anak tersebut nampak saling bersalaman. Para orang tua dan pihak sekolah pun bercengkrama dan memutuskan untuk tidak mengungkit persoalan tersebut.
"Yang paling menarik ketiga anak ini pola asuhnya tidak bermasalah, baik-baik saja. Satu sama lain menunjukkan rasa care (peduli) walaupun berproses dengan kondisi emosi naik turun dan ketidakpastian," ujarnya.
Kasus Terbongkar Setelah 7 Bulan
Orang tua korban DS (45) menuturkan, dugaan perundungan itu terjadi pada 7 Februari 2023 lalu hingga menyebabkan anaknya mengalami patah tulang di bagian lengan. Dia menganggap pihak sekolah menutupi kasus perundungan tersebut. Akan tetapi, kembali lagi tak ada barang bukti atau video CCTV yang menunjukkan adanya peristiwa perundungan.
Selama proses mediasi, dia menceritakan kronologi yang diterima dari anaknya. Menurutnya, sang anak sempat ketakutan untuk menceritakan kejadian tersebut.
"Anak saya berungkali kali bilang takut ayah marah. (Saat itu) kita datang ke PPA, setelah itu hasil dari pertemuan Pak Dikdik akan datang ke sekolah melihat sosialisasi anak saya dengan dua anak terduga pelaku. Kejadian itu meski anak sudah akur tapi permasalahan itu tidak selesai sampai di situ," kata DS.
"Saya tanya ke anak benar di dorong sama siapa? Terus kenapa nggak bilang? Takut katanya. Ini sudah terjadi. Kita sudah ceritakan semuanya, hari ini ada tujuan lain (menyelesaikan masalah)," sambungnya.
Pihak Sekolah Buka Suara
Kepala Satuan Pendidikan SD Sr. Agustuna Dede Mite turut buka suara saat proses mediasi. Pertama-tama dia memohon maaf atas keterlambatan penanganan permasalahan itu hingga akhirnya viral di media sosial.
"Saya mohon maaf bahwa kurang cermat dan peka atas apa yang dibutuhkan oleh orang tua L. Dalam proses terakhir, itu kami bergulat berkomunikasi baiknya bagaimana untuk melakukan tindakan selanjutnya. Ada niat mempertemukan seperti ini, tapi mengingat kondisi emosi bapak waktu itu akhirnya saya mengurungkan niat sambil menunggu waktu untuk bisa mendapatkan waktu terbaik dan akhirnya keterlambatan itu yang menambah atau memperkeruh (permasalahan)," kata Sr. Atik sapaan akrabnya.
Dia menegaskan, tak tahu secara pasti akan adanya dugaan bullying yang menimpa L. "Jujur memang saya tidak mendapatkan berita yang sesungguhnya," ujarnya.
Atik mengatakan, pihak sekolah sempat mengunjungi kediaman korban untuk membujuk agar kembali masuk sekolah. Peristiwa ini, kata dia, akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi agar tak terjadi di kemudian hari.
"Ini menjadi pembelajaran yang baik untuk kami pihak sekolah terutama. Kami juga tidak mengatakan bahwa kami yakin seyakin-yakinnya kami akan menjaga, menjamin keamanan anak-anak selama berada di sekolah, berusaha semampu kami, tapi ternyata ada juga kejadian seperti ini, karena kami juga ada keterbatasan, guru sekian, anak sekian," jelasnya.
Menurutnya, kegiatan pengawasan anak tak bisa hanya dilakukan oleh pihak sekolah saja. Dia juga meminta agar orang tua dan pemerintah turut andil dalam membantu mengawasi lingkungan anak-anak baik itu di sekolah ataupun di luar kawasan sekolah.
Pihaknya berharap, setelah proses mediasi ini selesai, ketiga anak yang terlibat dalam dugaan perundungan ini dapat kembali menjalin pertemanan. "Harapan kami semua bapak-ibu guru untuk L, J dan K itu tetap dapat menjadi teman-teman yang baik," ucapnya.
"Saya juga sangat syok ketika membaca berita ini. Menguras energi karena dalam sekejap nama sekolah ini akhirnya mencuat. Banyak pertanyaan yang tidak bisa kami jawab, karena kami merasa kami jawab pun belum tentu benar seperti yang diharapkan papi dan mami. Semua yang terjadi, kami jadikan sebagai pembelajaran," tutupnya.
Simak Video "Video Viral Bullying Remaja Wanita di Blitar, Korban Dijambak 3 Orang"
[Gambas:Video 20detik]
(dir/dir)