Sebuah unggahan di media sosial bikin geger warganet di Sukabumi, unggahan viral itu disebarkan oleh akun instagram @sukabumitoday berisi curhatan orang tua korban yang menyebut anaknya jadi korban perundungan.
Secara detil, DS (43) orang tua korban menceritakan kejadian yang menimpa anaknya yang masih duduk di kelas 3 SD itu. Peristiwa memilukan itu disebut terjadi pada 7 Februari 2023 silam. Warga Cikole, Kota Sukabumi itu mengizinkan detikJabar untuk mengutip kronologi perundungan hingga anaknya itu mengalami patah tulang.
Peristiwa itu bermula saat anaknya berinisial L sedang berjalan menuju kelas. Di depannya sudah berdiri dua orang siswa yang secara tiba-tiba mendorong hingga L terjatuh dengan keras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika anak saya di depan pelaku kedua, tiba-tiba pelaku kedua jongkok dengan posisi aba-aba akan lari sprint dengan bentuk punggung datar. Saat itu juga pelaku mendorong punggung bagian bawah anak saya dengan sangat kuat," kata DS.
"Anak saya tersandung dan terpental dengan cepat dan keras. Refleks tangan kanan menahan berat badan yang jatuh ke lantai keras diiringi kecepatan jatuhnya badan karena dorongan yang kuat dan sandungan," sambungnya.
Akibatnya, tulang lengan atas patah dan posisinya bergeser. Selain itu, kondisi ini terjadi di dalam kulit sehingga mengoyak daging lengan atas.
"Anak saya kaget dan teriak kesakitan sambil menangis. Setelah beberapa saat menunggu di lantai, anak saya dibawa ke UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) oleh salah satu guru," katanya.
Sejak peristiwa itu, kedua pelajar SD diduga mengancam korban agar tidak melaporkan kejadian perundungan tersebut. Akan tetapi, kondisi fisik dan psikis korban disebutnya terguncang sehingga ia merasa tak tenang saat anaknya berada di sekolah.
"Akhir-akhir ini pihak sekolah mengakui bahwa selama ini sekolah mengetahui anak saya lengannya patah bukan karena kecelakaan seperti skenario. Selama ini anak saya bersekolah dan hidup penuh tekanan. Tidak memiliki keceriaan setiap hari," ungkapnya.
DS menyebut saat ini anaknya sudah dalam penanganan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A). Dia menuturkan, tak ada rencana untuk melaporkan peristiwa itu kepada aparat kepolisian karena khawatir akan kondisi anaknya dan pelaku anak.
"Belum ada rencana (lapor polisi). Kita berharap dengan Dinas Perlindungan Anak bisa menyelesaikan permasalahan dan jadi pembelajaran buat semuanya," kata DS.
Dikonfirmasi terpisah, Tenaga Psikolog DP3A Kota Sukabumi Dikdik membenarkan adanya dugaan peristiwa perundungan yang menimpa siswa kelas 3 SD. Dia menuturkan, kasus tersebut sudah ditangani sejak jauh-jauh sebelum viral di media sosial.
"Sudah (ditangani) bahkan sebelum viral. Itu teh sudah ditangani sejak bulan Agustus, karena ada miskomunikasi jadi viral. Tapi sekarang semua pihak sudah punya itikad baik untuk segera menyelesaikan masalah ini sebaik mungkin," kata Dikdik Hardy.
(sya/yum)