Satu keluarga di Desa Bojongkasih, Kecamatan Kadupandak, Cianjur menderita parkinson. Sejak kecil, mereka ternyata kerap mengalami demam tinggi dan kejang. Namun ekonomi orangtua yang serba kekurangan dan jauhnya pelayanan medis membuat kondisi kesehatan mereka tak pernah diperiksa kala itu.
Hal tersebut pula yang diduga membuat penyakit parkinson yang diderita keenam kakak-beradik tersebut tak terdeteksi sejak gejala awal. Omo (48), salah satu penderita Parkinson mengatakan, dia bersama kakak dan adik-adiknya kerap mengalami demam tinggi saat kecil hingga berusia belasan tahun. Bahkan demam tersebut hingga berujung pada kejang-kejang atau step.
Baca juga: Langka! Sekeluarga di Cianjur Idap Parkinson |
"Sering demam tinggi sampai kejang. Baik saya ataupun kakak-kakak saya. Dari usia kecil sampai belasan tahun sering demam tingginya," kata Omo, Kamis (21/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, lanjut dia, seringnya mengalami kejang membuat tubuh mereka merasa kaku. Tidak jarang juga tangan atau bagian tubuh lainnya gemetaran. "Semakin sering terasa kaku itu menginjak usia dewasa. Sampai akhirnya kakak saya yang paling tua yakni Yayah mulai gemetaran terus yang mungkin saja saat itu ternyata merupakan gejala awal Parkinson," kata Omo.
Sayangnya, keadaan ekonomi orangtua serba kekurangan. Sehingga mereka tak mendapatkan penanganan medis apabila demam tinggi hingga kejang-kejang. Hanya air putih dengan doa dari kedua orangtua yang diharapkan menjadi obat bagi mereka ketika sakit.
"Dulu kalau sakit tidak dibawa ke dokter atau puskesmas, karena jauh tidak seperti sekarang lumayan dekat puskesmas. Mantri (dokter atau nakes) jarang ke kampung-kampung. Ditambah lagi ekonomi orangtua serba kekurangan. Jadi kalau sakit biasanya diberi air sambil didoakan saja," kata dia.
Pada akhirnya penyakit yang tak terdeteksi sejak dini itu pun membuat kondisi mereka semakin parah. Dari keenam kakak-beradik tersebut, dua diantaranya kini hanya bisa terbaring tak berdaya.
"Hanya empat yang masih bisa aktivitas, itu pun sekuat-kuatnya saja dipaksakan. Kalau kakak saya Yayah dan Patimah sudah tidak bisa bangun, makan dan segala aktivitas lainnya dilakukan di atas tikar yang jadi alas tidurnya," kata Omo.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, mengatakan kasus satu keluarga yang terdiri dari enam orang tersebut pertama kali mencuat pada 2007.
Menurutnya Dinkes sudah melakukan pemeriksaan kesehatan hingga upaya pengobatan, namun keenam kakak-beradik tersebut belum berhasil disembuhkan.
"Sudah sempat dibawa ke rumah sakit juga. Teridentifikasi parkinson, tapi belum berhasil disembuhkan," kata Yusman, Kamis (21/9/2023).
Menurutnya hingga saat ini pihaknya juga belum mengetahui penyebab satu keluarga tersebut terkena parkinson. Belum diketahui penyebabnya. Karena secara genetik di atasnya tidak ada yang Parkinson. Anak dan cucu dari mereka juga sehat. Apakah kemungkinan ada faktor lain juga masih belum diketahui. Jadi memang cukup membingungkan kasus langka ini," kata Yusman.
Diberitakan sebelumnya, fenomena langka terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Satu keluarga yang terdiri dari enam orang di Kampung Sumedang, Desa Bojongkasih, Kecamatan Kadupandak idap parkinson.
Keenam anggota keluarga yakni Yayah (63), Patimah (61), Rupiah (58), Salamah (53), Saepudin (50), dan Omo (48). Mereka merupakan kakak-beradik dari pasangan almarhum Umi Marsikah dan Hasbullah.
Empat diantaranya masih dapat beraktivitas meskipun sekujur badannya mengalami tremor parah. Sedangkan dua lainnya yakni Yayah dan Patimah saat ini sudah terbaring tak berdaya akibat penyakit Parkinson yang dideritanya.