Kekeringan melanda Kabupaten Garut hampir dua bulan lamanya. Kekeringan ini berdampak terhadap kehidupan puluhan ribu warga Kota Dodol. Mulai dari kesulitan memperoleh air bersih, sawah gagal panen, hingga harga beras yang meroket naik.
detikJabar menerima informasi yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut. Dimana, pada Jumat (15/9/2023) ini, BPBD mencatat setidaknya ada 17.529 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 51.657 ribu jiwa, yang dilaporkan terdampak kekeringan ini.
"Berasal dari 19 kecamatan yang terkategorikan darurat bencana kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Garut Aah Anwar Saefulloh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekeringan terjadi di 19 dari 42 kecamatan yang ada di Garut. Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat, adalah kesulitan mendapatkan air bersih di daerah-daerah tersebut. Banyak warga, yang kini berharap bantuan untuk mendapatkan pasokan air bersih.
BPBD mencatat, saat ini kebutuhan air bersih untuk masyarakat di 19 kecamatan tersebut mencapai 3,2 juta liter per dua minggu. Dengan asumsi, setiap jiwa mendapatkan 4 liter air per harinya. Jumlah itu, masih belum bisa dipenuhi oleh pemerintah. Sebab, Pemkab Garut dengan berbagai pihak baru bisa mendistribusikan air bersih sebanyak 581 ribu liter.
"Ada gap 2.534.080 liter dari total kebutuhan air bersih," ucap Aah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemkab Garut saat ini menggenjot pengerjaan pipanisasi di wilayah terdampak kekeringan. Saat ini, pipanisasi yang dilakukan pemerintah sudah mencapai lebih dari 13 ribu meter. Terletak di 11 daerah yang ada di 3 kecamatan.
"Pipanisasi ada di Limbangan, Kadungora dan Cikelet," pungkas Aah.
Kesulitan air bersih dampak kekeringan ini, menimbulkan masalah baru. Salah satunya, adalah kekeringan yang melanda lahan persawahan milik masyarakat. Dimana, Pemda Garut mencatat, ada lebih dari 22 hektare lahan sawah yang dipastikan mengalami gagal panen.
Terkait hal ini, Pemkab Garut juga masih memikirkan solusi terbaiknya. Sebab, distribusi air bersih untuk masyarakat, diketahui diprioritaskan untuk kebutuhan rumah tangga terlebih dahulu.
Dampak lain yang dialami masyarakat Garut, gara-gara kekeringan ini, adalah meroketnya harga beras di pasaran. Dimana, saat ini beras dihargai mulai dari Rp 13,5 ribu hingga Rp 17 ribu tergantung kelasnya. Harga tersebut naik rata-rata Rp 2 ribu rupiah dari harga sebelumnya.
(dir/dir)