Fenomena tak biasa dialami seorang bocah laki-laki asal Babakancikao, Purwakarta. Anak yang masih berusia 12 tahun itu kecanduan menghirup aroma bensin yang sudah dialaminya sejak tahun 2020 silam.
Berdasarkan rangkuman detikJabar, tanda-tanda aneh ini sudah dialami bocah berinisal IG tersebut sejak masa pandemi COVID-19. Pada saat itu, ia diwajibkan belajar di rumah hingga membuatnya kerap bersentuhan dengan bahan bakar untuk kendaraan tersebut.
Semuanya bermula saat IG yang masih duduk di kelas 3 SD tidak bisa berangkat ke sekolah dan harus belajar di rumah. Sejak saat itu, orang tuanya kemudian kerap menyuruh sang anak membelikan bensin eceran. Perkenalan IG dan bensin pun akhirnya dimulai dari sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan jadi sering di rumah, jadi anak tuh suka disuruh ayahnya beli bensin eceran. Kebetulan ayahnya tuh montir. Jadi setiap pulang ke rumah suka diciumin bensin yang dibeli," ujar AW, orang tua IG saat ditemui awak media di kediamannya, Selasa (25/07/2023).
Sejak dari sini, otomatis rasa penasaran IG untuk menghirup aroma bensin terus dilakukan. Lama-lama, bocah itu pun akhirnya menjadi kecanduan. Bahkan karena candu tersebut, ia tidak bisa lepas dari genggaman botol bensin. Ia kerap marah jika dilarang membawa botol atau menghirup bensin itu.
"Jadi tiap hari dipegangin aja itu bensin sampai mau tidur juga dibawa ke kasur. Kalau nggak dikasih nanti dia marah-marah," katanya.
Orang tua IG sebetulnya sudah membawa buah hatinya untuk menjalani pengobatan. Mulai dari puskesmas, RS hingga sekarang menjalani pengobatan alternatif sudah mereka lakukan. Tapi kenyataannya, IG masih belum bebas dari candunya terhadap bensin.
Baru setelah menjalani pengobatan alternatif, candu IG terhadap bensin sedikit mulai berkurang. Botol bensin yang biasanya ia bawa ke kamar pun sudah mulai bisa dilepaskan secara perlahan. Meski jika dipaksa, IG tetap memberontak dan tak mau melepas botol bensin yang ia pegang.
"Sudah mulai dilepas 3 sampai 4 jam Alhamdulillah. Tapi tetap aja, kalau dipaksa kadang masih suka marah-marah," tuturnya.
Ironisnya, akibat kecanduan tersebut, IG harus meninggalkan bangku sekolah. Semenjak kelas 3 SD, bocah yang kini berumur 12 tahun tersebut sudah tidak lagi memakai seragam merah putih seperti yang ia lakukan sebelum pandemi lalu.
Kondisi ini membuat Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika turun tangan. Ia akan menyiapkan tim medis untuk menangani sang anak.
"Nanti akan kami kirimkan tim medis ke rumah sang anak untuk dilakukan pemeriksaan. Misalkan itu perilaku dari gangguan psikologis, maka akan ditangani dengan ilmu yang sesuai," katanya.
Beberapa hari berselang, tim medis dari Dinkes Purwakarta kemudian memeriksa kondisi si anak. Pemeriksaan fisik awal kemudian dilakukan. Meski secara fisik tidak ditemukan keanehan atau kerusakan, namun tim medis belum bisa memastikan jika fungsi organ di dalam tubuhnya dalam kondisi baik atau tidak.
"Memang kami dari dinas kesehatan dari kepala puskesmas dengan dokter dan dari desa sudah berkunjung langsung ke rumah (bocah) ini, memang kami melihat ada beberapa indikasi yang memang anak ini cenderung ada dampak dari salah satu zat kimia yang sering dihirup, tapi kalau dilihat seperti ini lebih cenderung rendah karena emosional juga masih bisa dikontrol makan juga masih mau lalu dengan orang tua juga masih bisa berkomunikasi dengan baik," ujar Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Purwakarta, Yandi Nuhadian, Kamis (27/07/2023).
Yandi mengkhawatirkan efek dari kecanduan menghirup aroma bensin akan merusak sistem pernapasan mulai dari paru-paru, saraf, mata hingga alat vital lainnya. Dia menyarankan agar anak itu perlu penanganan khusus dan berkelanjutan.
"Pengobatan berkelanjutan tentu ini tinggal motivasi keluarganya saja agar sang anak dapat melakukan pengobatan ke (RS) Bayu Asih dengan rujukan yang puskesmas telah berikan untuk bisa ke spesialis anak dulu atau mau ke spesialis jiwa dulu nanti tinggal teknis aja," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Anak yang seharusnya menganyam pendidikan malah harus diam di rumah dengan kebiasaan yang tidak normal.
"Ini tidak normal, kenapa karena kebiasaan terus memegang botol, menghirup aroma bensin udah dikatakan tidak normal, ini perlu penanganan khusus," ujarnya saat pemeriksaan kondisi IG di rumahnya, Jumat (28/07/2023).
Purwanto menegaskan, akan mencoba memberi bantuan kepada anak malang itu. Ia pastikan jika hak pendidikan akan berikan sepenuhnya layaknya pada anak seusianya.
"Ini anak sudah seusai ini (12 tahun) belum bisa baca belum bisa hitung ini harus kita tangani, tapi harus menjalani proses rehabilitasi. Karena jika Kalo pikirannya belum diperbaiki konsentrasinya belum bisa fokus susah untuk dilakukan pembelajaran," katanya.
Dia meminta kepada pengurus RT dan pihak keluarga untuk membuat pernyataan agar bisa menyerahkan anaknya kepada para ahli yang membidangi orang-orang kecanduan atau pihak rehabilitasi.
"Ini harus masuk rehabilitasi atau pada ahlinya, dan harus intensif enggak bisa-bisa setengah-setengah. Harus segera di obati agar bisa melanjutkan pendidikan. Saya perintah kepada guru di sekolah asal anak ini untuk secara rutin melakukan pengecekan melakukan pembinaan, tapi enggak bisa di ajarkan seperti pada umunya jadi ada metode main sambil belajar, tapi rehabnya dilaksanakan," pungkasnya.
(ral/iqk)










































