Sabarnya Acong Menanti Penumpang di Terminal Pangandaran

Serba-serbi Warga

Sabarnya Acong Menanti Penumpang di Terminal Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Senin, 31 Jul 2023 13:00 WIB
Acong yang berdiri menunggu penumpang datang di terminal Pangandaran usai berbincang dengan detikJabar/Aldi Nur Fadillah.
Acong yang berdiri menunggu penumpang datang di terminal Pangandaran (detikJabar/Aldi Nur Fadillah)
Pangandaran -

"Kurela pergi pagi pulang pagi, Hanya untuk mengais rezeki, Doakan saja aku pergi, Semoga pulang dompetku terisi"

Penggalan lagu Armada berjudul "Pergi Pagi Pulang Pagi" menggambarkan sosok Acong salah satu supir bus jurusan Pangandaran-Tasikmalaya yang memilih bertahan dengan profesinya.

Meskipun pengguna kendaraan umum mulai menurun, ikhtiar Acong mengais rezeki tak pernah luntur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikJabar pada Minggu (30/7/2023) Aktivitas terminal di Pananjung, Pangandaran sangat sepi. Padahal terminal itu berada dekat dengan pantai Pangandaran atau daerah wisata.

Acong Budiman (36) salah satu supir bus Budiman jurusan Pangandaran-Tasik tetap bertahan meskipun sepi penumpang. Sepinya penumpang disebabkan kurangnya peminat pengguna kendaraan umum.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, Acong tetap memilih bersabar menunggu penumpang yang memakai jasa kendaraan umum. "Gimana lagi, lahaulla aja kang, bismillah," kata Acong saat berbincang dengan detikJabar, Minggu (30/7/2023).

Menurutnya 5 tahun yang lalu terminal Pangandaran aktivitasnya cukup ramai untuk trayek Pangandaran ke Tasikmalaya bagi pengunjung yang pulang kampung ataupun beriwisata.

"Dulu mobil ngetem itu per 5 menit sekali berangkat, unit yang diberangkatkannya juga banyak," ucapnya.

Ia mengatakan dulu sehari puluhan bus jika diturunkan semua pasti tidak ada yang nganggur. "Namun sekarang sehari hanya 11 bus yang berangkat itupun dari 29 jok yang tersedia ada 5 jok teriisi aja sudah alhamdulillah," katanya.

Selain itu, kata Acong, banyak warga yang beralih ke mobil travel, namun banyak travel gelap. "Sekarang kan banyak PO lain, travel ilegal mereka kan bebas, jemput ke rumah," ucapnya.

"Malah sekarang pendapatan berkurang. Sekali berangkat baru-baru ini paling banyak 5 orang. Abis sama solar dan uang makan juga," katanya.

Meskipun dalam kondisi mengkhawatirkan, Acong memilih sabar menunggu penumpang datang. "Siang ini malah baru satu, gak bisa berangkat kalau belum ada 5 orang. Kan jadinya dilempar ke bus patas," ucapnya.

Acong mengatakan penghasilan dari 5 orang penumpang paling banyak dapat Rp 100 ribu. Itu pun belum terpotong uang makan Rp 35 ribu.

"Ya sisa pulang bawa Rp 65 ribu ke rumah, berangkat dari pukul 05.00 WIB pagi dan pulang dari Tasik Magrib atau sekitar pukul 18.30 WIB. Yang penting bisa buat makan keluarga dulu aja," katanya.

Menurutnya kondisi itu memang tidak dirasakan setiap hari, tetapi sejak 2 tahun terkahir hampir setiap hari. Ongkos naik kendaraan umun bus Budiman dari Pangandaran ke Tasikmalaya Rp 80 ribu. Tambahannya Pangandaran-Cijulang Rp 20 ribu.

Sementara itu, Acong mengaku sekali berangkat bus yang dibawanya menghabiskan Rp 350 ribu hanya untuk solar. Ia mengatakan saat ini sudah mulai banyak rekan kerjanya yang beralih profesi dan pindah tempat kerja.

"Ada yang menjadi sopir truk, sopir travel bahkan menjadi kuli. Banyak lah pada pindah," ucapnya.

Salah satu pedagang di terminal, Atisah (60) mengatakan sepinya terminal Pangandaran memang sudah lama sejak COVID-19 kemarin terparah. "Ya ibu juga dagang biasanya banyak kan, gorengan, lepet. Sekarang mah kopi, minuman aja sama rokok," katanya.

Ia mengatakan penghasilan dagang saat terminal sepi bingung karena yang beli paling sopir yang ngetem.

(yum/yum)


Hide Ads